Begitupun untuk target kursi DPDR Sumut, Doli menyebut pihaknya hanya menambah target dua kursi saja dari 19 menjadi 21. “Itu turun setelah kami evaluasi saat rapat pleno. “Analisisnya juga karena banyak faktor. Salah satunya kita melihat faktor sosok yang dicalonkan dan hal ini juga masih berkaitan dengan kondisi Golkar Sumut kemarin yang menurut kami berada pada level terburuk yang pernah terjadi,” ungkapnya.
Sekretaris Partai NasDem Sumut, Iskandar ST menyebut adapun target mereka tingkat pusat sebanyak enam kursi. Di mana dengan rincian per dapil menyumbang masing-masing dua kursi. Target ini menurutnya sangat realistis melihat perolehan suara NasDem pada Pilkada serentak 2018 dan pilkada sebelumnya. “Apalagi bacaleg yang kami masukkan merupakan calon jadi. Jadi memang ada peningkatan 5 kursi untuk Dapil Sumut dari DPP,” katanya.
Demikian halnya dengan PKS Sumut yang mematok target 5 kursi dari hanya 2 kursi pada periode sebelumnya. “Untuk Dapil Sumut I itu target kita 2 kursi, Dapil Sumut II 1 kursi dan Sumut III itu 2 kursi,” Sekretaris PKS Sumut, Abdul Rahim Siregar merinci. Daftar bacaleg PKS ini pun disebut Rahim, merupakan tokoh-tokoh yang dianggap mampu meningkatkan suara partainya terutama di wilayah Sumut.
Serupa dengan PKS dan NasDem, Demokrat juga menargetkan 5 kursi di DPR RI dari Sumut dengan komposisi terbanyak asal Dapil Sumut I 3 kursi. “Selebihnya kita berharap dapil lainnya mendapat satu kursi. Tapi memang target di Sumut I lebih tinggi dibanding dapil lain,” kata Plt Ketua Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain Hutajulu.
Pihaknya mengaku persaingan di Pileg 2019 akan alot, mengingat pada kandidat yang didaftarkan sudah dikenal ketokohannya di masyarakat. “Jadi tidak hanya persaingan eksternal saja, diinternal kami pun cukup ketat persaingannya,” katanya.
Namun ia optimis bahwa secara nasional dengan keputusan Demokrat bergabung di kubu oposisi atau Prabowo Subianto, akan mendongkrak suara partainya dimana saat periode 2009-2014 lalu. “Apalagi akan ada cawapres dari kita yang diusulkan tentu harapannya dapat menambah perolehan suara Demokrat,” ujarnya.
Sementara, Pengamat Politik dari Universitas Sumatera Utara (USU), Bimby Hidayat menilai, Sumut I memang dapil neraka. Namun semua parpol pasti sudah punya hitung-hitungan matang menempatkan kadernya pada ‘dapil neraka’ tersebut. Mengingat daftar pemilih tetap (DPT) di Sumut I merupakan yang terbesar dari dua dapil lainnya.
“Bukan berarti bacaleg yang daftar dari dua dapil lain tidak sosok yang diperhitungkan. Tapi dibanding Dapil Sumut I ‘perjudiannya’ akan lebih besar dan menantang. Apalagi banyak tokoh-tokoh nasional yang kembali mencalon,” katanya.
Tak hanya parpol, para bacaleg yang mengambil tempat di Sumut I juga diamini Bimby, sudah mempresisi secara akurat kantong-kantong suaranya. Sehingga berani menjadi kontestan bagi ‘pemain-pemain’ lama yang lebih dulu duduk di Senayan. “Ya, tentu menjadi tantangan baru bagi bacaleg yang mencoba peruntungan menuju DPR RI. Terlebih bagi mereka yang ingin naik kelas. Saya kira hal itu sudah mereka perhitungkan dengan matang,” katanya.
Ia menambahkan, menarik buat disaksikan bahwa sejumlah nama yang sudah muncul ini bakal diumumkan oleh KPU saat penetapan DCT nanti. “Parpol sendiri saya pikir juga tidak sembarangan memberi restu bagi kadernya yang mau bertarung dari Sumut ke Senayan. Oleh karenanya nama-nama yang sudah tidak asing ditengah masyarakat ini, akan bertarung habis-habisan mendapat kursi dan mendulang perolehan suara partai mereka,” pungkasnya. (prn)