31.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Cabai Merah Sumbang Inflasi Terbesar di Medan

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos Penjual cabai merah di Pasar Petisah Medan, Harga cabai merah menjadi penyumbang inflasi terbesar di Medan.
Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Penjual cabai merah di Pasar Petisah Medan, Harga cabai merah menjadi penyumbang inflasi terbesar di Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) mencatat, perkembangan harga berbagai komoditas di Kota Medan pada September 2016 secara umum menunjukkan adanya peningkatan. Di Medan sendiri mengalami inflasi sebesar 1,32 persen.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Sumut, Bismark Saor Pardamean mengungkapkan, beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada September paling besar adalah cabai merah yang mencapai 54,85 persen. Kemudian ikan dencis yang naik 10,11 persen, rokok kretek filter 2,93 persen, kentang 11,87 persen, ika gembung 8,16 persen, rokok putih 3,66 persen dan harga rokok kretek 5,18 persen.

Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 4,37 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 134,20 pada Agustus menjadi 140,07 pada September. “Dari 11 subkelompok dalam kelompok ini, lima subkelompok alami inflasi. Bumbu-bumbuan, sayuran, ikan segar, ikan diawetkan, dan subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya. Dari subkelompok ini cabai merah menjadi komoditas dominan yang memberikan sumbangan terhadap inflasi,” ujar Bismark kepada wartawan di kantornya, Senin (3/10).

Dia menyebutkan, hasil pantauan BPS sendiri pada September harga cabai merah memang berturut-turut dalam tiga pekan sangat tinggi hingga menyentuh Rp50 ribu lebih per kilogram. Alasan dari para pedagang karena persediaan yang terbatas akibat bencana Sinabung dan pengaruh cuaca.

Ekonom Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, harga cabai merah masih bertahan mahal. Intensitas hujan yang cukup tinggi membuat komoditas ini masih kesulitan untuk turun harganya. Oleh sebab itu, banyak pedagang yang mengeluhkan sulitnya untuk menjual barang dagangan ke Medan karena hujan kerap turun sore hingga malam hari. Padahal, jam-jam seperti itulah komoditas pangan kebutuhan masyarakat di Medan dikirim langsung dari sentra produksinya.

Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos Penjual cabai merah di Pasar Petisah Medan, Harga cabai merah menjadi penyumbang inflasi terbesar di Medan.
Foto: Sutan Siregar/Sumut Pos
Penjual cabai merah di Pasar Petisah Medan, Harga cabai merah menjadi penyumbang inflasi terbesar di Medan.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara (Sumut) mencatat, perkembangan harga berbagai komoditas di Kota Medan pada September 2016 secara umum menunjukkan adanya peningkatan. Di Medan sendiri mengalami inflasi sebesar 1,32 persen.

Kepala Bidang Statistik Produksi BPS Sumut, Bismark Saor Pardamean mengungkapkan, beberapa komoditas yang mengalami peningkatan harga pada September paling besar adalah cabai merah yang mencapai 54,85 persen. Kemudian ikan dencis yang naik 10,11 persen, rokok kretek filter 2,93 persen, kentang 11,87 persen, ika gembung 8,16 persen, rokok putih 3,66 persen dan harga rokok kretek 5,18 persen.

Sedangkan kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 4,37 persen atau terjadi peningkatan indeks dari 134,20 pada Agustus menjadi 140,07 pada September. “Dari 11 subkelompok dalam kelompok ini, lima subkelompok alami inflasi. Bumbu-bumbuan, sayuran, ikan segar, ikan diawetkan, dan subkelompok telur, susu dan hasil-hasilnya. Dari subkelompok ini cabai merah menjadi komoditas dominan yang memberikan sumbangan terhadap inflasi,” ujar Bismark kepada wartawan di kantornya, Senin (3/10).

Dia menyebutkan, hasil pantauan BPS sendiri pada September harga cabai merah memang berturut-turut dalam tiga pekan sangat tinggi hingga menyentuh Rp50 ribu lebih per kilogram. Alasan dari para pedagang karena persediaan yang terbatas akibat bencana Sinabung dan pengaruh cuaca.

Ekonom Sumut Gunawan Benjamin mengatakan, harga cabai merah masih bertahan mahal. Intensitas hujan yang cukup tinggi membuat komoditas ini masih kesulitan untuk turun harganya. Oleh sebab itu, banyak pedagang yang mengeluhkan sulitnya untuk menjual barang dagangan ke Medan karena hujan kerap turun sore hingga malam hari. Padahal, jam-jam seperti itulah komoditas pangan kebutuhan masyarakat di Medan dikirim langsung dari sentra produksinya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/