26 C
Medan
Wednesday, May 15, 2024

KPPU Telusuri Fluktuasi Harga Komoditas

KPPU dalam salahsatu sidangnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Naik turunnya harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, cabai hijau, cabai rawit, dan tomat, dikeluhkan para pedagang pasar tradisional khususnya Kota Medan. Pasalnya, akibat fluktuasi harga tersebut daya beli masyarakat menjadi menurun sehingga mengakibatkan penurunan omset pedagang.

Kepala Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Medan, Abdul Hakim Pasaribu mengatakan, terkait fluktuasi tersebut pihaknya melakukan pengawasan dan penelusuran terhadap beberapa harga komoditas tersebut. Sebab, fluktuasi yang terjadi diduga adanya permainan harga.

“Adanya dugaan penimbunan stok maupun kartel, sejauh ini belum ada ditemukan. Sebab, beberapa komoditas itu memiliki karakteristik barang yang cepat membusuk dan susut. Namun, indikasi yang dominan adanya dugaan permainan harga dengan menaikkan secara bersama-sama, dan ini kemungkinan kuat dilakukan oleh oknum yang memiliki kekuatan modal besar. Sebagai contoh, harga di Jawa mengalami kenaikan, sehingga di Sumut mengikutinya. Oleh sebab itu, kenaikan harga ini dipicu lantaran mengikuti tren,” ungkap Abdul, Jumat (13/1).

Dia menyebutkan, pihaknya tengah mendalami rantai distribusi komoditas, bagaimana oknum atau spekulan bisa mempermainkan harga. Fokusnya, kata Abdul, dengan mengawasi adanya pembelian dalam jumlah besar dari petani.

Diutarakan Abdul, fluktuasi harga juga bisa disebabkan oleh faktor lain, selain dugaan permainan. Hal ini kemungkinan dipicu lantaran pemberitaan media elektronik di Jawa, sehingga masyarakat di Sumut berasumsi ikut naik juga harga di daerahnya.

“Untuk saat ini gejolak harga tersebut yang kita pantau sejak awal Januari hingga sekarang, dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengakibatkan sisi pasokan menurun,” sebut Abdul.

Disinggung apakah dugaan permainan harga tersebut termasuk pelanggaran hukum, Abdul mengaku masih perlu mendalaminya. Sebab, kasus kartel tidak segampang itu dan perlu pembuktian misalnya ada kesepakatan bersama-sama.

“Untuk permainan harga ini cukup sulit pembuktiannya dan menggolongkan sebagai kartel. Maka dari itu, kita lakukan pengawasi intensi terlebih dahulu untuk mengetahu siapa pihak-pihak yang memiliki kemampuan dan mempengauhi harga serta pasokan. Dari situ, nantinya bisa kita ambil solusi rekomendasi yang bertujuan agar harga-harga tetap stabil,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengemukakan, saat ini harga cabai merah, cabai hijau maupun cabai rawit, sudah mulai beranjak turun. Untuk harga cabai merah berkisar Rp38 ribu sampai Rp40 ribu per kg, sedangkan cabai hijau dan cabai rawit dijual Rp40 ribu per kg.

“Walau terjadi penurunan, harga cabai tersebut belum mencapai angka normal. Di mana, harga normal untuk cabai antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per kg,” ucapnya.

Abdul menambahkan, meski harga cabai turun namun tidak membuat harga tomat ikut bergerak. Harga tomat sekarang ini cenderung mahal yang dipicu karena pasokan berkurang akibat pengaruh cuaca.

“Selain cabai dan tomat, kita juga mencermati kenaikan harga ayam. Karena, naiknya harga ayam dirasakan cukup aneh lantaran kondisi sekarang tidak ada hari besar atau keagamaan lagi. Dari pantauan kita, harganya naik namun pasokan banyak. Oleh karena itu, ini juga yang sedang kita telusuri apakah ada permainan harga juga,” pungkasnya.

Terpisah, berdasarkan pantauan di Pasar Petisah Medan, harga sejumlah komoditas masih mengalami fluktuatif. Beberapa harga komoditas sudah kembali normal, namun masih ada yang mengalami kenaikan. “Harga banyak sudah turun, tapi ada juga yang naik,” kata Pedagang Sayur Pasar Petisah, Nur.

Nur menyebutkan, saat ini harga cabai rawit yang sempat melambung tinggi hingga Rp 80 ribu pe kg, turun menjadi Rp25 ribu per kg. Begitu juga dengan cabai merah, saat ini harganya Rp40 ribu per kg dari sebelumnya Rp60 ribu.

Kemudian, harga bawang merah saat ini Rp24 ribu per kg dari Rp 28 ribu. Harga bawang putih masih bertahan normal, yakni sebesar Rp34 ribu per kg.

