33.9 C
Medan
Friday, May 10, 2024

Terbang di Era New Normal, Garuda Andalkan HEPA Filter dan Jaga Jarak.

SUMUTPOS.CO – Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan jumlah penumpang hingga lebih dari 90 persen. Hal ini sangat terasa terutama di periode bulan April-Mei. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap, maskapai pelat merah tersebut berusaha mencari solusi untuk tetap terbang dengan menerapkan protokol kesehatan. Solusi itu, lanjutnya berefek dengan meningkatnya jumlah penumpang sejak Juni lalu. Meskipun, diakuinya kondisi belum kembali normal.

Penerapan wajib masker sepanjang perjalanan hingga pengaturan jarak penumpang menjadi teknis solusi dari Garuda Indonesia. “Kalau Anda duduk di ekonomi di tengahnya kosong, kalau Anda duduk di business class sebelahnya kosong,” ucapnya dalam talkshow live Instagram Katadata bertajuk Industri Penerbangan Bisa Bernapas Kembali yang diterima SumutPos.CoKamis (26/11).

Menurutnya, penumpang yang boleh berdekatan apabila berasal dari satu keluarga dan tinggal di alamat yang sama. Social distance juga diberlakukan saat masuk dan keluar pesawat. “Sampai hari ini mengapa kita sampai mendapatkan penghargaan sebagai salah satu penerbangan di dunia, yang dianggap aman karena kita menerapkan itu distancing, dan feedback dari para penumpang juga mengatakan nyaman karena berjarak ya,” lanjut Irfan menjelaskan Safety penghargaan dari Travel Barometer.

Irfan menambahkan, Garuda juga mengkampanyekan sistem pengamanan sirkulasi udara dengan sistem HEPA yang selama ini sudah diterapkan namun tidak cukup diketahui publik. “Jadi di pesawat itu sirkulasi udaranya vertical nggak kayak kita di sini udara ke mana-mana udara, vertikal disedot setiap dua hingga tiga menit sekali, filter HEPA itu mematikan virus dan bakteri, dan kita menerapkan prosedur disinfektan secara rutin,” jelas Irfan.

Filter HEPA menyaring kadar udara yang ada di kabin hingga 99,9% menjadi udara murni dan bisa dihirup di kabin. Kata Irfan, sistem filter yang sama juga berlaku untuk penerbangan murah anak perusahaan Citilink.

Ada beberapa perubahan layanan yang dilakukan di Garuda, antara lain dengan meniadakan bahan bacaan cetakan karena dikhawatirkan menjadi medium penyebaran virus. “Makanan juga kita sediakan dengan cara berbeda, kita nggak seduhkan lagi minuman, kelihatannya nggak sopan tapi penumpang harus memahami,” tambahnya.

Selain kepada penumpang, awak kabin juga harus menerapkan secara ketat protokol kesehatan dan pemeriksaan kesehatan sebelum terbang. Awak kabin juga harus mengurangi interaksi dengan penumpang. “Protokol kesehatan, yang sudah kita implementasikan akan kita impelentasikan terus, termasuk menjelang liburan akhir tahun,” kata Irvan. (rel)

SUMUTPOS.CO – Pandemi Covid-19 menyebabkan penurunan jumlah penumpang hingga lebih dari 90 persen. Hal ini sangat terasa terutama di periode bulan April-Mei. Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengungkap, maskapai pelat merah tersebut berusaha mencari solusi untuk tetap terbang dengan menerapkan protokol kesehatan. Solusi itu, lanjutnya berefek dengan meningkatnya jumlah penumpang sejak Juni lalu. Meskipun, diakuinya kondisi belum kembali normal.

Penerapan wajib masker sepanjang perjalanan hingga pengaturan jarak penumpang menjadi teknis solusi dari Garuda Indonesia. “Kalau Anda duduk di ekonomi di tengahnya kosong, kalau Anda duduk di business class sebelahnya kosong,” ucapnya dalam talkshow live Instagram Katadata bertajuk Industri Penerbangan Bisa Bernapas Kembali yang diterima SumutPos.CoKamis (26/11).

Menurutnya, penumpang yang boleh berdekatan apabila berasal dari satu keluarga dan tinggal di alamat yang sama. Social distance juga diberlakukan saat masuk dan keluar pesawat. “Sampai hari ini mengapa kita sampai mendapatkan penghargaan sebagai salah satu penerbangan di dunia, yang dianggap aman karena kita menerapkan itu distancing, dan feedback dari para penumpang juga mengatakan nyaman karena berjarak ya,” lanjut Irfan menjelaskan Safety penghargaan dari Travel Barometer.

Irfan menambahkan, Garuda juga mengkampanyekan sistem pengamanan sirkulasi udara dengan sistem HEPA yang selama ini sudah diterapkan namun tidak cukup diketahui publik. “Jadi di pesawat itu sirkulasi udaranya vertical nggak kayak kita di sini udara ke mana-mana udara, vertikal disedot setiap dua hingga tiga menit sekali, filter HEPA itu mematikan virus dan bakteri, dan kita menerapkan prosedur disinfektan secara rutin,” jelas Irfan.

Filter HEPA menyaring kadar udara yang ada di kabin hingga 99,9% menjadi udara murni dan bisa dihirup di kabin. Kata Irfan, sistem filter yang sama juga berlaku untuk penerbangan murah anak perusahaan Citilink.

Ada beberapa perubahan layanan yang dilakukan di Garuda, antara lain dengan meniadakan bahan bacaan cetakan karena dikhawatirkan menjadi medium penyebaran virus. “Makanan juga kita sediakan dengan cara berbeda, kita nggak seduhkan lagi minuman, kelihatannya nggak sopan tapi penumpang harus memahami,” tambahnya.

Selain kepada penumpang, awak kabin juga harus menerapkan secara ketat protokol kesehatan dan pemeriksaan kesehatan sebelum terbang. Awak kabin juga harus mengurangi interaksi dengan penumpang. “Protokol kesehatan, yang sudah kita implementasikan akan kita impelentasikan terus, termasuk menjelang liburan akhir tahun,” kata Irvan. (rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/