30 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Pelajar SMA Terapung di Sungai Eho

Foto : ADITIA LAOLI/SUMUT POS
DIEVAKUASI: Tim SAR, BPBD Kabupaten Nisel mengevakuasi jasad Iwan Darnis Ndruru dari tepi Sungai Eho

NISEL, SUMUTPOS.CO –Setelah tiga hari tenggelam terseret arus, Iwan Darnis Ndruru (17) warga Desa Lolozaria, Kecamatan Amandraya, Kabupaten Nias, ditemukan tewas dengan kondisi terapung di Sungai Eho.

Kepala Pos SAR Nias, Tonggor Gultom mengatakan, korban Iwan Darnis ditemukan setelah tiga hari dalam pencarian oleh tim gabungan SAR, BPBD Kabupaten Nisel, personel Polsek Amandraya dan masyarakat. Saat ditemukan, jasad korban terapun di pinggir Sungai Eho, sekitar 5 kilometer dari lokasi korban tenggelam terseret arus.

“Sejak senin lalu bersama tim terus melakulan pencarian, dan akhirnya hari ini sekitar pukul 11.30 WIB, tim menemukan korban mengapung di pinggir sungai dalam keadaan sudah tak bernyawa. Setelah dievakuasi, jenazah langsung diserahkan kepada pihak keluarga,”ungkap Gultom kepada Sumut Pos, Rabu (25/4).

Sementara itu, Camat Amandraya Sokhiato Mendrofa yang dihubungi kemarin sore mengatakan, sebelum ditemukan tewas, Senin (23/4), korban bersama tantenya pergi ke ladang dengan cara menyeberangi Sungai Heo.

“Saat itu sedang hujan deras. Korban yang baru pulang dari sekolah diajak tantenya ke ladang untuk menjemput keperluan rumah tangga. Namun saat mereka sampai di tengah sungai, arus sungai menenggelamkan pelajar SMA tersebut. Dimana korban bersama tantenya menyeberangi sungai Heo yang saat itu dalam kondisi air meluap karena banjir.

”Tantenya berhasil menyeberangi sungai, sementara korban tidak,”Beber Sokhiato.

Menurut Sokhiato, Sungai Eho belum memiliki jembatan, sehingga warga bepergian harus menyeberangi sungai. Sokhiato juga mengaku sudah mengusulkan kepada Pemkab Nias Selatan (Nisel) untuk membangun jembatan. Namun hingga saat ini belum terealisasi dengan alasan ketidakmampuan keuangan Pemerintah Daerah.

“Kita sudah mengajukan melalui musrembang kecamatan, maupun musrembang tingkat Kabupaten. Akan tetapi, keuangan Pemda Nisel tak mampu membangun jembatan ini. Mulut sungainya lebar, sehingga memerlukan dana yang besar untuk membangun jembatan, diperkirakan biayanya di atas Rp5 miliar”,Kata Sokhiato. (mag-5/han)

 

 

 

 

Foto : ADITIA LAOLI/SUMUT POS
DIEVAKUASI: Tim SAR, BPBD Kabupaten Nisel mengevakuasi jasad Iwan Darnis Ndruru dari tepi Sungai Eho

NISEL, SUMUTPOS.CO –Setelah tiga hari tenggelam terseret arus, Iwan Darnis Ndruru (17) warga Desa Lolozaria, Kecamatan Amandraya, Kabupaten Nias, ditemukan tewas dengan kondisi terapung di Sungai Eho.

Kepala Pos SAR Nias, Tonggor Gultom mengatakan, korban Iwan Darnis ditemukan setelah tiga hari dalam pencarian oleh tim gabungan SAR, BPBD Kabupaten Nisel, personel Polsek Amandraya dan masyarakat. Saat ditemukan, jasad korban terapun di pinggir Sungai Eho, sekitar 5 kilometer dari lokasi korban tenggelam terseret arus.

“Sejak senin lalu bersama tim terus melakulan pencarian, dan akhirnya hari ini sekitar pukul 11.30 WIB, tim menemukan korban mengapung di pinggir sungai dalam keadaan sudah tak bernyawa. Setelah dievakuasi, jenazah langsung diserahkan kepada pihak keluarga,”ungkap Gultom kepada Sumut Pos, Rabu (25/4).

Sementara itu, Camat Amandraya Sokhiato Mendrofa yang dihubungi kemarin sore mengatakan, sebelum ditemukan tewas, Senin (23/4), korban bersama tantenya pergi ke ladang dengan cara menyeberangi Sungai Heo.

“Saat itu sedang hujan deras. Korban yang baru pulang dari sekolah diajak tantenya ke ladang untuk menjemput keperluan rumah tangga. Namun saat mereka sampai di tengah sungai, arus sungai menenggelamkan pelajar SMA tersebut. Dimana korban bersama tantenya menyeberangi sungai Heo yang saat itu dalam kondisi air meluap karena banjir.

”Tantenya berhasil menyeberangi sungai, sementara korban tidak,”Beber Sokhiato.

Menurut Sokhiato, Sungai Eho belum memiliki jembatan, sehingga warga bepergian harus menyeberangi sungai. Sokhiato juga mengaku sudah mengusulkan kepada Pemkab Nias Selatan (Nisel) untuk membangun jembatan. Namun hingga saat ini belum terealisasi dengan alasan ketidakmampuan keuangan Pemerintah Daerah.

“Kita sudah mengajukan melalui musrembang kecamatan, maupun musrembang tingkat Kabupaten. Akan tetapi, keuangan Pemda Nisel tak mampu membangun jembatan ini. Mulut sungainya lebar, sehingga memerlukan dana yang besar untuk membangun jembatan, diperkirakan biayanya di atas Rp5 miliar”,Kata Sokhiato. (mag-5/han)

 

 

 

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/