31.7 C
Medan
Wednesday, May 1, 2024

Kontribusi Manufaktur Pertumbuhan Ekonomi Kian Menurun

Proses pengerjaan produksi baja milik PT Krakatau Steel di Cilegon, Banten.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kontribusi industri manufaktur kepada pertumbuhan ekonomi makin lama makin berkurang. Porsi industri manufaktur terhadap kue ekonomi hanya sekitar 20 persen saat ini.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan, sumbangan tersebut semakin menurun dari tahun ke tahun. Padahal, sebelumnya industri manufaktur bisa menyumbang porsi lebih dari 28 persen bagi capaian pertumbuhan ekonomi. ”Kalau mau maju, ya manufaktur harus maju,’’ ujarnya di kompleks gedung BI, Jakarta, Kamis (3/8).

Untuk mendorong sumbangan dari industri manufaktur agar lebih besar dari angka 20 persen, diperlukan dorongan dari berbagai pihak. Bank sentral memberikan dorongan dari sisi akses kepada kredit.

Dia memerinci, saat ini kredit yang disalurkan ke industri manufaktur mencapai 17 persen dari keseluruhan porsi penyaluran kredit perbankan. Angka tersebut makin lama makin merosot dari porsi beberapa tahun silam yang bisa mencapai lebih dari 20 persen dari keseluruhan porsi penyaluran kredit perbankan.

”Bank itu merespons permintaan. Kalau permintaan dari manufaktur ada dan layak, maka diberi kredit. Tapi, industri ini mau investasi lihat layak atau tidak? Disambut atau tidak? Kalau tidak disambut, ya enggak jadi juga,’’ jelas Mirza.

Di tempat yang sama, Direktur Marketing PT Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan, kinerja industri manufaktur menurun seiring dengan adanya tekanan dari kondisi ekonomi global beberapa tahun belakangan. Kondisi itu mengakibatkan suplai dan demand juga mengalami perubahan. Saat ini, lanjut dia, peran industri manufaktur kepada penyumbang ekonomi lebih banyak digantikan sektor jasa.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Mulyono Prawiro menambahkan, untuk meningkatkan sumbangan manufaktur kepada pertumbuhan ekonomi, diperlukan perbaikan kinerja dari pelaku industri.

Dalam hal meningkatkan produksi, pihaknya banyak melakukan rekayasa industri. Hal itu dapat membuat peningkatan konsumsi produk-produk manufaktur seperti besi, besi structure, dan pipa. (dee/c25/sof/jpg/azw)

 

Proses pengerjaan produksi baja milik PT Krakatau Steel di Cilegon, Banten.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Kontribusi industri manufaktur kepada pertumbuhan ekonomi makin lama makin berkurang. Porsi industri manufaktur terhadap kue ekonomi hanya sekitar 20 persen saat ini.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menuturkan, sumbangan tersebut semakin menurun dari tahun ke tahun. Padahal, sebelumnya industri manufaktur bisa menyumbang porsi lebih dari 28 persen bagi capaian pertumbuhan ekonomi. ”Kalau mau maju, ya manufaktur harus maju,’’ ujarnya di kompleks gedung BI, Jakarta, Kamis (3/8).

Untuk mendorong sumbangan dari industri manufaktur agar lebih besar dari angka 20 persen, diperlukan dorongan dari berbagai pihak. Bank sentral memberikan dorongan dari sisi akses kepada kredit.

Dia memerinci, saat ini kredit yang disalurkan ke industri manufaktur mencapai 17 persen dari keseluruhan porsi penyaluran kredit perbankan. Angka tersebut makin lama makin merosot dari porsi beberapa tahun silam yang bisa mencapai lebih dari 20 persen dari keseluruhan porsi penyaluran kredit perbankan.

”Bank itu merespons permintaan. Kalau permintaan dari manufaktur ada dan layak, maka diberi kredit. Tapi, industri ini mau investasi lihat layak atau tidak? Disambut atau tidak? Kalau tidak disambut, ya enggak jadi juga,’’ jelas Mirza.

Di tempat yang sama, Direktur Marketing PT Krakatau Steel Purwono Widodo mengatakan, kinerja industri manufaktur menurun seiring dengan adanya tekanan dari kondisi ekonomi global beberapa tahun belakangan. Kondisi itu mengakibatkan suplai dan demand juga mengalami perubahan. Saat ini, lanjut dia, peran industri manufaktur kepada penyumbang ekonomi lebih banyak digantikan sektor jasa.

Direktur Utama PT Pupuk Indonesia (Persero) Mulyono Prawiro menambahkan, untuk meningkatkan sumbangan manufaktur kepada pertumbuhan ekonomi, diperlukan perbaikan kinerja dari pelaku industri.

Dalam hal meningkatkan produksi, pihaknya banyak melakukan rekayasa industri. Hal itu dapat membuat peningkatan konsumsi produk-produk manufaktur seperti besi, besi structure, dan pipa. (dee/c25/sof/jpg/azw)

 

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/