25.6 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Berulang Kali Ambruk, Minta Kontraktor Bertanggung Jawab

Buruknya Pembangunan Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu

AMBRUK: Plafon gedung DPRD Labuhanbatu ambruk.//joko/sumut pos
AMBRUK: Plafon gedung DPRD Labuhanbatu ambruk.//joko/sumut pos

LABUHANBATU- Ambruknya plafon di gedung baru Sekretariat DPRD Labuhanbatu akibat kualitas proyek rendah. Sehingga, Sekwan DPRD Labuhanbatu disarankan untuk tidak menggunakan APBD untuk memperbaikinya.

Seperti diutarakan Ketua Komisi D DPRD Labuhanbatu Saipul Usdek kepada Sumut Pos, Selasa (28/8). Menurut dia, proyek itu menelan dana APBD sekitar Rp10 miliar pada 2010 dan berlanjut hingga 2011 ada pengadaan mobiler serta perbaikan taman.

“Ambruknya plafon gedung DPRD Labuhanbatu itu sudah berulangkali terjadi. Inikan jadi pertanyaan, mengapa bisa berulang kali ambruk. Ini pengerjaannya sudah tidak benar,” sebutnya.

Dia berpendapat, tidak ada alasan bagi Sekwan DPRD Labuhanbatu mengeluarkan biaya perawatan untuk memperbaiki gedung sekretariat DPRD Labuhanbatu yang belum diresmikan itu. Bangunannya sudah diketahui bermasalah dan rusaknya juga diakibatkan kualitas pengerjaannya rendah. “Jadi kontraktornya harus bertanggung jawab,” pintanya.

Terpisah, Ketua DPRD Labuhanbatu Hj Ellya Rosa Siregar mengakui, ambruknya plafon di gedung DPRD Labuhanbatu yang baru itu sudah lebih tiga kali.

“Seingat saya sudah dua kali ambruk dan masih diperbaiki pemborongnya. Tapi kalau yang ini saya tidak tahu tanggung jawab siapa, apalagi sudah lewat masa perawatan. Harusnya Sekwan DPRD menghindari memakai uang negara,” sebutnya.

Sementara itu, seorang yang disebut-sebut kontraktor, H Idlin Sah menerangkan bahwa dirinya hanya sebatas suplair sebagian material bangunannya saja. Karena sepenuhnya pengerjaan dilakukan oleh kontraktor asal Kota Medan.

“Bukan saya kontraktornya. Memang kebetulan dulu pemborongnya kewalahan material, jadi diminta memasok sebagian materialnya. Kalau kontraktornya asal Kota Medan,” sebutnya melalui telepon selular.

Sedangkan Sekwan DPRD Labuhabatu, H Fuad Siregar mengaku tidak mengetahui apa nama perusahaan yang mengerjakan proyek pembangunan gedung DPRD Labuhanbatu yang terbaru.
Dia menambahkan, sekarang ini gedung DPRD Labuhanbatu yang statusnya belum ditempati dan diresmikan itu, ternyata masa perawatannya sudah habis. Sehingga kerusakan plafon yang ambruk itu diperbaiki pakai anggaran perawatan gedung DPRD yang bersumber dari APBD.

Saat disinggung besaran total biaya perbaikan, Fuad mengaku belum mengetahui pasti. Pasalnya, baru akan direncanakan dan dihitung oleh ahlinya, sekaligus tukang akan datang melihat kondisi kerusakannya.

“Belum tahu berapa, karena besok rencananya tukangnya datang sekalian menghitung berapa biaya keseluruhannya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, rubuhnya plafon di ruangan Komisi A, C, ruang Banggar, ruang Badan Legislasi (Baleg) disebabkan adanya genangan air hujan yang bertahan di plafon yang terbuat dari gypsum.

“Atapnyakan main lem, jadi terbuka ketika masukair. Atapnya itu kalau cuaca dingin semakin lekang, tapi kalau panas atapnya makin merekat kuat,” terangnya.