Sementara itu, komoditas pasar yang mengalami kenaikan harga yakni cabai hijau yang dijual Rp 20 ribu. Sebelumnya, harga cabai hijau hanya Rp 8 ribu per kg.

Hal senada juga disampaikan, Pedagang Sayur lainnya, Sari. Dia mengatakan, beberapa harga komoditas yang ia jual mengalami penurunan. “Iya sudah banyak yang turun. Pasokan sudah normal, dan harga pun sudah banyak yang kembali ke turun,” katanya.

Walau begitu, sambung Sari, meskipun harga cabai sudah mengalami penurunan, daya beli masyarakat masih kurang. Hal itu disebabkan masih banyak masyarakat yang beranggapan harga cabai masih mahal. “Sepi kali penjualan, karena banyak yang beranggapan masih mahal harganya,” akunya.

Dia melanjutkan, penurunan daya beli berdampak sangat signifikan dengan hasil penjualan atau omset. Bahkan, sejak akhir tahun lalu penjualan terus mengalami penurunan.

“Sejak akhir tahun sudah turun, karena akhir tahun 2016 lalu mahal, awal tahun mahal juga. Tapi, sekarang sudah turun pun masih sepi penjualan, karena masyarakat belum tahu harga sudah turun,” imbuhnya. (ris)

Kenaikan Harga Ayam Tidak Normal

Pada awal tahun 2017 ini, harga ayam kembali mengalami kenaikan. Melalui pantauan di Pasar Petisah Medan, ayam dijual per kg dengan harga Rp36 ribu. Pedagang Ayam di Pasar Petisah, Imam mengatakan, sesudah tahun baru harga ayam terus mengalami kenaikan. Padahal, sebelum Rp36 ribu harganya hanya Rp33 ribu. Untuk normalnya hanya Rp25 ribu per kg.

“Harga naik, sekilo Rp36 ribu. Barang ada, makanya kami heran kenapa harganya mahal. Sejak tiga hari ini naik lagi,” cetusnya.

Ia menjelaskan, dia mengambil ayam dari tiga pemasok. Harga yang dipatok ketiga pemasok ayam tersebut sudah mengalami kenaikan. “Kita ada tiga pemasok semua sama, naik harganya. Di Medan juga kita ambil. Ada distributor, mereka yang ambil dari kandang,” jelasnya. (ris)

KPPU dalam salahsatu sidangnya.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Naik turunnya harga sejumlah komoditas seperti cabai merah, cabai hijau, cabai rawit, dan tomat, dikeluhkan para pedagang pasar tradisional khususnya Kota Medan. Pasalnya, akibat fluktuasi harga tersebut daya beli masyarakat menjadi menurun sehingga mengakibatkan penurunan omset pedagang.

Kepala Kantor Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Medan, Abdul Hakim Pasaribu mengatakan, terkait fluktuasi tersebut pihaknya melakukan pengawasan dan penelusuran terhadap beberapa harga komoditas tersebut. Sebab, fluktuasi yang terjadi diduga adanya permainan harga.

“Adanya dugaan penimbunan stok maupun kartel, sejauh ini belum ada ditemukan. Sebab, beberapa komoditas itu memiliki karakteristik barang yang cepat membusuk dan susut. Namun, indikasi yang dominan adanya dugaan permainan harga dengan menaikkan secara bersama-sama, dan ini kemungkinan kuat dilakukan oleh oknum yang memiliki kekuatan modal besar. Sebagai contoh, harga di Jawa mengalami kenaikan, sehingga di Sumut mengikutinya. Oleh sebab itu, kenaikan harga ini dipicu lantaran mengikuti tren,” ungkap Abdul, Jumat (13/1).

Dia menyebutkan, pihaknya tengah mendalami rantai distribusi komoditas, bagaimana oknum atau spekulan bisa mempermainkan harga. Fokusnya, kata Abdul, dengan mengawasi adanya pembelian dalam jumlah besar dari petani.

Diutarakan Abdul, fluktuasi harga juga bisa disebabkan oleh faktor lain, selain dugaan permainan. Hal ini kemungkinan dipicu lantaran pemberitaan media elektronik di Jawa, sehingga masyarakat di Sumut berasumsi ikut naik juga harga di daerahnya.

“Untuk saat ini gejolak harga tersebut yang kita pantau sejak awal Januari hingga sekarang, dipengaruhi oleh faktor cuaca yang mengakibatkan sisi pasokan menurun,” sebut Abdul.

Disinggung apakah dugaan permainan harga tersebut termasuk pelanggaran hukum, Abdul mengaku masih perlu mendalaminya. Sebab, kasus kartel tidak segampang itu dan perlu pembuktian misalnya ada kesepakatan bersama-sama.

