30 C
Medan
Friday, May 24, 2024

Gas Elpiji Jadi Sumber Utama Tingkat Inflasi Oktober di Sumut

Ia menambahkan, inflasi Sumatera Utara sampai dengan akhir tahun 2017 diyakini masih terkendali dan berada pada sasarannya, yaitu 4%±1 persen. Namun demikian, risiko inflasi diperkirakan masih tinggi karena secara historis, inflasi pada akhir tahun relatif lebih tinggi terutama didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas seperti cabai merah, rokok filter, tarif listrik, bawang merah, beras, dan angkatan udara.

“Perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan meningkatkan permintaan yang bakal mendorong kenaikan harga. Dalam menghadapi hal tersebut, maka kami bersama dengan

Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) SUmut terus melakukan upaya pengendalian inflasi, sesuai roadmap TPID dalam menjamin pasokan dengan didukung distribusi penyaluran kebutuhan pokok juga menjaga ekspektasi inflasi masyarakat. Selain itu, khusus untuk komoditas bawang merah TPID Sumatera Utara melakukan koordinasi kerja sama dengan daerah lain seperti Riau dan Jawa Tengah agar pasokan bawang merah tetap terjaga,” imbuhnya.

Sementara, pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan, Sumut masih merealisasikan laju tekanan inflasi. Pemicunya masih dari komoditas cabai merah.

“Realisasi laju tekanan inflasi di bulan oktober sebesar 0,23 persen memang lebih tinggi, dari rata-rata laju tekanan inflasi nasional yang hanya sebesar 0.01 persen. Laju inflasi di Sumut juga masih dipengaruhi oleh tekanan dari komoditas cabai yang memang di bulan Oktober kemarin harga cabai merah memang naik dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Gunawan.

Kendati begitu, kata dia, untuk bulan November ini diyakini Sumut berpeluang mencetak deflasi. Dengan catatan, harga komoditas pangan yang menyumbang inflasi besar seperti cabai tidak mengalami kenaikan. (ris/ram)

Ia menambahkan, inflasi Sumatera Utara sampai dengan akhir tahun 2017 diyakini masih terkendali dan berada pada sasarannya, yaitu 4%±1 persen. Namun demikian, risiko inflasi diperkirakan masih tinggi karena secara historis, inflasi pada akhir tahun relatif lebih tinggi terutama didorong oleh kenaikan harga-harga komoditas seperti cabai merah, rokok filter, tarif listrik, bawang merah, beras, dan angkatan udara.

“Perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan meningkatkan permintaan yang bakal mendorong kenaikan harga. Dalam menghadapi hal tersebut, maka kami bersama dengan

Pemerintah Daerah melalui Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) SUmut terus melakukan upaya pengendalian inflasi, sesuai roadmap TPID dalam menjamin pasokan dengan didukung distribusi penyaluran kebutuhan pokok juga menjaga ekspektasi inflasi masyarakat. Selain itu, khusus untuk komoditas bawang merah TPID Sumatera Utara melakukan koordinasi kerja sama dengan daerah lain seperti Riau dan Jawa Tengah agar pasokan bawang merah tetap terjaga,” imbuhnya.

Sementara, pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin menuturkan, Sumut masih merealisasikan laju tekanan inflasi. Pemicunya masih dari komoditas cabai merah.

“Realisasi laju tekanan inflasi di bulan oktober sebesar 0,23 persen memang lebih tinggi, dari rata-rata laju tekanan inflasi nasional yang hanya sebesar 0.01 persen. Laju inflasi di Sumut juga masih dipengaruhi oleh tekanan dari komoditas cabai yang memang di bulan Oktober kemarin harga cabai merah memang naik dibandingkan bulan sebelumnya,” ujar Gunawan.

Kendati begitu, kata dia, untuk bulan November ini diyakini Sumut berpeluang mencetak deflasi. Dengan catatan, harga komoditas pangan yang menyumbang inflasi besar seperti cabai tidak mengalami kenaikan. (ris/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/