28 C
Medan
Thursday, May 2, 2024

Kapolri: Ubah Bencana Jadi Peluang

Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kurang lebih tujuh tahun warga Tanah Karo dilanda bencana alam letusan Gunung Sinabung. Ribuan orang yang bermukim di kaki gunung harus mengungsi, meninggalkan segala harta bendanya.

Nasib para pengungsi Sinabung bisa dibilang mengkhawatirkan. Mereka harus tidur di penampungan dengan semua keterbatasan. Masalah sanitasi dan kesehatan pun menjadi hal utama.

Kepala Kepolisian RI, Jendral Pol Tito Karnavian yang turun langsung ke Karo mengaku perihatin dengan apa yang dialami masyarakat di sana. Orang nomor satu di Polri ini datang ke daerah bencana itu dalam misi sosial, memberikan pengobatan gratis kepada pengungsi.

Bertempat di Lapangan Samura, Kabanjahe, Tito mengatakan, kehadirannya di sana atas dua faktor. “Faktor pertama adalah kegiatan bakti sosial dan bakti kesehatan bagi masyarakat Karo yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Kedua ada masalah penting untuk diselesaikan terkait pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung yang sudah berlangsung tujuh tahun dan sampai saat ini belum berahir.  Polri prinsipnya hanya membantu pemerintah, melalui dialog untuk mencairkan kebekuan,” ungkap Tito, Kamis (24/8).

Namun diakui Tito, tujuan dia melakukan kegiatan tersebut untuk menunjukkan secara simbolis, pimpinan Polri punya kepedulian terhadap  masalah Sinabung. “Selain itu memberikan pesan kepada Kepolisian bahwa langkah langkah persuasif harus dilakukan dibanding upaya-upaya represif,” katanya.

Dengan mengintensifkan kegiatan-kegiatan persuasif dibanding upaya upaya penegakan hokum, dia mengklaim gemanya akan cukup luas. Dalam kesempatan itu, Tito juga mengajak pengungsi Sinabung untuk mengubah cara pandang mereka terhadap bencana alam yang mereka alami. “Maknai bencana erupsi Sinabung ini sebagai keberuntungan yang diberikan oleh Tuhan. Karena Dia memberikan tekanan untuk kita bisa bangkit. Peristiwa erupsi Sinabung ini harus dijadikan peluang karena ada tekanan, spiritnya harus dari dalam membuat kita bangkit sendiri,” imbau Tito.

Menurutnya, warga Karo harus melihat bencana Sinabung yang sudah terjadi sejak tujuh tahun lalu ini sebagai peluang, bukan masalah. Dia berpesan kepada warga agar tidak menjadi manja dengan bantuan yang diberikan. “Ini hanya untuk memancing saja, supaya masyarakat Karo merasa tidak ditinggalkan oleh pemerintah, termasuk Polri.  Diharapkan masyarakat Karo bangkit secara mandiri dibantu oleh pemerintah,” ungkapnya.

Dalam kegiatan itu, diadakan pengobatan umum, pengobatan gigi, UKGS, pelayanan KB, Khitan, bedah minor, donor darah, laboratorium dan golongan darah, skrening mata. Dan untuk pelayanan kesehatan spesialisasi seperti Spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis penyakit dalam, spesialis paru, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis bedah, spesialis kulit dan kelamin, spesialis mata, spesialis anak, spesialis THT, spesialis jiwa dan psikologi.

Masyarakat yang memanfaatkan kegiatan bhakti kesehatan dan bhakti sosial sebanyak 3.000 orang terdiri dari pengobatan umum 1.000 pasien, laboratorium ditambah golongan darah 1.000 pasien, UKGS 300 pasien, pengobatan gigi 200 pasien, donor darah 200 pasien, khitan 150 pasien, KB 100 pasien, bedah minor 50 pasien, bedah mata 10 pasien. (dvs/adz)

Kapolri Jenderal Tito Karnavian.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kurang lebih tujuh tahun warga Tanah Karo dilanda bencana alam letusan Gunung Sinabung. Ribuan orang yang bermukim di kaki gunung harus mengungsi, meninggalkan segala harta bendanya.

