33 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Warga: Sok Hebat, Cocoknya Itu Ditangkap

Foto: Indra/PM Kediaman Kopka Suprapto yang digerebek POMDAM I Bukit Barisan, di Jalan Ampera, Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal.
Foto: Indra/PM
Kediaman Kopka Suprapto yang digerebek POMDAM I Bukit Barisan, di Jalan Ampera, Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal.

MEDAN, SUMUTPOS,CO – Sudah berapa lama pasutri Kopka Suprapto dan istrinya, Zarimah alias Imah tinggal di Jalan Ampera, Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal atau Kampung Kodam I Bukit Barisan?

Mia, warga sekitar mengaku, pasangan tersebut telah tinggal di sana sekira 10 tahun lebih. ”Namun baru sekira 4 tahun belakangan ini diketahui menjual narkoba,” ucapnya.

Sejak menjual narkoba, pasutri tersebut memusuhi warga sekitar rumahnya. “Sok hebat kali orang itu. Ngomongnya asal-asalan. Makanya cocoknya itu ditangkap,” pungkasnya.

Sebelum melakoni bisnis tersebut Imah dan keluarga dikenal merupakan warga yang baik. Namun, karena materi, Imah dan Suprapto menjadi warga yang angkuh sehingga kerap menyakiti perasaan hati para tetangganya.

Menurut Imah, saat pertama kali tinggal di asrama Imah dan Suprapto sangatlah ramah. Alhasil, warga pun banyak membantu pasangan suami isteri tersebut.

Namun, bantuan yang telah diberikan warga kepada mereka tersebut ternyata dibalas Imah dan Suprapto dengan ucapan yang sangat kasar. Sebab, tanpa segan-segan keduanya kerap mengeluarkan ucapan kotor kepada warga.

“Ngomongnya kasar kali sejak jadi bandar. Sok kali lah pokoknya. Bukannya kita ngungkit, dulu waktu pertama kali mereka kemari kita tahu kondisi mereka. Tapi kok kayak gini balasan mereka sama warga sini. Ngempas kita liatnya,” ucapnya.

Ditambah lagi, warga yang meminta bantuan lantaran terkena musibah bukannya dibantu, melainkan mendapatkan makian. “Karena itu, warga pun jadi pada sakit hati kepada mereka,” cetusnya.

Di samping itu juga, tambah Ade, lantaran tidak pernah ditangkap selama 4 tahun lebih melakoni bisnis haram tersebut, membuat Imah dan Supraptopun besar kepala. Dengan angkuhnya mereka kerap mengatakan kepada warga kalau tidak ada orang yang berani nangkap mereka.

“Suka kali mereka bilang kalau nggak ada yang berani menangkap mereka. Bahkan, panglima pun tidak akan bisa menangkap mereka. ’Kan sombong kali itu,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Ade, Imah juga kerap mengatakan ke warga kalau setoran mereka ke Narkoba Poldasu dan Narkoba Polresta Medan sangatlah besar. Makanya, tak akan ada seorang petugaspun yang berani menangkap mereka.

“Dibilang mereka kalau Narkoba Polda dan Polres itu anak buah mereka. Ngeri kali ’kan,” cetusnya.

Bahkan, beber Ade, saat acara ulang tahun Suprapto yang dirayakan pada tanggal 9 Oktober 2014 lalu, dengan angkuhnya pasutri tersebut mengumpulkan anggota polisi dari narkoba Poldasu dan Polresta Medan.

“Mana ada warga sini yang diundangnya. Yang diundangnya itu polisi yang tugas di narkoba polda dan polres. Makanya rumahnya itu suka jadi tempat berkumpul polisi narkoba,” ungkapnya.

“Anehnya, meski sudah ditangkap pun mereka masih mengatakan kalau Senin (hari ini) mereka akan bebas. Hal itu dikarenakan mereka mengaku punya deking yang sangat kuat. Padahal kita berharap, atas penangkapan tersebut membuat mereka menjadi sadar,” sambung Ade, warega lainnya.

