25.6 C
Medan
Tuesday, May 14, 2024

Pria Lebih Pelupa

Pria lebih pelupa.
Pria lebih pelupa.

SUMUTPOS.CO – Kadang yang menjadi masalah dalam hubungan antara pria dan wanita adalah sifat pelupa dari pasangan. Sering sekali, wanita harus menyiapkan waktu ekstra untuk menyiapkan segala keperluan pria.

Usia pasangan sebenarnya masih muda, tapi kok pelupa banget ya? Sudah ingatkan berkali-kali tapi masih saja lupa tanggal pernikahan, tanggal ulang tahun, atau nama teman-teman Anda. Tak perlu buru-buru kesal dan marah, karena sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ini bukanlah kesengajaan.

Penelitian menunjukkan bahwa ternyata laki-laki jauh lebih pelupa daripada perempuan, terlepas dari usia mereka. Pada kenyataannya, peneliti pun juga dikejutkan oleh betapa pelupanya para laki-laki ini.

“Selain lebih pelupa, yang lebih mengejutkan ternyata sifat pelupa para pria tidak mengenal usia, bisa saja dialami pada mereka yang berumur 30 atau 60 tahun,” ungkap Profesor Jostein Holmen dari Norwegian University of Science and Technology.

Profesor Holmen dan timnya memberikan sembilan pertanyaan tentang seberapa banyak mereka bisa mengingat hal-hal tertentu. Mereka juga diminta untuk mengungkapkan seberapa sering mereka mengalami kesulitan mengingat sesuatu, nama dan tanggal, dan hal-hal yang yang terjadi selama satu tahun belakangan. Penelitian ini dilakukan terhadap 48 ribu orang di Norwegia.

Hasilnya ternyata pria melaporkan bahwa mereka mengalami delapan dari sembilan masalah ingatan ini. Sementara perempuan memiliki ingatan yang jauh lebih baik, laki-laki harus berjuang untuk mengingat nama dan tanggal.

Masalah lupa ini ternyata juga dipengaruhi oleh pendidikan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi ternyata berisiko lebih kecil untuk jadi pelupa. Orang-orang yang menderita kecemasan parah serta depresi ternyata juga bisa jadi lebih pelupa.

“Kami telah berspekulasi tentang hal ini.Namun sayangnya kami belum bisa menemuan penjelasan secara ilmiah. Sebagai penelitian lanjutan, kami mencoba menentukan apakah ada hubungannya antara lupa di masa muda dengan demensia di usia tua,” papar Holmen.

 

GAYA HIDUP PENYEBAB PELUPA

Penyakit lupa di usia muda salah satunya disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Niatnya menjaga dan merawat otak, gaya hidup kita seringkali malah merusaknya. Berikut adalah gaya hidup yang sering kita lakukan dan dapat merusak atau menurunkan fungsi otak.

Makan sembarangan. Kesibukan dan tuntutan pekerjaan terkadang membuat orang sering tidak memerhatikan apa yang masuk ke dalam tubuhnya melalui makanan. Menurut dr Hermawan, semua itu membentuk gaya hidup “asal kenyang” dan “asal enak” sehingga banyak yang tidak memedulikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Kecenderungannya, mereka memilih makanan instan yang banyak menggunakan zat kimia berbahaya, makanan cepat saji, atau makanan-makanan dengan kandungan lemak, gula, dan garam yang tinggi. Makanan-makanan tersebut berbahaya karena dapat memicu penyakit seperti stroke, yang akhirnya berdampak langsung pada otak.

 

Rokok dan racun. Tidak hanya menyebabkan penyakit-penyakit kronis untuk tubuh, seperti kanker atau stroke, rokok dan racun-racun lain seperti narkoba dapat merusak sel-sel dan menghambat regenerasi sel, termasuk sel-sel otak manusia. Hal itu akan memicu penuaan dini. Salah satu ciri penuaan dini yang terjadi adalah menurunnya daya ingat.

