25.6 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Penghasilan Mitra Gojek Lebihi UMR

“Hasil riset juga mengungkapkan bahwa rata-rata penghasilan mitra pengemudi roda dua Gojek lebih tinggi dari upah minimum regional di Medan. Rata-rata penghasilan mencapai Rp3,37 juta per bulan,” sebutnya.

Untuk mitra UMKM, lanjut Turro, hasil riset ini menunjukkan bahwa keberadaan layanan Go-Food mendukung para UMKM di Medan untuk go online. Kemudian, meningkatkan volume transaksi mitra UMKM, membuka akses langsung ke pasar (konsumen) serta meningkatkan aset usaha. Diperkirakan terdapat tambahan Rp118 miliar per tahun yang masuk ke ekonomi Medan.

Sedangkan bagi konsumen Gojek, tambahnya, sebagian besar responden menyatakan kehadiran aplikasi Gojek meningkatkan kualitas hidup mereka yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Konsumen menilai layanan aplikasi cukup baik, aman dan nyaman. Hampir keseluruhan konsumen memilih untuk memesan makanan dari mitra yang berupa usaha rumahan/UMKM.

Manajer Penelitian LD FEB UI, Paksi Wulandauw menjelaskan, sebagai perusahaan teknologi terkemuka, keberadaan Gojek merupakan bagian dari disruptive force di Indonesia. Sebagaimana semua disruptive force, akan ada pergeseran di dalam konsumsi dan ketenagakerjaan pada masa awal.

Namun, diperkirakan pergeseran-pergeseran tersebut tidak akan berlangsung lama sehingga manfaat keberadaan Gojek pada perekonomian akan terus meningkat di masa depan. “Secara nasional, Gojek berkontribusi triliunan rupiah ke perekonomian. Berdasarkan riset yang dilakukan pada 9 kota di Indonesia, penghasilan mitra pengemudi roda dua Gojek berkontribusi hingga Rp8,2 triliun per tahun. Mitra pengemudi roda dua juga merasakan adanya peningkatan kesejahteraan yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara, kontribusi dari penghasilan mitra UMKM mencapai Rp1,7 triliun per tahun,” papar Paksi.

Ditambahkannya, riset ini menggunakan metode kuantitatif dengan wawancara tatap muka yang menggunakan metode sampling pencuplikan acak murni (pure random sampling). Metode ini dilakukan atas mitra pengemudi roda dua (3.315 responden), mitra UMKM (806 responden), dan konsumen (3.465 responden) yang aktif dalam 1 bulan terakhir.

“Sampel mewakili populasi di 9 lokasi, termasuk Medan. Riset ini memiliki margin of error di bawah 5 persen,” imbuhnya. (ris)

“Hasil riset juga mengungkapkan bahwa rata-rata penghasilan mitra pengemudi roda dua Gojek lebih tinggi dari upah minimum regional di Medan. Rata-rata penghasilan mencapai Rp3,37 juta per bulan,” sebutnya.

Untuk mitra UMKM, lanjut Turro, hasil riset ini menunjukkan bahwa keberadaan layanan Go-Food mendukung para UMKM di Medan untuk go online. Kemudian, meningkatkan volume transaksi mitra UMKM, membuka akses langsung ke pasar (konsumen) serta meningkatkan aset usaha. Diperkirakan terdapat tambahan Rp118 miliar per tahun yang masuk ke ekonomi Medan.

Sedangkan bagi konsumen Gojek, tambahnya, sebagian besar responden menyatakan kehadiran aplikasi Gojek meningkatkan kualitas hidup mereka yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Konsumen menilai layanan aplikasi cukup baik, aman dan nyaman. Hampir keseluruhan konsumen memilih untuk memesan makanan dari mitra yang berupa usaha rumahan/UMKM.

Manajer Penelitian LD FEB UI, Paksi Wulandauw menjelaskan, sebagai perusahaan teknologi terkemuka, keberadaan Gojek merupakan bagian dari disruptive force di Indonesia. Sebagaimana semua disruptive force, akan ada pergeseran di dalam konsumsi dan ketenagakerjaan pada masa awal.

Namun, diperkirakan pergeseran-pergeseran tersebut tidak akan berlangsung lama sehingga manfaat keberadaan Gojek pada perekonomian akan terus meningkat di masa depan. “Secara nasional, Gojek berkontribusi triliunan rupiah ke perekonomian. Berdasarkan riset yang dilakukan pada 9 kota di Indonesia, penghasilan mitra pengemudi roda dua Gojek berkontribusi hingga Rp8,2 triliun per tahun. Mitra pengemudi roda dua juga merasakan adanya peningkatan kesejahteraan yang menjadi roda penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara, kontribusi dari penghasilan mitra UMKM mencapai Rp1,7 triliun per tahun,” papar Paksi.

Ditambahkannya, riset ini menggunakan metode kuantitatif dengan wawancara tatap muka yang menggunakan metode sampling pencuplikan acak murni (pure random sampling). Metode ini dilakukan atas mitra pengemudi roda dua (3.315 responden), mitra UMKM (806 responden), dan konsumen (3.465 responden) yang aktif dalam 1 bulan terakhir.

“Sampel mewakili populasi di 9 lokasi, termasuk Medan. Riset ini memiliki margin of error di bawah 5 persen,” imbuhnya. (ris)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/