Bahkan, beber Ade, saat hendak digelandang petugas, anak pertama pasangan Imah dan Suprapto kerap pingsan. “Anaknya si Desi, pingsan waktu bapak sama mamaknya mau dibawa. Kasihan kita liatnya,” pungkasnya. (ind)

Foto: Indra/PM Kediaman Kopka Suprapto yang digerebek POMDAM I Bukit Barisan, di Jalan Ampera, Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal.
Foto: Indra/PM
Kediaman Kopka Suprapto yang digerebek POMDAM I Bukit Barisan, di Jalan Ampera, Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal.

MEDAN, SUMUTPOS,CO – Sudah berapa lama pasutri Kopka Suprapto dan istrinya, Zarimah alias Imah tinggal di Jalan Ampera, Tanjung Rejo, Kec. Medan Sunggal atau Kampung Kodam I Bukit Barisan?

Mia, warga sekitar mengaku, pasangan tersebut telah tinggal di sana sekira 10 tahun lebih. ”Namun baru sekira 4 tahun belakangan ini diketahui menjual narkoba,” ucapnya.

Sejak menjual narkoba, pasutri tersebut memusuhi warga sekitar rumahnya. “Sok hebat kali orang itu. Ngomongnya asal-asalan. Makanya cocoknya itu ditangkap,” pungkasnya.

Sebelum melakoni bisnis tersebut Imah dan keluarga dikenal merupakan warga yang baik. Namun, karena materi, Imah dan Suprapto menjadi warga yang angkuh sehingga kerap menyakiti perasaan hati para tetangganya.

Menurut Imah, saat pertama kali tinggal di asrama Imah dan Suprapto sangatlah ramah. Alhasil, warga pun banyak membantu pasangan suami isteri tersebut.

Namun, bantuan yang telah diberikan warga kepada mereka tersebut ternyata dibalas Imah dan Suprapto dengan ucapan yang sangat kasar. Sebab, tanpa segan-segan keduanya kerap mengeluarkan ucapan kotor kepada warga.

“Ngomongnya kasar kali sejak jadi bandar. Sok kali lah pokoknya. Bukannya kita ngungkit, dulu waktu pertama kali mereka kemari kita tahu kondisi mereka. Tapi kok kayak gini balasan mereka sama warga sini. Ngempas kita liatnya,” ucapnya.

Ditambah lagi, warga yang meminta bantuan lantaran terkena musibah bukannya dibantu, melainkan mendapatkan makian. “Karena itu, warga pun jadi pada sakit hati kepada mereka,” cetusnya.

Di samping itu juga, tambah Ade, lantaran tidak pernah ditangkap selama 4 tahun lebih melakoni bisnis haram tersebut, membuat Imah dan Supraptopun besar kepala. Dengan angkuhnya mereka kerap mengatakan kepada warga kalau tidak ada orang yang berani nangkap mereka.

“Suka kali mereka bilang kalau nggak ada yang berani menangkap mereka. Bahkan, panglima pun tidak akan bisa menangkap mereka. ’Kan sombong kali itu,” ucapnya.

Selain itu, lanjut Ade, Imah juga kerap mengatakan ke warga kalau setoran mereka ke Narkoba Poldasu dan Narkoba Polresta Medan sangatlah besar. Makanya, tak akan ada seorang petugaspun yang berani menangkap mereka.

“Dibilang mereka kalau Narkoba Polda dan Polres itu anak buah mereka. Ngeri kali ’kan,” cetusnya.

Bahkan, beber Ade, saat acara ulang tahun Suprapto yang dirayakan pada tanggal 9 Oktober 2014 lalu, dengan angkuhnya pasutri tersebut mengumpulkan anggota polisi dari narkoba Poldasu dan Polresta Medan.

“Mana ada warga sini yang diundangnya. Yang diundangnya itu polisi yang tugas di narkoba polda dan polres. Makanya rumahnya itu suka jadi tempat berkumpul polisi narkoba,” ungkapnya.

“Anehnya, meski sudah ditangkap pun mereka masih mengatakan kalau Senin (hari ini) mereka akan bebas. Hal itu dikarenakan mereka mengaku punya deking yang sangat kuat. Padahal kita berharap, atas penangkapan tersebut membuat mereka menjadi sadar,” sambung Ade, warega lainnya.

Bahkan, beber Ade, saat hendak digelandang petugas, anak pertama pasangan Imah dan Suprapto kerap pingsan. “Anaknya si Desi, pingsan waktu bapak sama mamaknya mau dibawa. Kasihan kita liatnya,” pungkasnya. (ind)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/