32.8 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Gadis Yatim Ini Ingin jadi Jaksa, tapi… Tergantung Rezeki Mama

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Fitriyani didampingi ibunya di bawah tenda tentara pascaoperasi, usai mengikuti operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan ANV dan Kodam I BB di RS Tentara Psp, 24 Oktober 2017.

Memandang bintang sambil tetap berpijak di bumi. Itulah yang dilakukan gadis yatim penderita katarak ini. Meski ia tetap berharap kelak bisa jadi jaksa, ia tetap realistis dengan kemampuan ekonomi ibunya. “Jadi tergantung rezeki ibu,” katanya sederhana.

————————————————–
Dame Ambarita, Padangsidimpuan
—————————————————

Gadis manis itu takut-takut menjawab pertanyaan. Katanya, khawatir obrolan tentang dirinya, menyebabkan masalah untuk operasi katarak matanya.

Masalah seperti apa Dek?
“Entah apalah…!” jawabnya nggak jelas.

Waduh…

Walau menjawab pendek-pendek, ada juga sekelumit isi hatinya yang terungkap.

Ditemui di bawah tenda tentara yang disediakan bagi para pasien mendengarkan relawan menjelaskan cara-cara perawatan pascaoperasi, Fitriyani duduk manis didampingi ibunya.

Gadis 18 tahun yang masih duduk di bangku kelas III SMAN 1 Natal, Madina ini, adalah salahseorang dari seribuan peserta operasi katarak gratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan, di Rumah Sakit TNI AD Losung Batu Padangsidimpuan mulai 22 hingga 26 Oktober 2017 nanti.

Awal dirinya menderita katarak terjadi saat ia pulang sekolah ke rumah orangtuanya di Sesbintuas, Natal Kabupaten Madina. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 2 SD. Masih di pintu depan, ia sudah bersiap membuka sepatu sekolah. Saat berjongkok, tiba-tiba pintu terhempas dengan kuat. Langsung menghantam mata kanannya.

Kontan ia menangis sekeras-kerasnya.

“Matanya jadi putih dan pandangannya kabur,” kata ibunya, yang ikut mendampingi.

Oleh ibunya, anak kedua dari lima bersaudara ini dibawa ‘berobat kampung’. Sebulan kemudian, bintik putih di matanya hilang dan ia bisa bermain seperti biasa.

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Fitriyani didampingi ibunya di bawah tenda tentara pascaoperasi, usai mengikuti operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan ANV dan Kodam I BB di RS Tentara Psp, 24 Oktober 2017.

Dua tahun kemudian saat dirinya duduk di kelas IV SD, ia ikut melayat famili ibunya yang meninggal. Entah bagaimana, keesokan harinya bintik putih di matanya kembali muncul, dan mata kanannya langsung tidak bisa lagi melihat.

Oleh ibunya, ia dibawa ke bidan. Kata Bidan, matanya tidak bisa dioperasi. Jadilah ia tumbuh besar dengan hanya sebelah mata normal, sebelah lagi katarak akibat trauma benturan.

Meski demikian, gadis penggemar olahraga basket ini mengaku tidak terlalu terganggu dalam pelajaran sekolah. Ia tetap dapat mengikuti pelajaran, bahkan paling menyukai bidang studi Sosiologi, di jurusan IPS yang dipilihnya.

Ia merasa beruntung mendapat informasi tentang operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe ini, dari Babinsa yang turun ke desa-desa.

Saat diberitahu untuk didaftarkan ikut operasi, ia langsung mau dan mendapat dukungan dari ibunya. “Operasi-operasi sebelumnya kami tak pernah dapat info, baru kali ini,” cetusnya.

Ia pun menjalani operasi meski sempat berdebar, takut operasinya gagal. Untunglah, begitu dop penutup mata dibuka, penglihatannya membaik dan semakin membaik. Gadis yang hobby membaca buku ini pun dipenuhi semangat.

“Kalau Tuhan mengizinkan, ingin melanjutkan pendidikan hingga kuliah hukum. Saya ingin jadi jaksa. Tapi tergantung rezeki ibulah… Saya ikut saja apa keputusan ibu,” katanya sambil menatap wajah ibunya.

Ibunya hanya terdiam dan memalingkan pandangan sendu.

“Ayahnya sudah tiada, dan saya hanya petani sawah,” katanya tanpa merinci lebih lanjut.

Yah… rezeki bisa datang dari mana saja kok Bu.

