26.7 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Di Majelis Umum PBB, Mayoritas Negara Serukan Gencatan Senjata

Israel dan AS Tolak Resolusi

Australia, yang memilih abstain mendapatkan kecaman di negaranya sendiri. Pasalnya, dinilai tidak mendukung gencatan senjata. Meskipun tidak mengikat, namun resolusi itu memiliki bobot politik lantaran menyoroti tingkat isolasi internasional terhadap Israel dan AS.

Dalam resolusi yang bertajuk Perlindungan Warga Sipil dan Penegakan Kewajiban Hukum dan Kemanusiaan tersebut, UNGA menuntut agar semua pihak segera dan sepenuhnya mematuhi kewajiban berdasarkan hukum kemanusiaan dan HAM internasional. Khususnya yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil dan objek yang berkaitan dengan penduduk sipil. Mereka mendesak agar ada gencatan senjata atas nama kemanusiaan.

Resolusi tersebut juga mendesak perlindungan terhadap personel kemanusiaan, orang-orang yang tidak dapat berperang, serta fasilitas dan aset kemanusiaan. Lalu, memfasilitasi akses kemanusiaan terhadap pasokan dan layanan penting yang menjangkau semua warga sipil yang membutuhkan di Jalur Gaza.

Mereka juga menyerukan pembatalan perintah Israel agar semua warga sipil Palestina, staf PBB, dan pekerja kemanusiaan hengkang dari area utara Jalur Gaza dan pindah ke selatan. Selain itu, pembebasan secepatnya dan tanpa syarat atas warga sipil yang ditawan secara ilegal. Yang terpenting, resolusi ini kembali menegaskan bahwa solusi yang adil dan langgeng dalam konflik Israel-Palestina hanya dapat dicapai melalui jalur damai berdasarkan solusi dua negara.

Sebetulnya, Kanada sempat mengajukan amandemen resolusi tersebut. Sebab, tidak ada kalimat mengutuk serangan Hamas dan penyanderaan yang mereka lakukan. Namun, amandemen itu gagal karena tidak didukung dua pertiga anggota UNGA. Tidak seperti di Dewan Keamanan (DK) PBB, tidak ada veto di UNGA.

Tak ayal, resolusi itu membuat pihak Israel geram. ’’Kami langsung menolak seruan tercela Majelis Umum PBB untuk melakukan gencatan senjata. Israel bermaksud melenyapkan Hamas seperti halnya dunia menghadapi Nazi dan ISIS,’’ ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Eli Cohen setelah hasil resolusi keluar seperti dikutip Palestine Chronicle.

Setali tiga uang, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan, gencatan senjata berarti memberi Hamas waktu untuk mempersenjatai diri lagi. Menurut dia, voting itu tidak dimaksudkan untuk membawa perdamaian. Namun, untuk mengikat tangan Israel.

Sementara itu, hingga kemarin (29/10), serangan Israel telah merenggut lebih dari 8 ribu penduduk Palestina. ’’Jika Anda tidak menghentikan (perang) untuk semua orang yang terbunuh, hentikanlah untuk semua orang yang nyawanya masih bisa kita selamatkan,’’ ujar Pengamat Tetap Palestina di PBB Riyad Mansour.

 

Relawan MER-C asal Indonesia sempat Hilang Kontak

Sementara itu, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sempat melaporkan tiga relawannya asal Indonesia dan staf lokal, hilang kontak di wilayah Gaza sejak Jumat (27/10). Mereka tak dapat dihubungi sejak pukul 14.00 WIB.

Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, ada lima orang yang tak bisa dihubungi. Sebelum hilang kontak, tiga relawan diketahui berada di sekitar rumah sakit yang ada di wilayah Gaza. Sementara, dua orang lainnya tidak diketahui pasti lokasi persisnya sebelum hilang kontak.

Jawa Pos (grup Sumut Pos) mencoba menghubungi dua diantara relawan MER-C asal Indonesia, Farid Zanzabil Al Ayubi dan Fikri Rofiul Haq, kemarin (29/10). Sayangnya, chat yang dikirim lewat aplikasi Whatsapp tersebut hanya centang satu. Pesan tak terkirim. Pesan yang coba dikirim lewat pesan singkat pun tak menunjukkan adanya balasan.

