27 C
Medan
Monday, November 25, 2024
spot_img

Abon Lele Shakira Food: Inovasi Makanan Modern

Foto: Istimewa Suheri, pengusaha abon lele Shakira Food, binaan Pertamina.
Foto: Istimewa
Suheri, pengusaha abon lele Shakira Food, binaan Pertamina.

SUMUTPOS.CO – Tak ingin terus menerus jadi karyawan, Suheri (52) memilih putar haluan, menjadi pengusaha. Lepas bekerja di salah satu bank Swasta di Kota Bandung, berbagai usaha dicoba pria ini. Mulai dagang jeruk dari Sumatera – Jawa, broker developer, travel agen dan pupuk organik. Hingga pada 2010 Suheri bertemu pilihan yang sampai kini ditekuni yakni abon lele.

“Setelah terus mencoba, akhirnya datang ide kenapa tidak buat usaha yang belum dibuat orang dengan bahan yang tidak sulit dan modal terjangkau. Kita putuskan membuat abon lele ini,” urai pemilik usaha abon lele Shakira Food ketika ditemui Sumut Pos di homebasenya Jalan Gotong Royong, Bukit Jengkol, Kabupaten Langkat pekan lalu.

Seperti diketahui, nilai gizi ikan lele termasuk tinggi dan baik untuk kesehatan karena tergolong makanan dengan kandungan lemak yang relatif rendah dan mineral yang tinggi. Dalam setiap 100 gram, kandungan lemak ikan ini hanya dua gram, jauh lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi (14 gram), apalagi daging ayam (25 gram). Selain kaya zat gizi, lele juga membantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak.

Layaknya memulai usaha, abon lele Shakira Food juga mengalami pasang surut. Mulai dari keterbatasan modal, sulitnya bahan diperoleh hingga lemahnya pemasaran. Namun, dengan optimis perlahan tapi pasti usaha abon tetap dijalankan sampai akhirnya bertemu PT Pertamina sebagai bapak angkat yang memberikan bantuan modal lewat cicilan yang dirasakan cukup membantu pelaku usaha kecil, persisnya 2014 lalu.

Geliatnya pun mulai dirasakan, setelah mengikuti seabrek kegiatan yang disponsori Pertamina ini. Kini produk abon lele terus berkembang dari 2 varian sekarang sudah menembus 4 varian yakni rasa pedas, manis, lele teri medan dan lele kentang. Produk yang sudah disertifikasi kehalalannya serta standard lainnya yang ditetapkan pemerintah, maka tak lama lagi abon lele Shakira Food segera launching internasional.

Keseluruhannya dicapai dengan kerja keras serta keuletan, mulai dari promosi dari satu supermarket ke swalayan lain dan membentuk kerjasama. Baik yang bersifat konsinyasi ataupun lainnya. Hasilnya, omzet yang diperoleh menapak ke arah positif. Sebulan, produksi kini mencapai 1600 bungkus dikerjakan 10 karyawan.

“Kita harus lebih gencar lagi berinovasi agar produk ini semakin dikenal. Dan, semoga abon tidak lagi menjadi pendamping makanan namun mampu menjadi kebutuhan utama,” optimis Suheri seraya akui sudah memiliki menejer marketing maupun sales promotion girl di Medan.

Hambatan bahan baku, menurut dia, seiring berjalannya waktu akan tergerus jika usaha tersebut lancar. Apalagi setelah mendapatkan suntikan modal dari Pertamina yang dipergunakan untuk pengadaan mesin pengolah. Soalnya, hingga kini bahan baku (ikan lele) lebih banyak order dari Medan daripada daerah asal (Langkat). Karenanya, sempat beralih ke ikan gembung kuring bahkan tuna dari Kabupaten Batubara akibat kosongnya bahan diinginkan yakni 1 kg/ekor lele, sebab jarang peternak lele mau membesarkan ikannya sampai 1 kg.

Ayah satu putri ini tak memungkiri, bantuan modal Pertamina merupakan yang pertama dia peroleh. Dan dirasakan cukup membantu, dalam memenuhi kebutuhan operasional.

Sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan, Pertamina selaku perusahaan energi melakukan Partnership Program atau Program Kemitraan. Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus memberikan efek berlipat ganda bagi kesejahteraan masyarakat. (jie/*)

Foto: Istimewa Suheri, pengusaha abon lele Shakira Food, binaan Pertamina.
Foto: Istimewa
Suheri, pengusaha abon lele Shakira Food, binaan Pertamina.

