25.6 C
Medan
Sunday, May 19, 2024

Psikolog: Usia 5 Tahun Fase Pembangkangan

Lokasi saat bocah berusia 5 tahun, Valentino terjun dari lantai 19, kamar 28, Blok B, Apartemen Laguna, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (1/5). Jatuhnya Valentino yang menggegerkan penghuni Apartemen Laguna ini terjadi pada pukul 12.00 WIB.
Lokasi saat bocah berusia 5 tahun, Valentino terjun dari lantai 19, kamar 28, Blok B, Apartemen Laguna, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (1/5). Jatuhnya Valentino yang menggegerkan penghuni Apartemen Laguna ini terjadi pada pukul 12.00 WIB.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – “Setiap larangan yang dikatakan orangtua sering dianggap menyakitkan hati mereka. Pada masa ini (usia 5 tahun) mereka sedang mengembangkan egonya sehingga ingin menunjukkan keinginannya sendiri,” ucapnya.

Demikian disampaikan psikolog Sumut yang sekaligus Direktur Minauli Consulting, Dra Irna Minauli M.Si, Kamis (1/5) sore. Karena itu, penolakan ajakan anak menonton film Spiderman yang dilakukan ibunya, Eva (24) sangatlah menyakitkan hati Valentino.

Terlebih, anak yang masih berusia 5 tahun berada pada fase negativisme (pembangkangan). Sehingga, anak tersebut cenderung akan melakukan apa yang dilarang orang tuanya dan mengabaikan apa yang diperintahkan orangtuanya.

Selain itu, lanjut Irna, pada fase ini juga anak cenderung melakukan imitasi atau peniruan atas apa yang dilakukan orang lain, terlebih tokoh idolanya. Dalam kondisi kemampuan kognitifnya terbatas membuat anak-anak belum bisa membedakan mana tokoh hayalan dan nyata.

“Itu sebabnya, ketika melihat tokoh Spiderman yang bisa terbang dari satu gedung ke gedung lain dengan lincahnya. Mereka pun beranggapan bahwa dirinya juga akan mampu melakukan hal serupa,” ujarnya.

Tambah dosen Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut, ketika keinginan korban tak dituruti orangtuanya, maka bentuk pemberontakannya dilakukan dengan upaya bunuh diri dengan melompat dari gedung tinggi. “Dengan harapan ia pun bisa menjelma seperti tokoh idolanya itu, Spiderman,” ucapnya.

Di samping itu, alumni UNPAD ini menerangkan, film seperti Spiderman serta film tentang kepahlawanan lain sering membuat anak berfantasi bahwa mereka juga bisa melakukan hal sama seperti pahlawannya itu. “Tokoh-tokoh jagoan dalam film sering digambarkan seperti kebal terhadap kematian meskipun mereka berada dalam situasi genting. Hal itu tentunya berbahaya bagi benak anak-anak yang masih sangat terbatas pengetahuannya,” bebernya.

Terkait kejadian tersebut, Irna menyebutkan, ibu korban akan sangat terkejut karena tidak menyangka kalau pelarangan yang dilakukannya akan berakibat fatal. “Ibu korban akan diliputi rasa malu dan duka yang sangat mendalam,” ujarnya.

Untuk itu, Irna menghimbau kepada orang tua supaya mengajarkan pada anak-anaknya mana perilaku nyata dan mana yang sifatnya hayalan. “Seperti halnya Spiderman, dia hanyalah tokoh hayalan sehingga dia bisa terbang dan merayap dari satu tembok ke tembok lainnya. Untuk itu, orang tua harus mengajarkan kepada anaknya kalau manusia, termasuk si anak, tidak mungkin bisa melakukannya karena kita bukan ‘manusia laba-laba’ alias Spiderman. Pasalnya, manusia akan jatuh kalau dia melompat dari tempat yang tinggi karena dia tidak bisa melawan gravitasi seperti halnya Spiderman,” pungkasnya. (ind/bd)