Sejak Jumat, situasi di Gaza kian mencekam. Selain meningkatkan intensitas serangan bomnya ke wilayah Gaza, Israel juga memutus akses internet, komunikasi, dan listrik di wilayah tersebut.

Usai hilang lebih dari 40 jam, kata Sarbini, salah satu relawan akhirnya berhasil menghubungi pihak MER-C pada Minggu (29/10) sekitar pukul 10.00 WIB. Kontak ini disampaikan staf lokal MER-C di Gaza melalui pesan singkat. Dia mengabarkan, bahwa mereka termasuk 3 relawan Indonesia dalam keadaan baik. “Assalamu’alaikum. Akhi kami dalam keadaan baik Alhamdulillah, Syabab (ketiga anak Fikri, Reza, Farid, red) juga baik. Semua mereka baik, jangan khawatir,” tulis sms tersebut disampaikan olehnya, kemarin (29/10).

Menurutnya, selain mengabarkan kondisi kelimanya, staf lokal MER-C juga menyampaikan kondisi rumah sakit di sana. Mereka juga memastikan masih ada makanan untuk dikonsumsi. “Alhamdulillah sudah bisa komunikasi. Mereka posisi di RSI (rumah sakit Indonesia di Gaza, red) dalam keadaan selamat,” ungkapnya.

Diakuinya, meskipun sudah dapat berkomunikasi melalui SMS namun komunikasi belum dapat terjalin dengan lancar. Mereka belum tersambung melalui saluran telepon sehingga informasi yang didapat masih sangat terbatas.

Disinggung soal upaya evakuasi, ia mengatakan, belum ada rencana evakuasi. Menurutnya, para relawan masih ingin di sana membantu para korban. “Ya mereka tetap bersama Palestina dalam kondisi sulit. Tim (tambahan, red) akan kita kirim ke Gaza mudah-mudahan mereka bisa masuk,” jelasnya. (sha/hud/mia/jpg)

Australia, yang memilih abstain mendapatkan kecaman di negaranya sendiri. Pasalnya, dinilai tidak mendukung gencatan senjata. Meskipun tidak mengikat, namun resolusi itu memiliki bobot politik lantaran menyoroti tingkat isolasi internasional terhadap Israel dan AS.

Dalam resolusi yang bertajuk Perlindungan Warga Sipil dan Penegakan Kewajiban Hukum dan Kemanusiaan tersebut, UNGA menuntut agar semua pihak segera dan sepenuhnya mematuhi kewajiban berdasarkan hukum kemanusiaan dan HAM internasional. Khususnya yang berkaitan dengan perlindungan warga sipil dan objek yang berkaitan dengan penduduk sipil. Mereka mendesak agar ada gencatan senjata atas nama kemanusiaan.

Resolusi tersebut juga mendesak perlindungan terhadap personel kemanusiaan, orang-orang yang tidak dapat berperang, serta fasilitas dan aset kemanusiaan. Lalu, memfasilitasi akses kemanusiaan terhadap pasokan dan layanan penting yang menjangkau semua warga sipil yang membutuhkan di Jalur Gaza.

Mereka juga menyerukan pembatalan perintah Israel agar semua warga sipil Palestina, staf PBB, dan pekerja kemanusiaan hengkang dari area utara Jalur Gaza dan pindah ke selatan. Selain itu, pembebasan secepatnya dan tanpa syarat atas warga sipil yang ditawan secara ilegal. Yang terpenting, resolusi ini kembali menegaskan bahwa solusi yang adil dan langgeng dalam konflik Israel-Palestina hanya dapat dicapai melalui jalur damai berdasarkan solusi dua negara.

Sebetulnya, Kanada sempat mengajukan amandemen resolusi tersebut. Sebab, tidak ada kalimat mengutuk serangan Hamas dan penyanderaan yang mereka lakukan. Namun, amandemen itu gagal karena tidak didukung dua pertiga anggota UNGA. Tidak seperti di Dewan Keamanan (DK) PBB, tidak ada veto di UNGA.

