Dewi Budiati Teruna Jasa Said, Kecintaannya Terhadap Lingkungan
Apa yang menarik dengan sampah? Lebih tepatnya, tak ada unsur ‘eksotisme’ dari sampah jika hanya dilihat dengan sekelip mata. Namun di tangan perempuan berperawakan kecil mungil ini, sampah-sampah tersebut dapat disulap dengan tongkat kreativitas, dan berubah menjadi benda yang berkualitas. Tak heran, berkat kecintaannya pada sampah serta kepeduliannya terhadap lingkungan membuat Dewi Budiati Teruna Jasa Said di juluki sebagai si Ratu Sampah.
Siang (4/3) kemarin, Sumut Pos menemui Dewi pada kegiatan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan yang berlangsung di Kelurahan Gaharu. Pada kesempatan ini, Dewi bergaul dengan ibu-ibu kelurahan, perempuan-perempuan rumah tangga untuk memberikan pelatihan pengelolaan dan memanfaatkan sampah dalam kehidupan.
Cerita sampah mengalir lugas dan bebas. Kelihatan sekali ia sangat menguasai materi tentang sampah-sampah ini. Sesekali isi materinya mengundang tawa dari para peserta yang hadir di acara pelatihan.
Berawal dari kecintaannya terhadap sampah, beragam prestasi dan penghargaan kerap ia terima. Salah satunya pernah dinobatkan sebagai ‘the inspiring woman’ di salah satu media ternama di Indonesia. Itu membuat namanya lebih mentereng dan sejajar dengan tokoh-tokoh di Indonesia.
Kecintaannya terhadap sampah tanpa disengaja. Ide kreatif itu muncul disaat Dewi membersihkan botol plastik bekas kemasan air mineral dirumahnya pada 2008 lalu. Selanjutnya, wanita kelahiran Medan 24 Mei 1964 itu mulai bereksperimen dengan barang-barang bekas hingga melahirkan suatu karya yang memiliki nilai dan seni.
”Saat itu saya mengandung putra yang kelima. Entah kenapa, pengennya cuma mau minum dibotol, bukan digelas. Jadi di rumah saya banyak botol minuman mineral. Saya terpikir, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Botol minumannya lalu saya buat jadi tempat bunga. Kelamaan saya lihat kayak jual ikan laga. Saya terus berpikir bagaimana mengolah sampah ini menjadi lebih berharga,” kata wanita yang tinggal di Jalan Karya Sembada No 44 Komplek Koserna Padang Bulan tersebut.
Hingga satu tahun lamanya, Dewi terus berekspresi dan mengelola sendiri barang-barang bekas tersebut. “Awalnya sering gagal. Barang-barang yang saya buat sering nggak sempurna. Saya terus belajar. Tahun 2009 mulailah barang-barang tersebut sempurna dan layak untuk dijual,” terang ibu lima anak ini.
Lalu, Dewi memasarkan barang uji cobanya kepada tetangga, teman dekat, dan berlanjut pada merekrut remaja di sekitar rumahnya. “Saya mulai mengenalkan pengelolaan sampah dan mendaur ulang sampah kepada orang lain. Saya berfikir kenapa tidak diberdayakan padahal pengelolaan sampah sangat gampang. Sampah dipilah dan diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat,” tambah istri Teruna Jasa Said ini.
Pada 2009, Dewi membentuk Koppling (Komunitas Pemuda Peduli Lingkungan). Komunitas tersebut ditetapkan Pemko Medan sebagai organisasi kepemudaan yang resmi. Namun menurutnya, organisasi ini kurang mendapat perhatian dari Pemko Medan. ‘’Kita memberi pembekalan kepada anak muda dan berharap mereka bisa diberdayakan untuk penanggulangan sampah,”lanjutnya.
Harapannya, persoalan sampah di Kota Medan harus tuntas dan seluruh instansi terutama masyarakat harus mendukung. Karena awal mula sampah dari rumah tangga dan industri. ‘’Persoalan ini akan menjadi sia-sia jika tidak ada tindak lanjut dan komitmen bersama,”tukasnya. (mag- 11)