Lokasi saat bocah berusia 5 tahun, Valentino terjun dari lantai 19, kamar 28, Blok B, Apartemen Laguna, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (1/5). Jatuhnya Valentino yang menggegerkan penghuni Apartemen Laguna ini terjadi pada pukul 12.00 WIB.
Lokasi saat bocah berusia 5 tahun, Valentino terjun dari lantai 19, kamar 28, Blok B, Apartemen Laguna, Penjaringan, Jakarta Utara, Kamis (1/5). Jatuhnya Valentino yang menggegerkan penghuni Apartemen Laguna ini terjadi pada pukul 12.00 WIB.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – “Setiap larangan yang dikatakan orangtua sering dianggap menyakitkan hati mereka. Pada masa ini (usia 5 tahun) mereka sedang mengembangkan egonya sehingga ingin menunjukkan keinginannya sendiri,” ucapnya.

Demikian disampaikan psikolog Sumut yang sekaligus Direktur Minauli Consulting, Dra Irna Minauli M.Si, Kamis (1/5) sore. Karena itu, penolakan ajakan anak menonton film Spiderman yang dilakukan ibunya, Eva (24) sangatlah menyakitkan hati Valentino.

Terlebih, anak yang masih berusia 5 tahun berada pada fase negativisme (pembangkangan). Sehingga, anak tersebut cenderung akan melakukan apa yang dilarang orang tuanya dan mengabaikan apa yang diperintahkan orangtuanya.

Selain itu, lanjut Irna, pada fase ini juga anak cenderung melakukan imitasi atau peniruan atas apa yang dilakukan orang lain, terlebih tokoh idolanya. Dalam kondisi kemampuan kognitifnya terbatas membuat anak-anak belum bisa membedakan mana tokoh hayalan dan nyata.

“Itu sebabnya, ketika melihat tokoh Spiderman yang bisa terbang dari satu gedung ke gedung lain dengan lincahnya. Mereka pun beranggapan bahwa dirinya juga akan mampu melakukan hal serupa,” ujarnya.

Tambah dosen Universitas Sumatera Utara (USU) tersebut, ketika keinginan korban tak dituruti orangtuanya, maka bentuk pemberontakannya dilakukan dengan upaya bunuh diri dengan melompat dari gedung tinggi. “Dengan harapan ia pun bisa menjelma seperti tokoh idolanya itu, Spiderman,” ucapnya.

Di samping itu, alumni UNPAD ini menerangkan, film seperti Spiderman serta film tentang kepahlawanan lain sering membuat anak berfantasi bahwa mereka juga bisa melakukan hal sama seperti pahlawannya itu. “Tokoh-tokoh jagoan dalam film sering digambarkan seperti kebal terhadap kematian meskipun mereka berada dalam situasi genting. Hal itu tentunya berbahaya bagi benak anak-anak yang masih sangat terbatas pengetahuannya,” bebernya.

Terkait kejadian tersebut, Irna menyebutkan, ibu korban akan sangat terkejut karena tidak menyangka kalau pelarangan yang dilakukannya akan berakibat fatal. “Ibu korban akan diliputi rasa malu dan duka yang sangat mendalam,” ujarnya.

Untuk itu, Irna menghimbau kepada orang tua supaya mengajarkan pada anak-anaknya mana perilaku nyata dan mana yang sifatnya hayalan. “Seperti halnya Spiderman, dia hanyalah tokoh hayalan sehingga dia bisa terbang dan merayap dari satu tembok ke tembok lainnya. Untuk itu, orang tua harus mengajarkan kepada anaknya kalau manusia, termasuk si anak, tidak mungkin bisa melakukannya karena kita bukan ‘manusia laba-laba’ alias Spiderman. Pasalnya, manusia akan jatuh kalau dia melompat dari tempat yang tinggi karena dia tidak bisa melawan gravitasi seperti halnya Spiderman,” pungkasnya. (ind/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/