Kurang tidur. Pekerjaan atau tawaran hiburan terkadang membuat kita lupa waktu dan lupa istirahat, termasuk lupa tidur. Menurut dr Hermawan, setidaknya sepertiga waktu manusia digunakan untuk beristirahat. Artinya, kita seharusnya memiliki waktu tidur sekitar delapan jam dalam sehari. Saat tidur itulah tubuh beristirahat dan melakukan normalisasi, termasuk otak. Akan tetapi, tak hanya jatah tidur yang diperhatikan, kualitas tidur pun harus sangat dijaga. Tidur yang berkualitas adalah tidur yang tanpa dengkuran. Dengkuran dapat memicu penyakit lain, seperti jantung atau stroke, lho. Selain itu, mendengkur, menurut dr Hermawan, dapat menyebabkan pikun.

Stres. Stres akan memicu ketegangan di otak dan membuat energi otak habis. Itu sebabnya pada orang stres sering kali muncul istilah pikiran buntu atau mampet. Seseorang yang mengalami stres biasanya tidak dapat berpikir jernih atau normal karena otaknya kewalahan dan kehabisan energi, termasuk saat harus mengingat atau mencari informasi di otak. Stres yang berlebihan juga dapat memacu pelepasan hormon kortisol yang akan mengganggu ingatan.

Malas. Banyak orang yang bekerja hingga kelelahan sehingga malas berinteraksi dengan orang lain dan malas berolahraga. Padahal, interaksi dengan orang lain membuat otak kita terasah. Sering kali dalam mengobrol, ingatan lama dipanggil kembali sehingga memori otak terlatih. Selain menjaga kebugaran tubuh, olahraga tentu saja juga dapat menjaga kebugaran otak karena saat berolahraga, biasanya kita akan rileks dan otak menjadi tidak tegang. Berolahraga juga memungkinkan kita menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. (bbs/ram)

Pria lebih pelupa.
Pria lebih pelupa.

SUMUTPOS.CO – Kadang yang menjadi masalah dalam hubungan antara pria dan wanita adalah sifat pelupa dari pasangan. Sering sekali, wanita harus menyiapkan waktu ekstra untuk menyiapkan segala keperluan pria.

Usia pasangan sebenarnya masih muda, tapi kok pelupa banget ya? Sudah ingatkan berkali-kali tapi masih saja lupa tanggal pernikahan, tanggal ulang tahun, atau nama teman-teman Anda. Tak perlu buru-buru kesal dan marah, karena sebuah penelitian mengungkapkan bahwa ini bukanlah kesengajaan.

Penelitian menunjukkan bahwa ternyata laki-laki jauh lebih pelupa daripada perempuan, terlepas dari usia mereka. Pada kenyataannya, peneliti pun juga dikejutkan oleh betapa pelupanya para laki-laki ini.

“Selain lebih pelupa, yang lebih mengejutkan ternyata sifat pelupa para pria tidak mengenal usia, bisa saja dialami pada mereka yang berumur 30 atau 60 tahun,” ungkap Profesor Jostein Holmen dari Norwegian University of Science and Technology.

Profesor Holmen dan timnya memberikan sembilan pertanyaan tentang seberapa banyak mereka bisa mengingat hal-hal tertentu. Mereka juga diminta untuk mengungkapkan seberapa sering mereka mengalami kesulitan mengingat sesuatu, nama dan tanggal, dan hal-hal yang yang terjadi selama satu tahun belakangan. Penelitian ini dilakukan terhadap 48 ribu orang di Norwegia.

Hasilnya ternyata pria melaporkan bahwa mereka mengalami delapan dari sembilan masalah ingatan ini. Sementara perempuan memiliki ingatan yang jauh lebih baik, laki-laki harus berjuang untuk mengingat nama dan tanggal.

