32 C
Medan
Saturday, June 29, 2024

Hidup Sebatang Kara, Tidak Dipedulikan Keluarga

Foto: SOPIAN/SUMUT POS
TERIMA: Sudarmin menerima bantuan dari Komunitas Fotografer Kota Tebingtinggi disaksikan oleh Lurah Tanjung Marulak Hilir, Suwarni, Senin (29/1).

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO -Memasuki usia ke-52, harusnya seorang pria bisa hidup layak bersama keluarga. Namun, tidak bagi Sudarmin. Warga Desa Banten Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Sergai itu hidup sebatang kara di Tebingtinggi.

Dengan kondisi cacat (satu kaki mengecil), Sudarmin hanya mampu tinggal di gubuk ukuran 2 x 3 meter. Itu pun menumpang di tanah milik warga di Lingkungan III, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi.

Sudah dua bulan Sudarmin menempati gubuk reyot itu. Untuk menyambung hidup, Sudarmin terpaksa harus mencari barang bekas (botot) di sepanjang Jalan Prof HM Yamin Kota Tebingtinggi.

Melihat Sudarmin, pihak kelurahan pernah membantu memberikan beras. Namun tidak bisa setiap bulan. Sebab, Sudarmin tidak terdaftar sebagai penduduk Kota Tebingtinggi.

“Untuk makan cukup, jual botot ini setiap dua hari sekali,” jelas Sudarmin saat menerima bantuan dari Komunitas Fotografer Kota Tebingtinggi, Senin (29/1) malam disaksikan Lurah Tanjung Marulak Hilir, Suwarni.

Diakui Sudarmin, banyak juga warga sekitar yang simpatik kepadanya. Seperti  memberikan bantuan nasi bungkus hampir setiap hari.

Untuk pulang ke kampung halamannya, Dolok Masihul, Sudarmin sudah tidak mau. Karena sisa hidupnya akan dihabiskan di Kota Tebingtinggi.

“Aku wes enak tinggal disini. Matiku pun harus disini,” bilang Sudarmin.

Foto: SOPIAN/SUMUT POS
TERIMA: Sudarmin menerima bantuan dari Komunitas Fotografer Kota Tebingtinggi disaksikan oleh Lurah Tanjung Marulak Hilir, Suwarni, Senin (29/1).

TEBINGTINGGI, SUMUTPOS.CO -Memasuki usia ke-52, harusnya seorang pria bisa hidup layak bersama keluarga. Namun, tidak bagi Sudarmin. Warga Desa Banten Kecamatan Dolok Masihul Kabupaten Sergai itu hidup sebatang kara di Tebingtinggi.

Dengan kondisi cacat (satu kaki mengecil), Sudarmin hanya mampu tinggal di gubuk ukuran 2 x 3 meter. Itu pun menumpang di tanah milik warga di Lingkungan III, Kelurahan Tanjung Marulak Hilir, Kecamatan Rambutan, Kota Tebingtinggi.

Sudah dua bulan Sudarmin menempati gubuk reyot itu. Untuk menyambung hidup, Sudarmin terpaksa harus mencari barang bekas (botot) di sepanjang Jalan Prof HM Yamin Kota Tebingtinggi.

Melihat Sudarmin, pihak kelurahan pernah membantu memberikan beras. Namun tidak bisa setiap bulan. Sebab, Sudarmin tidak terdaftar sebagai penduduk Kota Tebingtinggi.

“Untuk makan cukup, jual botot ini setiap dua hari sekali,” jelas Sudarmin saat menerima bantuan dari Komunitas Fotografer Kota Tebingtinggi, Senin (29/1) malam disaksikan Lurah Tanjung Marulak Hilir, Suwarni.

Diakui Sudarmin, banyak juga warga sekitar yang simpatik kepadanya. Seperti  memberikan bantuan nasi bungkus hampir setiap hari.

Untuk pulang ke kampung halamannya, Dolok Masihul, Sudarmin sudah tidak mau. Karena sisa hidupnya akan dihabiskan di Kota Tebingtinggi.

“Aku wes enak tinggal disini. Matiku pun harus disini,” bilang Sudarmin.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/