Nasib para pengungsi Sinabung bisa dibilang mengkhawatirkan. Mereka harus tidur di penampungan dengan semua keterbatasan. Masalah sanitasi dan kesehatan pun menjadi hal utama.

Kepala Kepolisian RI, Jendral Pol Tito Karnavian yang turun langsung ke Karo mengaku perihatin dengan apa yang dialami masyarakat di sana. Orang nomor satu di Polri ini datang ke daerah bencana itu dalam misi sosial, memberikan pengobatan gratis kepada pengungsi.

Bertempat di Lapangan Samura, Kabanjahe, Tito mengatakan, kehadirannya di sana atas dua faktor. “Faktor pertama adalah kegiatan bakti sosial dan bakti kesehatan bagi masyarakat Karo yang terkena dampak erupsi Gunung Sinabung. Kedua ada masalah penting untuk diselesaikan terkait pengungsi akibat erupsi Gunung Sinabung yang sudah berlangsung tujuh tahun dan sampai saat ini belum berahir.  Polri prinsipnya hanya membantu pemerintah, melalui dialog untuk mencairkan kebekuan,” ungkap Tito, Kamis (24/8).

Namun diakui Tito, tujuan dia melakukan kegiatan tersebut untuk menunjukkan secara simbolis, pimpinan Polri punya kepedulian terhadap  masalah Sinabung. “Selain itu memberikan pesan kepada Kepolisian bahwa langkah langkah persuasif harus dilakukan dibanding upaya-upaya represif,” katanya.

Dengan mengintensifkan kegiatan-kegiatan persuasif dibanding upaya upaya penegakan hokum, dia mengklaim gemanya akan cukup luas. Dalam kesempatan itu, Tito juga mengajak pengungsi Sinabung untuk mengubah cara pandang mereka terhadap bencana alam yang mereka alami. “Maknai bencana erupsi Sinabung ini sebagai keberuntungan yang diberikan oleh Tuhan. Karena Dia memberikan tekanan untuk kita bisa bangkit. Peristiwa erupsi Sinabung ini harus dijadikan peluang karena ada tekanan, spiritnya harus dari dalam membuat kita bangkit sendiri,” imbau Tito.

Menurutnya, warga Karo harus melihat bencana Sinabung yang sudah terjadi sejak tujuh tahun lalu ini sebagai peluang, bukan masalah. Dia berpesan kepada warga agar tidak menjadi manja dengan bantuan yang diberikan. “Ini hanya untuk memancing saja, supaya masyarakat Karo merasa tidak ditinggalkan oleh pemerintah, termasuk Polri.  Diharapkan masyarakat Karo bangkit secara mandiri dibantu oleh pemerintah,” ungkapnya.

Dalam kegiatan itu, diadakan pengobatan umum, pengobatan gigi, UKGS, pelayanan KB, Khitan, bedah minor, donor darah, laboratorium dan golongan darah, skrening mata. Dan untuk pelayanan kesehatan spesialisasi seperti Spesialis jantung dan pembuluh darah, spesialis penyakit dalam, spesialis paru, spesialis kebidanan dan kandungan, spesialis bedah, spesialis kulit dan kelamin, spesialis mata, spesialis anak, spesialis THT, spesialis jiwa dan psikologi.

Masyarakat yang memanfaatkan kegiatan bhakti kesehatan dan bhakti sosial sebanyak 3.000 orang terdiri dari pengobatan umum 1.000 pasien, laboratorium ditambah golongan darah 1.000 pasien, UKGS 300 pasien, pengobatan gigi 200 pasien, donor darah 200 pasien, khitan 150 pasien, KB 100 pasien, bedah minor 50 pasien, bedah mata 10 pasien. (dvs/adz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/