27.8 C
Medan
Sunday, May 5, 2024

Harga Daging Sapi Bertahan Mahal Hingga 2018

Penjual daging memotong daging sapi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Harga daging sapi yang dijual di pasaran khususnya Kota Medan sekitarnya, hingga kini masih cenderung bertahan mahal antara Rp105.000 hingga Rp110.000 per kg. Melambungnya harga daging sapi ini diprediksi akan terus bertahan hingga tahun 2018.

Menurut Marketing Sales PT Juang Jaya Abdi Alam (salah satu perusahaan penggemukan sapi atau feedloter di Sumatera), David Yasin, pembatasan impor sapi yang memicu harga daging melonjak tinggi, karena ketika itu pemerintah menyatakan ada program swasembada. Pemerintah mengurangi kuota impor sapi yang masuk.

Akhirnya, ini menimbulkan masalah di Australia hingga mereka mengalihkan ke negara lain. Akibatnya, harga daging di Indonesia melambung. Lantas, ketika harga melambung pemerintah mengubah kebijakan tak lagi membatasi kuota. Namun, berat sapi yang masuk tetapi dibatasi.

“Harga impor sapi terlanjur naik. Apabila paket kebijakan pemerintah dalam hal pembatasan berat sapi yang masuk tak diubah atau terus diterapkan, maka dijamin harga daging sapi bertahan mahal hingga 2018. Namun, apabila pemerintah merubah kebijakan untuk membeli sapi impor dengan berat tidak ada batasan, kemungkinan ada penurunan harga. Meski begitu, penurunan harga yang diperkirakan tidak terlalu signifikan tetapi dapat mereduksi harga jual daging sapi di pasaran,” ungkap David dalam temu ramah tamah dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Medan, Selasa (14/3).

Diutarakan dia, selain paket kebijakan pemerintah dan harga beli sapi dari Australia yang tinggi, faktor lain masih mahalnya harga daging sapi disebabkan karena pasokan kurang dan ongkos efesien pemeliharaan. Kendati begitu, melonjaknya harga daging sapi sejauh ini tidak ada mengarah kepada kartel dan diyakini sangat tidak mungkin.

“Opsi lainnya untuk menurunkan harga daging dengan merubah pola pikir atau mainset masyarakat. Artinya, pemerintah harus mengedukasi masyarakat bahwa kebutuhan protein itu tidak hanya dari daging sapi tetapi daging ayam juga bisa memenuhi.

Apalagi, di Sumut sudah surplus ayam. Jadi, tinggal bagaimana pemerintah membentuk mainset masyarakat dalam kebutuhan protein. Dengan kata lain, masyarakat dapat beralih konsumsi dari daging sapi ke daging ayam.,” papar David.

Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahun 2016 kebutuhan daging sekitar 670.000 ton, produksi daging lokal hanya 440.000 ton dengan rataan peningkatan produksi 2,68% per tahun. Selebihnya, 230.000 ton dipenuhi oleh impor sapi hidup dan daging beku.

Penjual daging memotong daging sapi.

MEDAN, SUMUTPOS.CO -Harga daging sapi yang dijual di pasaran khususnya Kota Medan sekitarnya, hingga kini masih cenderung bertahan mahal antara Rp105.000 hingga Rp110.000 per kg. Melambungnya harga daging sapi ini diprediksi akan terus bertahan hingga tahun 2018.

Menurut Marketing Sales PT Juang Jaya Abdi Alam (salah satu perusahaan penggemukan sapi atau feedloter di Sumatera), David Yasin, pembatasan impor sapi yang memicu harga daging melonjak tinggi, karena ketika itu pemerintah menyatakan ada program swasembada. Pemerintah mengurangi kuota impor sapi yang masuk.

Akhirnya, ini menimbulkan masalah di Australia hingga mereka mengalihkan ke negara lain. Akibatnya, harga daging di Indonesia melambung. Lantas, ketika harga melambung pemerintah mengubah kebijakan tak lagi membatasi kuota. Namun, berat sapi yang masuk tetapi dibatasi.

“Harga impor sapi terlanjur naik. Apabila paket kebijakan pemerintah dalam hal pembatasan berat sapi yang masuk tak diubah atau terus diterapkan, maka dijamin harga daging sapi bertahan mahal hingga 2018. Namun, apabila pemerintah merubah kebijakan untuk membeli sapi impor dengan berat tidak ada batasan, kemungkinan ada penurunan harga. Meski begitu, penurunan harga yang diperkirakan tidak terlalu signifikan tetapi dapat mereduksi harga jual daging sapi di pasaran,” ungkap David dalam temu ramah tamah dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Kantor Perwakilan Daerah (KPD) Medan, Selasa (14/3).

Diutarakan dia, selain paket kebijakan pemerintah dan harga beli sapi dari Australia yang tinggi, faktor lain masih mahalnya harga daging sapi disebabkan karena pasokan kurang dan ongkos efesien pemeliharaan. Kendati begitu, melonjaknya harga daging sapi sejauh ini tidak ada mengarah kepada kartel dan diyakini sangat tidak mungkin.

“Opsi lainnya untuk menurunkan harga daging dengan merubah pola pikir atau mainset masyarakat. Artinya, pemerintah harus mengedukasi masyarakat bahwa kebutuhan protein itu tidak hanya dari daging sapi tetapi daging ayam juga bisa memenuhi.

Apalagi, di Sumut sudah surplus ayam. Jadi, tinggal bagaimana pemerintah membentuk mainset masyarakat dalam kebutuhan protein. Dengan kata lain, masyarakat dapat beralih konsumsi dari daging sapi ke daging ayam.,” papar David.

Lebih lanjut dia mengatakan, pada tahun 2016 kebutuhan daging sekitar 670.000 ton, produksi daging lokal hanya 440.000 ton dengan rataan peningkatan produksi 2,68% per tahun. Selebihnya, 230.000 ton dipenuhi oleh impor sapi hidup dan daging beku.

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/