25.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Tuntut Kasus Pembunuh Ayah Diusut, Tujuh Anak Samosir Datangi Polda Sumut

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Tujuh anak yatim piatu asal Samosir, Sumatera Utara (Sumut) mendatangi Kantor Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Ditreskrimum Polda Sumut), Senin (30/11). Mereka meminta Polda Sumut untuk menegakkan keadilan atas terbunuhnya bapak mereka, almarhum Rianto Simbolon.

TUJUH ANAK: Bersama: Wadir Reskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu bersama ke tujuh anak Almarhum Rianto Simbolon, di Kantor Ditreskrimum Polda Sumut, Senin (30/11).dewi/sumut pos.
TUJUH ANAK: Bersama: Wadir Reskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu bersama ke tujuh anak Almarhum Rianto Simbolon, di Kantor Ditreskrimum Polda Sumut, Senin (30/11).dewi/sumut pos.

Anak-anak almarhum tiba di Kota Medan pada Minggu (29 /11) malam. Kemudian, tim Kuasa Hukum keluarga, yakni Dwi Ngai Sinaga SH, Bennri Pakpahan SH serta Romulo Makarios Sinaga mendampingi anak -anak tersebut, bertemu Wadir Reskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu, pada esoknya (Senin, red).

Saat dikonfirmasi wartawan di Medan, Selasa (1/12), Faisal membenarkan hal tersebut. Ia mengaku, tak mampu menahan rasa harunya melihat kehadiran ke tujuh anak itu.

Bahkan, mantan Kapolres Asahan ini langsung memanggil anak sulung korban, Menanti Simbolon (18). Menanti tidak kuasa menahan air matanya, hingga Faisal ikut terharu.

“Jangan terus sedih Menanti, itu Boru panggoaran harus tetap semangat lihat adik-adikmu ini,” ucap Faisal sambil memeluk Menanti serta memberi nasihat-nasihat dan menyemangati ke tujuh anak yatim piatu itu.

Faisal mengungkapkan, sejak viralnya kasus pembunuhan tersebut, Menanti yang menjerit histeris langsung ingin bertemu dirinya. “Sejak viral itu, aku mau jumpa sama anak-anak.Ternyata bisa jumpa juga,” kata Faisal sembari menanyakan kepada Menanti keinginan apa yang diharapkan.

“Saya mau keadilan pak,” ucap Menanti sambil menangis terisak-isak.

Mendengar akan hal ini, Faisal menyatakan akan siap membantu. “Amang akan bantu, ya boruku.Tetap semangat karena Menanti sekarang menjadi ayah dan ibu. Jangan sedih, ada apa-apa bilang sama amang,” tuturnya.

Sementara itu, Kuasa Hukum, Dwi Sinaga SH menuturkan, bahwa kedatangan mereka ke Polda Sumut untuk melaporkan kejanggalan yang terjadi dalam rekonstruksi pembunuhan Rianto Simbolon yang digelar di Mapolres Samosir.

Adapun, lanjutnya, tersangka pembunuh Rianto Simbolon, yakni Bilhot Simbolon (27), Tahan Simbolon (42), Parlin Sinurat (42), Justianus Simbolon (60), dan Pahala Simbolon (24). Sedangkan 1 orang lagi sedang diburu dan berstatus daftar pencarian orang (DPO).

Pada rekonstruksi tempo lalu, kata Dwi, Direktur LBH IPK Sumut ini, polisi tidak ada memunculkan alat bukti batu bata dan 4 pisau serta siapa pemeran yang menggunakan barang bukti tersebut.

Menurut Direktur LBH IPK Sumut ini, alat bukti serta peran beberapa tersangka kini kabur. Lalu perbedaan hasil hasil visum sebelumnya yang dinyatakan 11 tusukan, kini malah berkurang 4-5 tusukan saja yang dipaparkan polisi.

“Alat bukti batu bata itu tidak ada perannya, empat pisau itu pun tidak ada perannya. Masa penyidik mengatakan itu versi Pahala,” tegas Dwi yang juga tim LBH PPTSB se-Dunia ini.

Mendengar hal itu, AKBP Faisal Napitulu menyatakan terpukul atas kasus tersebut. Secara pibadi maupun kelembagaan, Faisal mengaku sangat berempati.

