29 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Perbankan di Indonesia Paling Untung Sedunia

Perbankan-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Besarnya pangsa pasar yang belum tergarap membuat perbankan di tanah air memiliki kesempatan untuk berekspansi seluas-luasnya. Tidak pelak, perbankan di Indonesia termasuk yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tinggi dibanding industri bank di negara lain.

Data Bloomberg menunjukkan, perbankan di Indonesia memiliki kinerja keuangan di atas rata-rata industri keuangan dunia. Hal itu terlihat dari return on assets (ROA) atau rasio profitabilitas dan return on equity (ROE) alias tingkat pengembalian modal. Di Amerika Serikat, misalnya. Rata-rata ROA perbankan mencapai 1,60 persen, sedangkan Eropa dan Asia Pasifik masing-masing 1 persen dan 1,33 persen. Namun, Indonesia berhasil membukukan ROA perbankan yang mencapai 2,50 persen. ROA merupakan rasio laba bersih dibanding aset yang dimiliki perusahaan.

Bukan hanya ROA, rata-rata ROE perbankan di Indonesia juga sangat tinggi, yakni menyentuh 19,90 persen. ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan modal perusahaan. Persentase ROE Indonesia tersebut berada jauh di atas posisi perbankan di Amerika Serikat. ROE bank-bank di Negeri Paman Sam itu hanya 13,60 persen, sedangkan Eropa dan Asia Pasifik mencatat tingkat ROE masing-masing 11,80 persen dan Asia Pasifik 15,96 persen.

Corporate Secretary Bank BRI Muhamad Ali menyatakan, di tengah persaingan yang ketat, perbankan memang dituntut untuk memiliki kinerja yang efisien sehingga efektif menggenjot laba. “Tata kelola perusahaan harus kuat. Dengan begitu, bank bisa berbisnis seefisien mungkin. Biasanya harus didukung pula dengan basis teknologi informasi yang masif,” tuturnya kemarin (16/3).

Ali mencontohkan, perseroannya sangat menekan rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasional (BOPO) hingga posisi 60,58 persen. Ditambah strategi untuk mengelola rasio kredit bermasalah di level rendah, yakni 1,55 persen untuk NPL (non performing loan) gross serta 0,31 persen untuk NPL nett.

BRI mampu mempertahankan tingkat keuntungan tertinggi di antara perbankan di tanah air. Yakni, mencapai Rp 21,16 triliun sepanjang 2013 atau naik 14,2 persen dari tahun sebelumnya. Bahkan, rasio profitabilitas bank yang berfokus pada kredit mikro tersebut cukup tinggi di atas rata-rata nasional. “ROE kami 34,11 persen, sementara ROA di level 5,03 persen,” katanya.

Meski demikian, perbankan di tanah air mendapat tantangan besar untuk menjaga profitabilitasnya di tengah pengetatan likuiditas oleh ototitas moneter. Hal itu terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang melambat dari 21,4 persen (year on year/yoy) pada Desember 2013 menjadi 20,9 persen (yoy) pada Januari 2014. “Perlambatan itu sejalan dengan arah moderasi permintaan domestik,” tutur Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. (gal/c18/sof)

Perbankan-Ilustrasi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Besarnya pangsa pasar yang belum tergarap membuat perbankan di tanah air memiliki kesempatan untuk berekspansi seluas-luasnya. Tidak pelak, perbankan di Indonesia termasuk yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan keuntungan tinggi dibanding industri bank di negara lain.

Data Bloomberg menunjukkan, perbankan di Indonesia memiliki kinerja keuangan di atas rata-rata industri keuangan dunia. Hal itu terlihat dari return on assets (ROA) atau rasio profitabilitas dan return on equity (ROE) alias tingkat pengembalian modal. Di Amerika Serikat, misalnya. Rata-rata ROA perbankan mencapai 1,60 persen, sedangkan Eropa dan Asia Pasifik masing-masing 1 persen dan 1,33 persen. Namun, Indonesia berhasil membukukan ROA perbankan yang mencapai 2,50 persen. ROA merupakan rasio laba bersih dibanding aset yang dimiliki perusahaan.

Bukan hanya ROA, rata-rata ROE perbankan di Indonesia juga sangat tinggi, yakni menyentuh 19,90 persen. ROE merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dikaitkan dengan modal perusahaan. Persentase ROE Indonesia tersebut berada jauh di atas posisi perbankan di Amerika Serikat. ROE bank-bank di Negeri Paman Sam itu hanya 13,60 persen, sedangkan Eropa dan Asia Pasifik mencatat tingkat ROE masing-masing 11,80 persen dan Asia Pasifik 15,96 persen.

Corporate Secretary Bank BRI Muhamad Ali menyatakan, di tengah persaingan yang ketat, perbankan memang dituntut untuk memiliki kinerja yang efisien sehingga efektif menggenjot laba. “Tata kelola perusahaan harus kuat. Dengan begitu, bank bisa berbisnis seefisien mungkin. Biasanya harus didukung pula dengan basis teknologi informasi yang masif,” tuturnya kemarin (16/3).

Ali mencontohkan, perseroannya sangat menekan rasio biaya operasi terhadap pendapatan operasional (BOPO) hingga posisi 60,58 persen. Ditambah strategi untuk mengelola rasio kredit bermasalah di level rendah, yakni 1,55 persen untuk NPL (non performing loan) gross serta 0,31 persen untuk NPL nett.

BRI mampu mempertahankan tingkat keuntungan tertinggi di antara perbankan di tanah air. Yakni, mencapai Rp 21,16 triliun sepanjang 2013 atau naik 14,2 persen dari tahun sebelumnya. Bahkan, rasio profitabilitas bank yang berfokus pada kredit mikro tersebut cukup tinggi di atas rata-rata nasional. “ROE kami 34,11 persen, sementara ROA di level 5,03 persen,” katanya.

Meski demikian, perbankan di tanah air mendapat tantangan besar untuk menjaga profitabilitasnya di tengah pengetatan likuiditas oleh ototitas moneter. Hal itu terlihat dari pertumbuhan kredit perbankan yang melambat dari 21,4 persen (year on year/yoy) pada Desember 2013 menjadi 20,9 persen (yoy) pada Januari 2014. “Perlambatan itu sejalan dengan arah moderasi permintaan domestik,” tutur Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo. (gal/c18/sof)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/