Masalah lupa ini ternyata juga dipengaruhi oleh pendidikan. Orang yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi ternyata berisiko lebih kecil untuk jadi pelupa. Orang-orang yang menderita kecemasan parah serta depresi ternyata juga bisa jadi lebih pelupa.

“Kami telah berspekulasi tentang hal ini.Namun sayangnya kami belum bisa menemuan penjelasan secara ilmiah. Sebagai penelitian lanjutan, kami mencoba menentukan apakah ada hubungannya antara lupa di masa muda dengan demensia di usia tua,” papar Holmen.

 

GAYA HIDUP PENYEBAB PELUPA

Penyakit lupa di usia muda salah satunya disebabkan gaya hidup yang tidak sehat. Niatnya menjaga dan merawat otak, gaya hidup kita seringkali malah merusaknya. Berikut adalah gaya hidup yang sering kita lakukan dan dapat merusak atau menurunkan fungsi otak.

Makan sembarangan. Kesibukan dan tuntutan pekerjaan terkadang membuat orang sering tidak memerhatikan apa yang masuk ke dalam tubuhnya melalui makanan. Menurut dr Hermawan, semua itu membentuk gaya hidup “asal kenyang” dan “asal enak” sehingga banyak yang tidak memedulikan asupan gizi yang dibutuhkan tubuh. Kecenderungannya, mereka memilih makanan instan yang banyak menggunakan zat kimia berbahaya, makanan cepat saji, atau makanan-makanan dengan kandungan lemak, gula, dan garam yang tinggi. Makanan-makanan tersebut berbahaya karena dapat memicu penyakit seperti stroke, yang akhirnya berdampak langsung pada otak.

 

Rokok dan racun. Tidak hanya menyebabkan penyakit-penyakit kronis untuk tubuh, seperti kanker atau stroke, rokok dan racun-racun lain seperti narkoba dapat merusak sel-sel dan menghambat regenerasi sel, termasuk sel-sel otak manusia. Hal itu akan memicu penuaan dini. Salah satu ciri penuaan dini yang terjadi adalah menurunnya daya ingat.

Kurang tidur. Pekerjaan atau tawaran hiburan terkadang membuat kita lupa waktu dan lupa istirahat, termasuk lupa tidur. Menurut dr Hermawan, setidaknya sepertiga waktu manusia digunakan untuk beristirahat. Artinya, kita seharusnya memiliki waktu tidur sekitar delapan jam dalam sehari. Saat tidur itulah tubuh beristirahat dan melakukan normalisasi, termasuk otak. Akan tetapi, tak hanya jatah tidur yang diperhatikan, kualitas tidur pun harus sangat dijaga. Tidur yang berkualitas adalah tidur yang tanpa dengkuran. Dengkuran dapat memicu penyakit lain, seperti jantung atau stroke, lho. Selain itu, mendengkur, menurut dr Hermawan, dapat menyebabkan pikun.

Stres. Stres akan memicu ketegangan di otak dan membuat energi otak habis. Itu sebabnya pada orang stres sering kali muncul istilah pikiran buntu atau mampet. Seseorang yang mengalami stres biasanya tidak dapat berpikir jernih atau normal karena otaknya kewalahan dan kehabisan energi, termasuk saat harus mengingat atau mencari informasi di otak. Stres yang berlebihan juga dapat memacu pelepasan hormon kortisol yang akan mengganggu ingatan.

Malas. Banyak orang yang bekerja hingga kelelahan sehingga malas berinteraksi dengan orang lain dan malas berolahraga. Padahal, interaksi dengan orang lain membuat otak kita terasah. Sering kali dalam mengobrol, ingatan lama dipanggil kembali sehingga memori otak terlatih. Selain menjaga kebugaran tubuh, olahraga tentu saja juga dapat menjaga kebugaran otak karena saat berolahraga, biasanya kita akan rileks dan otak menjadi tidak tegang. Berolahraga juga memungkinkan kita menjalin komunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. (bbs/ram)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/