“Saya juga sudah dengar cerita dari anak-anak ini langsung dan bagaimana susahnya kehidupan mereka sepeninggal ayahnya, itu yang pertama,” ujar Faisal.

Terkait hal-hal yang disampaikan kuasa hukum korban, Faisal menegaskan, akan memperkuat Polres Samosir dalam penyidikan kasus ini. Termasuk pada gelar perkara akan di cek semua bukti-bukti.

Apabila bukti-bukti tidak lengkap, pihaknya akan meminta Polres Samosir melengkapinya. “Jika bukti-bukti nanti tidak lengkap, maka kita akan minta untuk melengkapinya. Kita wajib bekerja profesional untuk menangani kasus ini. Nanti akan kita urutkan lagi untuk memastikannya. Lihat bagaimana kondisi anak-anak ini,” terangnya.

Faisal juga menyebutkan, bahwa kasus tersebut menjadi atensi perhatian serius oleh pihaknya. “Ini menjadi perhatian kita di sini,” tuturnya.

Terkait perbedaan hasil visum degan rekonstruksi pada Kamis (26/11), sejak Pukul 13.40-17.36 WIB lalu, Faisal berjanji akan dilakukan kembali pengecekan luka pada Almarhum Rianto Simbolon.

“Mengenai 11 tusukan pada visum awal, lalu pada rekonstruksi hanya 5 itu nanti kita cek mengenai luka-luka itu,” ungkapnya.

Pascapertemuan tersebut, Dwi Ngai Sinaga mengaku, bahwa pihaknya sudah diundang pihak Polres Samosir untuk melakukan rekonstruksi ulang.

“Kita baru saja dihubungi penyidiknya akan dilakukan rekonstruksi ulang kasus ini. Kita masih menunggu undangan secara resmi karena kita tidak mau lagi seperti rekonstruksi awal karena yang diundang pihak keluarga serta hanya melalui layanan massenger. Imbasnya, kita lihat sendiri bagaimana anak-anak ini menjadi histeris,” ujarnya. (mag-1/azw)

DELISERDANG, SUMUTPOS.CO – Tujuh anak yatim piatu asal Samosir, Sumatera Utara (Sumut) mendatangi Kantor Direktorat Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Ditreskrimum Polda Sumut), Senin (30/11). Mereka meminta Polda Sumut untuk menegakkan keadilan atas terbunuhnya bapak mereka, almarhum Rianto Simbolon.

TUJUH ANAK: Bersama: Wadir Reskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu bersama ke tujuh anak Almarhum Rianto Simbolon, di Kantor Ditreskrimum Polda Sumut, Senin (30/11).dewi/sumut pos.
TUJUH ANAK: Bersama: Wadir Reskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu bersama ke tujuh anak Almarhum Rianto Simbolon, di Kantor Ditreskrimum Polda Sumut, Senin (30/11).dewi/sumut pos.

Anak-anak almarhum tiba di Kota Medan pada Minggu (29 /11) malam. Kemudian, tim Kuasa Hukum keluarga, yakni Dwi Ngai Sinaga SH, Bennri Pakpahan SH serta Romulo Makarios Sinaga mendampingi anak -anak tersebut, bertemu Wadir Reskrimum Polda Sumut, AKBP Faisal Napitupulu, pada esoknya (Senin, red).

Saat dikonfirmasi wartawan di Medan, Selasa (1/12), Faisal membenarkan hal tersebut. Ia mengaku, tak mampu menahan rasa harunya melihat kehadiran ke tujuh anak itu.

Bahkan, mantan Kapolres Asahan ini langsung memanggil anak sulung korban, Menanti Simbolon (18). Menanti tidak kuasa menahan air matanya, hingga Faisal ikut terharu.

“Jangan terus sedih Menanti, itu Boru panggoaran harus tetap semangat lihat adik-adikmu ini,” ucap Faisal sambil memeluk Menanti serta memberi nasihat-nasihat dan menyemangati ke tujuh anak yatim piatu itu.

