MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Platform Rapor Pendidikan Indonesia pada April 2022 lalu. Paltform tersebut menyajikan hasil Asesmen Nasional (AN) satuan pendidikan, yang menjadi peta kondisi pendidikan di sekolah atau daerah.
Untuk membantu para pendidik memanfaatkan data rapor pendidikan Indonesia, Tanoto Foundation menyelenggarakan webinar nasional bertajuk ‘Peningkatan Kualitas Pembelajaran Berbasis Data’, Selasa, (24/5). Acara yang digelar virtual tersebut, dihadiri 658 guru, kepala sekolah, pengawas, dan dosen dari seluruh Indonesia.
Head of Strategic Planning and Partnership Tanoto Foundation, Michael Susanto mengatakan, Program PINTAR dalam menjalankan kegiatannya sangat mengutamakan data sebagai rujukan.
“Perencanaan berbasis data selaras dengan cara kerja Tanoto Foundation, mengembangkan langkah-langkah perbaikan kualitas pendidikan berbasis data berbasis pada bukti atau data dan berorientasi pada dampak,” ungkap Michael.
Menurut Michael, data yang komprehensif akan mendukung pengambilan keputusan yang tepat dan fokus utama program dapat terlaksana dengan baik. Studi dan riset dapat membantu memahami tingkat learning loss siswa (kehilangan kesempatan belajar) dan mengambil keputusan yang tepat dalam membuat strategi pemulihan pembelajaran.
“Tanoto Foundation juga telah mengadakan pelatihan keterampilan melakukan asesmen diagnostik dan pembelajaran berdiferensiasi kepada lebih dari 4.000 guru. Dengan harapan, mereka dapat mengimplementasikan pembelajaran yang sesuai dengan data dan kebutuhan siswa,” tuturnya.
Tiga Aspek Penilaian
Kepala Pusat Asesmen dan Pembelajaran Balitbang dan Perbukuan Kemendikbudristek, Asrijanty, dalam paparannya menyebutkan, AN merupakan evaluasi sistem pendidikan, bukan penilaian terhadap siswa, guru, atau kepala sekolah sebagai individu.
“AN dirancang untuk mendorong dan memfasilitasi perbaikan kualitas pembelajaran,” tegasnya.
Menurutnya, AN memberi umpan balik tentang hasil belajar yang paling mendasar dan perlu diprioritaskan, serta informasi tentang cara meningkatkan kualitas pembelajaran.
“AN menjadi umpan balik tentang kompetensi dan karakter peserta didik yang menjadi tujuan utama pembelajaran. Informasi ini diharapkan dapat mendorong sekolah dan dinas pendidikan untuk memfokuskan sumber daya pada perbaikan mutu pembelajaran,” jelas Asrijanty.
Untuk menunjang pembelajaran berbasis data, Asrijanty mengatakan, dalam AN ada 3 aspek penilaian kompetensi, yakni literasi-numerasi, karakter, dan lingkungan pembelajaran.
“Asesmen pengukuran kompetensi literasi dan numerasi pada peserta didik asesmennya berfokus pada pengembangan daya nalar dibanding pengetahuan konten,” ujarnya.
Sedangkan karakter, yakni terhadap sikap, nilai, dan kebiasaan yang mencerminkan profil pelajar Pancasila yang berbasis untuk tumbuh kembang peserta didik secara utuh dan tidak hanya berfokus pada dimensi kognitif. Untuk survei lingkungan belajar, merupakan pengukuran terhadap kualitas pembelajaran, refleksi pendidik, perbaikan praktik belajar, iklim keamanan dan inklusivitas satuan pendidikan, serta latar belakang keluarga peserta didik.
“Hal tersebut sebagai dasar untuk mendiagnosis masalah dan perencanaan perbaikan,” tegas Asrijanty.
Merencanakan dan Mengukur Pembelajaran Berkualitas Sebelum guru menggunakan data untuk pembelajaran, kepala sekolah harus memberikan umpan balik kepada guru tentang proses pembelajaran melalui supervisi kelas secara regular. Ikut sertakan komunitas dalam perencanaan sekolah, alokasikan budget pada kegiatan pembelajaran, buat program terkait literasi, dan bangun pojok baca di sekolah.
Menurut Kepala Pelatihan Program Pintar, Golda Simatupang, kepala sekolah diharapkan dapat menyiapkan beberapa indikator, memastikan sarana dan prasarana, menyusun strategi dan pengaturan pembelajaran, serta menyiapkan prosedur monitoring dan evaluasi agar pembelajaran berbasis data dapat terlaksana dengan efektif di sekolah.
“Kepala sekolah perlu difasilitasi mengembangkan pola hadir guru dan tenaga kependidikan di sekolah yang terkait dengan pembelajaran berkualitas. Mulai dari pembuatan RPP yang berbasis data, menyiapkan kebutuhan pendukung pembelajaran, hingga melaksanakan simulasi pembelajaran. Agar guru menjadi lebih siap dan efektif dalam mengimplementasikannya,” jelasnya.
Dia juga menyarankan guru dapat membuat indikator sederhana perencanaan berbasis data pada tingkat sekolah. Seperti membuat program sekolah sesuai kebutuhan, membuat strategi perencanaan dan perbaikan proses pembelajaran yang masih lemah.
“Sehingga guru dapat mengembangkan pembelajaran yang membantu mengatasi kesulitan siswa,” pungkas Golda. (rel/saz)