Tak ayal, resolusi itu membuat pihak Israel geram. ’’Kami langsung menolak seruan tercela Majelis Umum PBB untuk melakukan gencatan senjata. Israel bermaksud melenyapkan Hamas seperti halnya dunia menghadapi Nazi dan ISIS,’’ ujar Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel Eli Cohen setelah hasil resolusi keluar seperti dikutip Palestine Chronicle.

Setali tiga uang, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan mengatakan, gencatan senjata berarti memberi Hamas waktu untuk mempersenjatai diri lagi. Menurut dia, voting itu tidak dimaksudkan untuk membawa perdamaian. Namun, untuk mengikat tangan Israel.

Sementara itu, hingga kemarin (29/10), serangan Israel telah merenggut lebih dari 8 ribu penduduk Palestina. ’’Jika Anda tidak menghentikan (perang) untuk semua orang yang terbunuh, hentikanlah untuk semua orang yang nyawanya masih bisa kita selamatkan,’’ ujar Pengamat Tetap Palestina di PBB Riyad Mansour.

 

Relawan MER-C asal Indonesia sempat Hilang Kontak

Sementara itu, Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) sempat melaporkan tiga relawannya asal Indonesia dan staf lokal, hilang kontak di wilayah Gaza sejak Jumat (27/10). Mereka tak dapat dihubungi sejak pukul 14.00 WIB.

Kepala Presidium MER-C Sarbini Abdul Murad mengatakan, ada lima orang yang tak bisa dihubungi. Sebelum hilang kontak, tiga relawan diketahui berada di sekitar rumah sakit yang ada di wilayah Gaza. Sementara, dua orang lainnya tidak diketahui pasti lokasi persisnya sebelum hilang kontak.

Jawa Pos (grup Sumut Pos) mencoba menghubungi dua diantara relawan MER-C asal Indonesia, Farid Zanzabil Al Ayubi dan Fikri Rofiul Haq, kemarin (29/10). Sayangnya, chat yang dikirim lewat aplikasi Whatsapp tersebut hanya centang satu. Pesan tak terkirim. Pesan yang coba dikirim lewat pesan singkat pun tak menunjukkan adanya balasan.

Sejak Jumat, situasi di Gaza kian mencekam. Selain meningkatkan intensitas serangan bomnya ke wilayah Gaza, Israel juga memutus akses internet, komunikasi, dan listrik di wilayah tersebut.

Usai hilang lebih dari 40 jam, kata Sarbini, salah satu relawan akhirnya berhasil menghubungi pihak MER-C pada Minggu (29/10) sekitar pukul 10.00 WIB. Kontak ini disampaikan staf lokal MER-C di Gaza melalui pesan singkat. Dia mengabarkan, bahwa mereka termasuk 3 relawan Indonesia dalam keadaan baik. “Assalamu’alaikum. Akhi kami dalam keadaan baik Alhamdulillah, Syabab (ketiga anak Fikri, Reza, Farid, red) juga baik. Semua mereka baik, jangan khawatir,” tulis sms tersebut disampaikan olehnya, kemarin (29/10).

Menurutnya, selain mengabarkan kondisi kelimanya, staf lokal MER-C juga menyampaikan kondisi rumah sakit di sana. Mereka juga memastikan masih ada makanan untuk dikonsumsi. “Alhamdulillah sudah bisa komunikasi. Mereka posisi di RSI (rumah sakit Indonesia di Gaza, red) dalam keadaan selamat,” ungkapnya.

Diakuinya, meskipun sudah dapat berkomunikasi melalui SMS namun komunikasi belum dapat terjalin dengan lancar. Mereka belum tersambung melalui saluran telepon sehingga informasi yang didapat masih sangat terbatas.

Disinggung soal upaya evakuasi, ia mengatakan, belum ada rencana evakuasi. Menurutnya, para relawan masih ingin di sana membantu para korban. “Ya mereka tetap bersama Palestina dalam kondisi sulit. Tim (tambahan, red) akan kita kirim ke Gaza mudah-mudahan mereka bisa masuk,” jelasnya. (sha/hud/mia/jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/