Faisal mengungkapkan, sejak viralnya kasus pembunuhan tersebut, Menanti yang menjerit histeris langsung ingin bertemu dirinya. “Sejak viral itu, aku mau jumpa sama anak-anak.Ternyata bisa jumpa juga,” kata Faisal sembari menanyakan kepada Menanti keinginan apa yang diharapkan.

“Saya mau keadilan pak,” ucap Menanti sambil menangis terisak-isak.

Mendengar akan hal ini, Faisal menyatakan akan siap membantu. “Amang akan bantu, ya boruku.Tetap semangat karena Menanti sekarang menjadi ayah dan ibu. Jangan sedih, ada apa-apa bilang sama amang,” tuturnya.

Sementara itu, Kuasa Hukum, Dwi Sinaga SH menuturkan, bahwa kedatangan mereka ke Polda Sumut untuk melaporkan kejanggalan yang terjadi dalam rekonstruksi pembunuhan Rianto Simbolon yang digelar di Mapolres Samosir.

Adapun, lanjutnya, tersangka pembunuh Rianto Simbolon, yakni Bilhot Simbolon (27), Tahan Simbolon (42), Parlin Sinurat (42), Justianus Simbolon (60), dan Pahala Simbolon (24). Sedangkan 1 orang lagi sedang diburu dan berstatus daftar pencarian orang (DPO).

Pada rekonstruksi tempo lalu, kata Dwi, Direktur LBH IPK Sumut ini, polisi tidak ada memunculkan alat bukti batu bata dan 4 pisau serta siapa pemeran yang menggunakan barang bukti tersebut.

Menurut Direktur LBH IPK Sumut ini, alat bukti serta peran beberapa tersangka kini kabur. Lalu perbedaan hasil hasil visum sebelumnya yang dinyatakan 11 tusukan, kini malah berkurang 4-5 tusukan saja yang dipaparkan polisi.

“Alat bukti batu bata itu tidak ada perannya, empat pisau itu pun tidak ada perannya. Masa penyidik mengatakan itu versi Pahala,” tegas Dwi yang juga tim LBH PPTSB se-Dunia ini.

Mendengar hal itu, AKBP Faisal Napitulu menyatakan terpukul atas kasus tersebut. Secara pibadi maupun kelembagaan, Faisal mengaku sangat berempati.

“Saya juga sudah dengar cerita dari anak-anak ini langsung dan bagaimana susahnya kehidupan mereka sepeninggal ayahnya, itu yang pertama,” ujar Faisal.

Terkait hal-hal yang disampaikan kuasa hukum korban, Faisal menegaskan, akan memperkuat Polres Samosir dalam penyidikan kasus ini. Termasuk pada gelar perkara akan di cek semua bukti-bukti.

Apabila bukti-bukti tidak lengkap, pihaknya akan meminta Polres Samosir melengkapinya. “Jika bukti-bukti nanti tidak lengkap, maka kita akan minta untuk melengkapinya. Kita wajib bekerja profesional untuk menangani kasus ini. Nanti akan kita urutkan lagi untuk memastikannya. Lihat bagaimana kondisi anak-anak ini,” terangnya.

Faisal juga menyebutkan, bahwa kasus tersebut menjadi atensi perhatian serius oleh pihaknya. “Ini menjadi perhatian kita di sini,” tuturnya.

Terkait perbedaan hasil visum degan rekonstruksi pada Kamis (26/11), sejak Pukul 13.40-17.36 WIB lalu, Faisal berjanji akan dilakukan kembali pengecekan luka pada Almarhum Rianto Simbolon.

“Mengenai 11 tusukan pada visum awal, lalu pada rekonstruksi hanya 5 itu nanti kita cek mengenai luka-luka itu,” ungkapnya.

Pascapertemuan tersebut, Dwi Ngai Sinaga mengaku, bahwa pihaknya sudah diundang pihak Polres Samosir untuk melakukan rekonstruksi ulang.

“Kita baru saja dihubungi penyidiknya akan dilakukan rekonstruksi ulang kasus ini. Kita masih menunggu undangan secara resmi karena kita tidak mau lagi seperti rekonstruksi awal karena yang diundang pihak keluarga serta hanya melalui layanan massenger. Imbasnya, kita lihat sendiri bagaimana anak-anak ini menjadi histeris,” ujarnya. (mag-1/azw)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/