SUMUTPOS.CO – Tak ingin terus menerus jadi karyawan, Suheri (52) memilih putar haluan, menjadi pengusaha. Lepas bekerja di salah satu bank Swasta di Kota Bandung, berbagai usaha dicoba pria ini. Mulai dagang jeruk dari Sumatera – Jawa, broker developer, travel agen dan pupuk organik. Hingga pada 2010 Suheri bertemu pilihan yang sampai kini ditekuni yakni abon lele.

“Setelah terus mencoba, akhirnya datang ide kenapa tidak buat usaha yang belum dibuat orang dengan bahan yang tidak sulit dan modal terjangkau. Kita putuskan membuat abon lele ini,” urai pemilik usaha abon lele Shakira Food ketika ditemui Sumut Pos di homebasenya Jalan Gotong Royong, Bukit Jengkol, Kabupaten Langkat pekan lalu.

Seperti diketahui, nilai gizi ikan lele termasuk tinggi dan baik untuk kesehatan karena tergolong makanan dengan kandungan lemak yang relatif rendah dan mineral yang tinggi. Dalam setiap 100 gram, kandungan lemak ikan ini hanya dua gram, jauh lebih rendah dibandingkan dengan daging sapi (14 gram), apalagi daging ayam (25 gram). Selain kaya zat gizi, lele juga membantu pertumbuhan janin dalam kandungan dan sangat baik bagi jantung karena rendah lemak.

Layaknya memulai usaha, abon lele Shakira Food juga mengalami pasang surut. Mulai dari keterbatasan modal, sulitnya bahan diperoleh hingga lemahnya pemasaran. Namun, dengan optimis perlahan tapi pasti usaha abon tetap dijalankan sampai akhirnya bertemu PT Pertamina sebagai bapak angkat yang memberikan bantuan modal lewat cicilan yang dirasakan cukup membantu pelaku usaha kecil, persisnya 2014 lalu.

Geliatnya pun mulai dirasakan, setelah mengikuti seabrek kegiatan yang disponsori Pertamina ini. Kini produk abon lele terus berkembang dari 2 varian sekarang sudah menembus 4 varian yakni rasa pedas, manis, lele teri medan dan lele kentang. Produk yang sudah disertifikasi kehalalannya serta standard lainnya yang ditetapkan pemerintah, maka tak lama lagi abon lele Shakira Food segera launching internasional.

Keseluruhannya dicapai dengan kerja keras serta keuletan, mulai dari promosi dari satu supermarket ke swalayan lain dan membentuk kerjasama. Baik yang bersifat konsinyasi ataupun lainnya. Hasilnya, omzet yang diperoleh menapak ke arah positif. Sebulan, produksi kini mencapai 1600 bungkus dikerjakan 10 karyawan.

“Kita harus lebih gencar lagi berinovasi agar produk ini semakin dikenal. Dan, semoga abon tidak lagi menjadi pendamping makanan namun mampu menjadi kebutuhan utama,” optimis Suheri seraya akui sudah memiliki menejer marketing maupun sales promotion girl di Medan.

Hambatan bahan baku, menurut dia, seiring berjalannya waktu akan tergerus jika usaha tersebut lancar. Apalagi setelah mendapatkan suntikan modal dari Pertamina yang dipergunakan untuk pengadaan mesin pengolah. Soalnya, hingga kini bahan baku (ikan lele) lebih banyak order dari Medan daripada daerah asal (Langkat). Karenanya, sempat beralih ke ikan gembung kuring bahkan tuna dari Kabupaten Batubara akibat kosongnya bahan diinginkan yakni 1 kg/ekor lele, sebab jarang peternak lele mau membesarkan ikannya sampai 1 kg.

Ayah satu putri ini tak memungkiri, bantuan modal Pertamina merupakan yang pertama dia peroleh. Dan dirasakan cukup membantu, dalam memenuhi kebutuhan operasional.

Sebagai tanggung jawab sosial dan lingkungan, Pertamina selaku perusahaan energi melakukan Partnership Program atau Program Kemitraan. Ditujukan untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil dan menengah agar menjadi tangguh dan mandiri, sekaligus memberikan efek berlipat ganda bagi kesejahteraan masyarakat. (jie/*)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/