29 C
Medan
Sunday, June 23, 2024

Mobil Listrik Solusi Penjajahan BBM

FOTO: SUHENDRIK/JAWA POS CEK MESIN: Dahlan Iskan mendengarkan penjelasan pramuniaga Nissan di Tokyo Senin lalu (24/2).
FOTO: SUHENDRIK/JAWA POS
CEK MESIN: Dahlan Iskan mendengarkan penjelasan pramuniaga Nissan di Tokyo Senin lalu (24/2).

TOKYO, SUMUTPOS.CO – Mewujudkan mobil yang tidak butuh Bahan Bakar Minyak masih menjadi obsesi Dahlan Iskan. Bahkan saat ke Tokyo Senin (24/2), Menteri BUMN itu menyempatkan diri mendatangi sebuah showroom mobil Nissan di pusat Kota Tokyo untuk mengetahui update tekonologi terbaru mobil listrik.

K arena dilakukan mendadak, rombongan Dahlan hanya diterima pegawai showroom. Tapi, bagi Dahlan itu bukan masalah. Sebab, substansinya justru ada pada informasi yang harus didapat sebanyak mungkin tentang teknologi mobil listrik di Jepang terkini. Kepada supervisor showroom Nissan, Dahlan menanyakan dengan detail. Mulai dari kecepatan mobil sampai kebijakan apa yang diberikan pemerintah Jepang bagi warganya untuk merangsang penggunaan mobil listrik.

Setelah menggali informasi dengan berbagai pertanyaan, pria kelahiran Magetan, Jawa Timur itu makin yakin mobil listrik harus didorong produksinya di tanah air. “Kita ini sekarang dijajah BBM dan tidak tahu jalan keluarnya apa,” ungkapnya di hadapan wartawan.

Padahal, menurut dia, minyak yang ada di Indonesia sudah tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ditambah, setiap tahun jumlah mobil bertambah satu juta unit. Akhirnya, nanti APBN habis hanya untuk subsidi BBM. Karena itu tidak heran, jika kebijakan bagi mobil listrik bisa lebih baik ketimbang mobil murah. “Masak kita akan dijajah seumur hidup? Pilihannya sekarang (mobil berbahan bakar) listrik atau gas,” tegas dia.

Oleh sebab itu, kata mantan Direktur Utama PLN ini, saat ini yang dibutuhkan adalah kapan pemerintah merealisasikan pilihan mengembangkan mobil listrik. Pasalnya, hal lain yang diragukan dari keberadaan mobil listrik seperti kesiapan infrastruktur sudah ada jawabannya. Yakni, dengan mengubah mindset bahwa pengisian batere mobil listrik tidak seperti pada mobil ber-BBM, yang bergantung terhadap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Pasalnya, instalasi charger (pengisi ulang) listrik sangat mudah disediakan. Bisa di rumah, gedung pemerintah maupun swatsa. Dengan begitu mestinya, tiga sampai lima tahun lagi mobil listrik harus sudah jadi kenyataan. “Ini tergantung keputusan kita. Mau atau tidak,” ungkap dia.

Setelah dirasa cukup, Dahlan dan rombongan menemui Yusron Ihza yang hari itu baru resmi bertugas menjadi Duta Besar RI untuk Jepang. Dahlan Iskan bertolak ke Jepang bersama rombongan Pelindo II untuk menghadiri MoU Indonesia Port Corporation (IPC) dengan Mitsui Co Ltd.Turut mendampingi kunjungan kerja Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) R.J. Lino. (rik/kim/jpnn/rbb)

FOTO: SUHENDRIK/JAWA POS CEK MESIN: Dahlan Iskan mendengarkan penjelasan pramuniaga Nissan di Tokyo Senin lalu (24/2).
FOTO: SUHENDRIK/JAWA POS
CEK MESIN: Dahlan Iskan mendengarkan penjelasan pramuniaga Nissan di Tokyo Senin lalu (24/2).

TOKYO, SUMUTPOS.CO – Mewujudkan mobil yang tidak butuh Bahan Bakar Minyak masih menjadi obsesi Dahlan Iskan. Bahkan saat ke Tokyo Senin (24/2), Menteri BUMN itu menyempatkan diri mendatangi sebuah showroom mobil Nissan di pusat Kota Tokyo untuk mengetahui update tekonologi terbaru mobil listrik.

K arena dilakukan mendadak, rombongan Dahlan hanya diterima pegawai showroom. Tapi, bagi Dahlan itu bukan masalah. Sebab, substansinya justru ada pada informasi yang harus didapat sebanyak mungkin tentang teknologi mobil listrik di Jepang terkini. Kepada supervisor showroom Nissan, Dahlan menanyakan dengan detail. Mulai dari kecepatan mobil sampai kebijakan apa yang diberikan pemerintah Jepang bagi warganya untuk merangsang penggunaan mobil listrik.

Setelah menggali informasi dengan berbagai pertanyaan, pria kelahiran Magetan, Jawa Timur itu makin yakin mobil listrik harus didorong produksinya di tanah air. “Kita ini sekarang dijajah BBM dan tidak tahu jalan keluarnya apa,” ungkapnya di hadapan wartawan.

Padahal, menurut dia, minyak yang ada di Indonesia sudah tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan pasar. Ditambah, setiap tahun jumlah mobil bertambah satu juta unit. Akhirnya, nanti APBN habis hanya untuk subsidi BBM. Karena itu tidak heran, jika kebijakan bagi mobil listrik bisa lebih baik ketimbang mobil murah. “Masak kita akan dijajah seumur hidup? Pilihannya sekarang (mobil berbahan bakar) listrik atau gas,” tegas dia.

Oleh sebab itu, kata mantan Direktur Utama PLN ini, saat ini yang dibutuhkan adalah kapan pemerintah merealisasikan pilihan mengembangkan mobil listrik. Pasalnya, hal lain yang diragukan dari keberadaan mobil listrik seperti kesiapan infrastruktur sudah ada jawabannya. Yakni, dengan mengubah mindset bahwa pengisian batere mobil listrik tidak seperti pada mobil ber-BBM, yang bergantung terhadap stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU). Pasalnya, instalasi charger (pengisi ulang) listrik sangat mudah disediakan. Bisa di rumah, gedung pemerintah maupun swatsa. Dengan begitu mestinya, tiga sampai lima tahun lagi mobil listrik harus sudah jadi kenyataan. “Ini tergantung keputusan kita. Mau atau tidak,” ungkap dia.

Setelah dirasa cukup, Dahlan dan rombongan menemui Yusron Ihza yang hari itu baru resmi bertugas menjadi Duta Besar RI untuk Jepang. Dahlan Iskan bertolak ke Jepang bersama rombongan Pelindo II untuk menghadiri MoU Indonesia Port Corporation (IPC) dengan Mitsui Co Ltd.Turut mendampingi kunjungan kerja Direktur Utama PT Pelindo II (Persero) R.J. Lino. (rik/kim/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/