25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Bersaing dengan Taksi Online soal Keamanan

JAKARTA-Bukan rahasia lagi bahwa hadirnya transportasi massa berbasis online mengubah tren penggunaan transportasi publik konvensional. Taksi misalnya. Sejak platform angkutan umum online hadir, popularitas taksi konvensional tergerus. Bahkan beberapa perusahaan sampai gulung tikar gara-gara tak mampu bersaing dengan angkutan umum berbasis internet itu.

Meski demikian, adanya gempuran angkutan online yang tumbuh beberapa tahun belakangan ini rupanya tidak berpengaruh bagi brand taksi legendaris Blue Bird. Mereka mengaku bisnisnya tetap positif. Artinya, Blue Bird bisa ikut bersaing dengan angkutan umum online dan perlahan bangkit kembali meski nyatanya memang agak sulit.

Direktur PT Blue Bird Tbk Sigit Djokosoetono mengungkapkan, saat ini taksi konvensional seperti Blue Bird dapat terus hidup dan bersaing karena beberapa faktor. Keamanan dan kenyamanan misalnya.

“Dari sisi keamanan, kami dari Blue Bird jelas mengedepankan hal itu. Dari mulai seleksi driver, kontrol terhadap kendaraan terus dipantau, dan berbagai service lainnya,” ujarnya dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Kamis (2/8).

“Setiap driver tercatat posisinya di mana, historinya bagaimana, tamunya bagaimana, jemput dan turun di mana tercatat melalui sistem GPS kami. Itu yang diharapkan menjadi faktor pembantu dalam meningkatkan layanan terhadap pelanggan kami,” sambung Sigit Djokosoetono.

Menurut dia, kini konsumen juga mulai belajar bahwa pelayanan memang menjadi faktor utama. Termasuk keamanan dan harga.

“Konsumen bisa memilih, harga murah tapi pelayanan jelek atau sedikit mahal tapi jelas aman dan nyaman,” katanya.

Kemudian, Blue Bird yang sempat dicap tidak update teknologi ini juga mengaku perlahan mulai berubah. Ketika Blue Bird melakukan inovasi, lanjut Sigit, konsumen mau menerima dan terus tumbuh kembali.

“Dari segi teknologi, Blue Bird juga memiliki aplikai MyBlueBird. Itu menjadi tanda bahwa kami juga mengikuti laju teknologi. Kemudian tren transaksi, kalau sebelumnya transaksi 100 persen tunai, sekarang sudah tidak lagi. Perlahan konsumen kami mau mengikuti juga dan masuk ke dalam iklim cashless berbasis teknologi,” jelas Sigit Djokosoetono.

Sekadar informasi, dari sisi aplikasi, Blue Bird selain memiliki MyBlueBird, layanannya juga ada yang berjalan di atas platform angkutan online lain dalam hal ini Gojek. Kendati begitu, Sigit mengatakan bahwa user masih banyak datang dari channel yang dimiliki Blue Bird.(ryn/jpc/ala)

JAKARTA-Bukan rahasia lagi bahwa hadirnya transportasi massa berbasis online mengubah tren penggunaan transportasi publik konvensional. Taksi misalnya. Sejak platform angkutan umum online hadir, popularitas taksi konvensional tergerus. Bahkan beberapa perusahaan sampai gulung tikar gara-gara tak mampu bersaing dengan angkutan umum berbasis internet itu.

Meski demikian, adanya gempuran angkutan online yang tumbuh beberapa tahun belakangan ini rupanya tidak berpengaruh bagi brand taksi legendaris Blue Bird. Mereka mengaku bisnisnya tetap positif. Artinya, Blue Bird bisa ikut bersaing dengan angkutan umum online dan perlahan bangkit kembali meski nyatanya memang agak sulit.

Direktur PT Blue Bird Tbk Sigit Djokosoetono mengungkapkan, saat ini taksi konvensional seperti Blue Bird dapat terus hidup dan bersaing karena beberapa faktor. Keamanan dan kenyamanan misalnya.

“Dari sisi keamanan, kami dari Blue Bird jelas mengedepankan hal itu. Dari mulai seleksi driver, kontrol terhadap kendaraan terus dipantau, dan berbagai service lainnya,” ujarnya dalam sebuah kesempatan di Jakarta, Kamis (2/8).

“Setiap driver tercatat posisinya di mana, historinya bagaimana, tamunya bagaimana, jemput dan turun di mana tercatat melalui sistem GPS kami. Itu yang diharapkan menjadi faktor pembantu dalam meningkatkan layanan terhadap pelanggan kami,” sambung Sigit Djokosoetono.

Menurut dia, kini konsumen juga mulai belajar bahwa pelayanan memang menjadi faktor utama. Termasuk keamanan dan harga.

“Konsumen bisa memilih, harga murah tapi pelayanan jelek atau sedikit mahal tapi jelas aman dan nyaman,” katanya.

Kemudian, Blue Bird yang sempat dicap tidak update teknologi ini juga mengaku perlahan mulai berubah. Ketika Blue Bird melakukan inovasi, lanjut Sigit, konsumen mau menerima dan terus tumbuh kembali.

“Dari segi teknologi, Blue Bird juga memiliki aplikai MyBlueBird. Itu menjadi tanda bahwa kami juga mengikuti laju teknologi. Kemudian tren transaksi, kalau sebelumnya transaksi 100 persen tunai, sekarang sudah tidak lagi. Perlahan konsumen kami mau mengikuti juga dan masuk ke dalam iklim cashless berbasis teknologi,” jelas Sigit Djokosoetono.

Sekadar informasi, dari sisi aplikasi, Blue Bird selain memiliki MyBlueBird, layanannya juga ada yang berjalan di atas platform angkutan online lain dalam hal ini Gojek. Kendati begitu, Sigit mengatakan bahwa user masih banyak datang dari channel yang dimiliki Blue Bird.(ryn/jpc/ala)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/