Benhur mencontohkan, di Singapura harga daging sapinya per kilogram sekitar Rp60 ribu. Padahal, negara tersebut tidak memiliki peternakan penghasil daging sapi. “Jadi, kalau Singapura bisa menstabilkan harga daging sapi mereka, padahal tidak memiliki peternakan, mengapa Indonesia tidak bisa seperti itu?” katanya.
Makanya, lanjut Benhur, pemerintah berupaya memberi contoh dengan menjual harga hanya Rp80 ribu per kilogram. Untuk kualitas dengan harga daging tersebut, merupakan yang paling bagus, karena di bawah harga itu juga ada. Sedangkan, mengkonsumsi daging impor tidak perlu khawatir, karena sampai sekarang tidak ada masalah. “Kalau harganya bertahan sekitar Rp100 ribuan per kilogram, masih berat bagi masyarakat kalangan menengah ke bawah. Jadi, harapan pemerintah pusat agar harga daging produksi lokal itu bisa di bawah angka Rp100 ribu,” harapnya.
Ia juga mengatakan, jika pemerintah tidak mengintervensi harga dengan menjual daging beku Rp80 ribu per kilogram, kemungkinan harganya akan semakin mahal. Contohnya, ketika belum ada impor, harga daging terus melonjak. “Untuk mendapatkan daging beku bisa dibeli di kantor Bulog. Selain itu, ada beberapa tempat lainnya,” jelas Benhur, tanpa membeberkan lokasinya.
Ia menambahkan, daging beku tersebut biasa disimpan di ruang pendingin (cold storage) dengan kapasitas 200 ton. Sementara ini, cold storage Bulog memang tak mencukupi, sehingga menyewa. Namun demikian, nantinya akan dibangun sendiri dalam waktu dekat, dengan kapasitas hingga 400 ton. “Lokasinya di Gudang Bulog yang tidak difungsikan untuk beras, Jalan Mustafa Medan. Targetnya tahun ini bisa dibangun,” pungkas Benhur. (ris/saz)