“Untuk permainan harga ini cukup sulit pembuktiannya dan menggolongkan sebagai kartel. Maka dari itu, kita lakukan pengawasi intensi terlebih dahulu untuk mengetahu siapa pihak-pihak yang memiliki kemampuan dan mempengauhi harga serta pasokan. Dari situ, nantinya bisa kita ambil solusi rekomendasi yang bertujuan agar harga-harga tetap stabil,” jelasnya.

Lebih lanjut ia mengemukakan, saat ini harga cabai merah, cabai hijau maupun cabai rawit, sudah mulai beranjak turun. Untuk harga cabai merah berkisar Rp38 ribu sampai Rp40 ribu per kg, sedangkan cabai hijau dan cabai rawit dijual Rp40 ribu per kg.

“Walau terjadi penurunan, harga cabai tersebut belum mencapai angka normal. Di mana, harga normal untuk cabai antara Rp20 ribu hingga Rp30 ribu per kg,” ucapnya.

Abdul menambahkan, meski harga cabai turun namun tidak membuat harga tomat ikut bergerak. Harga tomat sekarang ini cenderung mahal yang dipicu karena pasokan berkurang akibat pengaruh cuaca.

“Selain cabai dan tomat, kita juga mencermati kenaikan harga ayam. Karena, naiknya harga ayam dirasakan cukup aneh lantaran kondisi sekarang tidak ada hari besar atau keagamaan lagi. Dari pantauan kita, harganya naik namun pasokan banyak. Oleh karena itu, ini juga yang sedang kita telusuri apakah ada permainan harga juga,” pungkasnya.

Terpisah, berdasarkan pantauan di Pasar Petisah Medan, harga sejumlah komoditas masih mengalami fluktuatif. Beberapa harga komoditas sudah kembali normal, namun masih ada yang mengalami kenaikan. “Harga banyak sudah turun, tapi ada juga yang naik,” kata Pedagang Sayur Pasar Petisah, Nur.

Nur menyebutkan, saat ini harga cabai rawit yang sempat melambung tinggi hingga Rp 80 ribu pe kg, turun menjadi Rp25 ribu per kg. Begitu juga dengan cabai merah, saat ini harganya Rp40 ribu per kg dari sebelumnya Rp60 ribu.

Kemudian, harga bawang merah saat ini Rp24 ribu per kg dari Rp 28 ribu. Harga bawang putih masih bertahan normal, yakni sebesar Rp34 ribu per kg.

Sementara itu, komoditas pasar yang mengalami kenaikan harga yakni cabai hijau yang dijual Rp 20 ribu. Sebelumnya, harga cabai hijau hanya Rp 8 ribu per kg.

Hal senada juga disampaikan, Pedagang Sayur lainnya, Sari. Dia mengatakan, beberapa harga komoditas yang ia jual mengalami penurunan. “Iya sudah banyak yang turun. Pasokan sudah normal, dan harga pun sudah banyak yang kembali ke turun,” katanya.

Walau begitu, sambung Sari, meskipun harga cabai sudah mengalami penurunan, daya beli masyarakat masih kurang. Hal itu disebabkan masih banyak masyarakat yang beranggapan harga cabai masih mahal. “Sepi kali penjualan, karena banyak yang beranggapan masih mahal harganya,” akunya.

Dia melanjutkan, penurunan daya beli berdampak sangat signifikan dengan hasil penjualan atau omset. Bahkan, sejak akhir tahun lalu penjualan terus mengalami penurunan.

“Sejak akhir tahun sudah turun, karena akhir tahun 2016 lalu mahal, awal tahun mahal juga. Tapi, sekarang sudah turun pun masih sepi penjualan, karena masyarakat belum tahu harga sudah turun,” imbuhnya. (ris)

Kenaikan Harga Ayam Tidak Normal

Pada awal tahun 2017 ini, harga ayam kembali mengalami kenaikan. Melalui pantauan di Pasar Petisah Medan, ayam dijual per kg dengan harga Rp36 ribu. Pedagang Ayam di Pasar Petisah, Imam mengatakan, sesudah tahun baru harga ayam terus mengalami kenaikan. Padahal, sebelum Rp36 ribu harganya hanya Rp33 ribu. Untuk normalnya hanya Rp25 ribu per kg.

“Harga naik, sekilo Rp36 ribu. Barang ada, makanya kami heran kenapa harganya mahal. Sejak tiga hari ini naik lagi,” cetusnya.

Ia menjelaskan, dia mengambil ayam dari tiga pemasok. Harga yang dipatok ketiga pemasok ayam tersebut sudah mengalami kenaikan. “Kita ada tiga pemasok semua sama, naik harganya. Di Medan juga kita ambil. Ada distributor, mereka yang ambil dari kandang,” jelasnya. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/