30.6 C
Medan
Saturday, May 4, 2024

Gas Elpiji Jadi Sumber Utama Tingkat Inflasi Oktober di Sumut

Foto: Idris/Sumut Pos
Gas 3 kg mulai langka di Medan, Binjai, dan Tebingtinggi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Tingkat inflasi di Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Oktober masih cukup terkendali. Besaran angkanya masih di bawah 0,50 persen, yaitu 0,23 persen.

Menurut Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Budi Trisnanto, terkendalinya angka inflasi bulan lalu berkat terjaganya harga komoditas pangan.

“Inflasi Sumut pada Oktober 2017 mencapai 0,23 persen. Angka ini lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Oktober selama 5 tahun terakhir yang mencapai 0,55 persen,” kata Budi, kemarin.

Namun demikian, sambungnya, capaian inflasi tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,01 persen. Sedangkan, inflasi tahunan Sumut pada bulan Oktober juga mencapai 2,05 persen.

“Secara spasial, inflasi terjadi di seluruh kota Sumatera Utara yakni Sibolga (0,31 persen), Medan (0,24 persen), Padangsidimpuan (0,16 persen), dan Pematangsiantar (0,15 persen). Sumber inflasi bulan ini (Oktober) terutama berasal dari kelompok volatile food dan administered prices sebagai penyumbang inflasi terbesar,” beber Budi.

Dia menyebutkan, inflasi kelompok volatile food di bulan Oktober mencapai 0,34 persen. Cabai merah kembali menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sumut dengan andil mencapai 0,28 persen. Peningkatan harga cabai merah selama bulan Oktober 2017 disebabkan oleh faktor cuaca yang mengakibatkan hasil tanam kurang maksimal.

Sedangkan, tekanan inflasi administered prices, lanjutnya, mengalami peningkatan mencapai 0,30 persen. Inflasi administered prices terutama disebabkan oleh inflasi subkelompok bahan bakar rumah tangga yang meningkat menjadi 1,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yang tercatat 0,19 persen.

Sumber inflasi didorong oleh kenaikan harga gas elpiji 3 kg, akibat kelangkaan pasokan di beberapa wilayah Sumatera Utara terutama di kota Medan. Secara tahunan, inflasi pada kelompok administered prices sebesar 6,85 persen.

Lebih lanjut dia mengatakan, implementasi Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras yang berjalan efektif telah mendorong komoditas beras mengalami deflasi sebesar 0,20 persen atau andil sebesar -0,01 persen, Sehingga, mampu menahan tekanan inflasi bulan Oktober 2017.

“Komoditas lain yang mengalami deflasi di antaranya bawang merah, daging ayam ras, dan bawang putih. Deflasi pada komoditas pangan utama tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan bahwa perkembangan harga komoditas akan relatif terkendali. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi pada kelompok ini tercatat relatif rendah, yaitu sebesar 0,47 persen,” paparnya.

Foto: Idris/Sumut Pos
Gas 3 kg mulai langka di Medan, Binjai, dan Tebingtinggi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Tingkat inflasi di Sumatera Utara (Sumut) pada bulan Oktober masih cukup terkendali. Besaran angkanya masih di bawah 0,50 persen, yaitu 0,23 persen.

Menurut Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sumut, Budi Trisnanto, terkendalinya angka inflasi bulan lalu berkat terjaganya harga komoditas pangan.

“Inflasi Sumut pada Oktober 2017 mencapai 0,23 persen. Angka ini lebih rendah dari rata-rata inflasi bulan Oktober selama 5 tahun terakhir yang mencapai 0,55 persen,” kata Budi, kemarin.

Namun demikian, sambungnya, capaian inflasi tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 0,01 persen. Sedangkan, inflasi tahunan Sumut pada bulan Oktober juga mencapai 2,05 persen.

“Secara spasial, inflasi terjadi di seluruh kota Sumatera Utara yakni Sibolga (0,31 persen), Medan (0,24 persen), Padangsidimpuan (0,16 persen), dan Pematangsiantar (0,15 persen). Sumber inflasi bulan ini (Oktober) terutama berasal dari kelompok volatile food dan administered prices sebagai penyumbang inflasi terbesar,” beber Budi.

Dia menyebutkan, inflasi kelompok volatile food di bulan Oktober mencapai 0,34 persen. Cabai merah kembali menjadi komoditas penyumbang inflasi terbesar di Sumut dengan andil mencapai 0,28 persen. Peningkatan harga cabai merah selama bulan Oktober 2017 disebabkan oleh faktor cuaca yang mengakibatkan hasil tanam kurang maksimal.

Sedangkan, tekanan inflasi administered prices, lanjutnya, mengalami peningkatan mencapai 0,30 persen. Inflasi administered prices terutama disebabkan oleh inflasi subkelompok bahan bakar rumah tangga yang meningkat menjadi 1,02 persen dibandingkan bulan sebelumnya, yang tercatat 0,19 persen.

Sumber inflasi didorong oleh kenaikan harga gas elpiji 3 kg, akibat kelangkaan pasokan di beberapa wilayah Sumatera Utara terutama di kota Medan. Secara tahunan, inflasi pada kelompok administered prices sebesar 6,85 persen.

Lebih lanjut dia mengatakan, implementasi Harga Eceran Tertinggi (HET) untuk komoditas beras yang berjalan efektif telah mendorong komoditas beras mengalami deflasi sebesar 0,20 persen atau andil sebesar -0,01 persen, Sehingga, mampu menahan tekanan inflasi bulan Oktober 2017.

“Komoditas lain yang mengalami deflasi di antaranya bawang merah, daging ayam ras, dan bawang putih. Deflasi pada komoditas pangan utama tersebut diharapkan dapat memberikan keyakinan bahwa perkembangan harga komoditas akan relatif terkendali. Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi pada kelompok ini tercatat relatif rendah, yaitu sebesar 0,47 persen,” paparnya.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/