Keep the spirit! (*)

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Fitriyani didampingi ibunya di bawah tenda tentara pascaoperasi, usai mengikuti operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan ANV dan Kodam I BB di RS Tentara Psp, 24 Oktober 2017.

Memandang bintang sambil tetap berpijak di bumi. Itulah yang dilakukan gadis yatim penderita katarak ini. Meski ia tetap berharap kelak bisa jadi jaksa, ia tetap realistis dengan kemampuan ekonomi ibunya. “Jadi tergantung rezeki ibu,” katanya sederhana.

————————————————–
Dame Ambarita, Padangsidimpuan
—————————————————

Gadis manis itu takut-takut menjawab pertanyaan. Katanya, khawatir obrolan tentang dirinya, menyebabkan masalah untuk operasi katarak matanya.

Masalah seperti apa Dek?
“Entah apalah…!” jawabnya nggak jelas.

Waduh…

Walau menjawab pendek-pendek, ada juga sekelumit isi hatinya yang terungkap.

Ditemui di bawah tenda tentara yang disediakan bagi para pasien mendengarkan relawan menjelaskan cara-cara perawatan pascaoperasi, Fitriyani duduk manis didampingi ibunya.

Gadis 18 tahun yang masih duduk di bangku kelas III SMAN 1 Natal, Madina ini, adalah salahseorang dari seribuan peserta operasi katarak gratis ‘Buka Mata Lihat Indahnya Dunia” yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan A New Vision dan Kodam I Bukit Barisan, di Rumah Sakit TNI AD Losung Batu Padangsidimpuan mulai 22 hingga 26 Oktober 2017 nanti.

Awal dirinya menderita katarak terjadi saat ia pulang sekolah ke rumah orangtuanya di Sesbintuas, Natal Kabupaten Madina. Saat itu, ia masih duduk di bangku kelas 2 SD. Masih di pintu depan, ia sudah bersiap membuka sepatu sekolah. Saat berjongkok, tiba-tiba pintu terhempas dengan kuat. Langsung menghantam mata kanannya.

Kontan ia menangis sekeras-kerasnya.

“Matanya jadi putih dan pandangannya kabur,” kata ibunya, yang ikut mendampingi.

Oleh ibunya, anak kedua dari lima bersaudara ini dibawa ‘berobat kampung’. Sebulan kemudian, bintik putih di matanya hilang dan ia bisa bermain seperti biasa.

Foto: Dame/SUMUTPOS.CO
Fitriyani didampingi ibunya di bawah tenda tentara pascaoperasi, usai mengikuti operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe bekerjasama dengan ANV dan Kodam I BB di RS Tentara Psp, 24 Oktober 2017.

Dua tahun kemudian saat dirinya duduk di kelas IV SD, ia ikut melayat famili ibunya yang meninggal. Entah bagaimana, keesokan harinya bintik putih di matanya kembali muncul, dan mata kanannya langsung tidak bisa lagi melihat.

Oleh ibunya, ia dibawa ke bidan. Kata Bidan, matanya tidak bisa dioperasi. Jadilah ia tumbuh besar dengan hanya sebelah mata normal, sebelah lagi katarak akibat trauma benturan.

Meski demikian, gadis penggemar olahraga basket ini mengaku tidak terlalu terganggu dalam pelajaran sekolah. Ia tetap dapat mengikuti pelajaran, bahkan paling menyukai bidang studi Sosiologi, di jurusan IPS yang dipilihnya.

Ia merasa beruntung mendapat informasi tentang operasi katarak gratis yang digelar Tambang Emas Martabe ini, dari Babinsa yang turun ke desa-desa.

Saat diberitahu untuk didaftarkan ikut operasi, ia langsung mau dan mendapat dukungan dari ibunya. “Operasi-operasi sebelumnya kami tak pernah dapat info, baru kali ini,” cetusnya.

Ia pun menjalani operasi meski sempat berdebar, takut operasinya gagal. Untunglah, begitu dop penutup mata dibuka, penglihatannya membaik dan semakin membaik. Gadis yang hobby membaca buku ini pun dipenuhi semangat.

“Kalau Tuhan mengizinkan, ingin melanjutkan pendidikan hingga kuliah hukum. Saya ingin jadi jaksa. Tapi tergantung rezeki ibulah… Saya ikut saja apa keputusan ibu,” katanya sambil menatap wajah ibunya.

Ibunya hanya terdiam dan memalingkan pandangan sendu.

“Ayahnya sudah tiada, dan saya hanya petani sawah,” katanya tanpa merinci lebih lanjut.

Yah… rezeki bisa datang dari mana saja kok Bu.

Keep the spirit! (*)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/