Plafon di gedung DPRD Labuhanbatu itu ambruk, Minggu (26/8) sekitar pukul 20.15 WIB malam pascaturunnya hujan. Diketahui, Senin (27/8) plafon yang berbahan material gypsum baru selesai dikerjakan ambruk dan berserak di lantai. (mag-16)

Buruknya Pembangunan Gedung Sekretariat DPRD Labuhanbatu

AMBRUK: Plafon gedung DPRD Labuhanbatu ambruk.//joko/sumut pos
AMBRUK: Plafon gedung DPRD Labuhanbatu ambruk.//joko/sumut pos

LABUHANBATU- Ambruknya plafon di gedung baru Sekretariat DPRD Labuhanbatu akibat kualitas proyek rendah. Sehingga, Sekwan DPRD Labuhanbatu disarankan untuk tidak menggunakan APBD untuk memperbaikinya.

Seperti diutarakan Ketua Komisi D DPRD Labuhanbatu Saipul Usdek kepada Sumut Pos, Selasa (28/8). Menurut dia, proyek itu menelan dana APBD sekitar Rp10 miliar pada 2010 dan berlanjut hingga 2011 ada pengadaan mobiler serta perbaikan taman.

“Ambruknya plafon gedung DPRD Labuhanbatu itu sudah berulangkali terjadi. Inikan jadi pertanyaan, mengapa bisa berulang kali ambruk. Ini pengerjaannya sudah tidak benar,” sebutnya.

Dia berpendapat, tidak ada alasan bagi Sekwan DPRD Labuhanbatu mengeluarkan biaya perawatan untuk memperbaiki gedung sekretariat DPRD Labuhanbatu yang belum diresmikan itu. Bangunannya sudah diketahui bermasalah dan rusaknya juga diakibatkan kualitas pengerjaannya rendah. “Jadi kontraktornya harus bertanggung jawab,” pintanya.

Terpisah, Ketua DPRD Labuhanbatu Hj Ellya Rosa Siregar mengakui, ambruknya plafon di gedung DPRD Labuhanbatu yang baru itu sudah lebih tiga kali.

“Seingat saya sudah dua kali ambruk dan masih diperbaiki pemborongnya. Tapi kalau yang ini saya tidak tahu tanggung jawab siapa, apalagi sudah lewat masa perawatan. Harusnya Sekwan DPRD menghindari memakai uang negara,” sebutnya.

Sementara itu, seorang yang disebut-sebut kontraktor, H Idlin Sah menerangkan bahwa dirinya hanya sebatas suplair sebagian material bangunannya saja. Karena sepenuhnya pengerjaan dilakukan oleh kontraktor asal Kota Medan.

“Bukan saya kontraktornya. Memang kebetulan dulu pemborongnya kewalahan material, jadi diminta memasok sebagian materialnya. Kalau kontraktornya asal Kota Medan,” sebutnya melalui telepon selular.

Sedangkan Sekwan DPRD Labuhabatu, H Fuad Siregar mengaku tidak mengetahui apa nama perusahaan yang mengerjakan proyek pembangunan gedung DPRD Labuhanbatu yang terbaru.
Dia menambahkan, sekarang ini gedung DPRD Labuhanbatu yang statusnya belum ditempati dan diresmikan itu, ternyata masa perawatannya sudah habis. Sehingga kerusakan plafon yang ambruk itu diperbaiki pakai anggaran perawatan gedung DPRD yang bersumber dari APBD.

Saat disinggung besaran total biaya perbaikan, Fuad mengaku belum mengetahui pasti. Pasalnya, baru akan direncanakan dan dihitung oleh ahlinya, sekaligus tukang akan datang melihat kondisi kerusakannya.

“Belum tahu berapa, karena besok rencananya tukangnya datang sekalian menghitung berapa biaya keseluruhannya.
Lebih lanjut, dia menerangkan, rubuhnya plafon di ruangan Komisi A, C, ruang Banggar, ruang Badan Legislasi (Baleg) disebabkan adanya genangan air hujan yang bertahan di plafon yang terbuat dari gypsum.

“Atapnyakan main lem, jadi terbuka ketika masukair. Atapnya itu kalau cuaca dingin semakin lekang, tapi kalau panas atapnya makin merekat kuat,” terangnya.

Plafon di gedung DPRD Labuhanbatu itu ambruk, Minggu (26/8) sekitar pukul 20.15 WIB malam pascaturunnya hujan. Diketahui, Senin (27/8) plafon yang berbahan material gypsum baru selesai dikerjakan ambruk dan berserak di lantai. (mag-16)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/