MEDAN, SUMUTPOS.CO – Warga Jl. Setia Budi Titi Bobrok, Kel. Sei Sikambing B, Medan Sunggal mendadak heboh. Pasalnya Samiun (41) yang diketahui seorang anggota TNI Satuan Kodim 0212 Tapanuli Selatan dengan jabatan Gabinas Ramil 06 Dim 0212/TS, tergeletak bersimbah darah diaspal jalan, persisnya di depan warung Mie Aceh Rasaka.
Usut punya usut, ternyata pria berpangkat Serma itu baru saja ditikam pisau oleh Abdul Khalik alias Alik (21), yang tak lain adalah anak kandung wanita yang diduga berstatus teman tapi mesra (TTM) Saimun, bernama Latifah Hanum.
Atas peristiwa yang terjadi pada, Sabtu (4/1) sekira pukul 21.00 WIB tersebut, tentara yang tinggal di Pasar III Dusun IV, Jl. Setia Bangun, Desa Sunggal Kanan ini, tewas setelah sempat dirawat di RS Bunda Thamrin Jl. Sei Batang Hari.
Peristiwa naas itu berawal dari kedatangan Saimun menjumpai Latifah Hanum di acara sebuah pelantikan pengurus OKP. Saat itu, Saimun dan Latifah terlibat cekcok karena Saimun tidak senang selingkuhannya datang ke acara tersebut.
Diketahui, sebelum menemui Latifah di sebuah acara OKP tersebut, Saimun baru saja dari tempat temannya di kawasan Simalingkar. Sewaktu masih di rumah temannya, menurut Latifah, Saimun terus-terusan menelponnya hingga akhirnya Saimun mendatangi Latifah di lokasi. Namun kedatangan Saimun saat dalam keadaan mabuk dan marah-marah kepada Latifah, hingga akhirnya keduanya terlibat cekcok.
Untuk menghindari cekcok yang dapat saja mengundang perhatian para anggota OKP yang ada, dengan ditemani anaknya Alik, Latifah meninggalkan lokasi dengan mengendarai sepeda motor. Karena merasa lapar, saat itu Latifah mengajak anaknya menuju warung mie aceh rasaka. Sesampainya di warung tersebut, ibu dan anak tersebut memilih duduk di luar persis depan steling warung.
Tanpa diduga, Saimun dan seorang temannya bernama Budi, juga sampai di lokasi warung yang dituju Latifah dan Alik. Turun dari sepeda motor yang ia kendarai, Saimun langsung marah-marah kepada Latifah. Saking marahnya, Saimun juga sempat memukul meja plastik hijau warung hingga pecah. Akibat ulah Saimun tersebut, Latifah akhirnya kembali terlibat cekcok dengan tentara yang telah memiliki empat anak tersebut.
Menurut latifah kepada polisi, Saimun juga sempat menampar wajahnya. Diduga hal itulah yang membuat Alik naik pitam sampai nekat menikam Samiun menggunakan pisau yang ada di dapur tempat masak warung. Tusukan itu mengenai bawah lengan kiri tembus ke dada korban.
Aksi penikaman yang dilakukan Alik sendiri sama sekali tak diduga oleh warga. Pasalnya penikaman itu terjadi di sela-sela cekcoknya Saimun dengan Latifah.
Warga mendapati Saimun tiba-tiba tumbang dan pada tubuhnya mengeluarkan darah. Seketika itu juga suasana menjadi heboh dan membuat perhatian warga hanya tertuju kepada Saimun, tanpa memperdulikan pelaku penikaman.
Latifah dan warga saat itu sempat meminta sopir taksi yang kebetulan berhenti di seberang lokasi kejadian yang bersebelahan dengan loket angkutan jurusan aceh itu, untuk dapat membawa Saimun yang tubuhnya terus mengeluarkan darah. Namun dari taksi yang menghampiri lokasi, yang awalnya mengira keramaian yang ada karena bus aceh baru sampai, setelah dimintai tolong untuk membawa Saimun ke rumah sakit terdekat, semuanya menolak.
Saimun bisa dibawa ke rumah sakit Bunda Thamrin karena adanya becak yang terlihat parkir tak jauh dari lokasi. Pengemudi betor yang diketahui bernama Joko itu sempat tak bersedia untuk membawa Saimun ke rumah sakit terdekat. Namun karena merasa kasihan saat melihat jasad Saimun yang saat itu mengenakan baju batik dan bercelana panjang hitang, sudah dibasahi darah yang keluar, Joko akhirnya mau.
Atas kesediaan parbetor yang mengaku bertempat tinggal di kawasan Jl. Pasar Merah itu, Latifah yang sedari awal sudah histeris langsung mencoba mengangkat sendiri jasad Saimun. Atas keadaan itu, Joko sempat marah-marah kepada warga yang bisanya menonton saja.
“Waktu itu aku sempat marah juga, pasalnya tak ada satupun warga yang mau membantu untuk mengangkat tubuh korban naik ke atas becak. Korban dapat naik ke becak setelah kakak itu (Latifah-red) dibantu abang itu (Budi-red). Tapi yang naik di atas becak dan memangku korban hanya kakak itu, hingga bagian kakinya mulai dari dengkul, semuanya terlihat terkena darah, begitu juga dengan lantai bak becak ku. Kalau ditaksir-taksir darah yang ada di becakku, mungkin ada dua gayung,” ucap Joko, yang mengaku malam itu merupakan adalah hari pertama ia narik karena becaknya rusak selama seminggu.
Sesampainya dirumah sakit yang berada di Jl. Sei Batang Hari yang jaraknya sekira 2 km dari lokasi kejadian. Saimun langsung dibawa masuk ke ruangan IGD guna mendapatkan pertolongan medis. “Waktu diturunkan dari becak, korban masih bernyawa. Karena denyut nadi tangan dan jantungnya masih ada. Tapi tak berapa lama dibawa masuk ke ruang perawatan, tiba-tiba didengar kabar kalau korban telah meninggal,” cerita Joko yang akhirnya diminta ikut ke Mapolsek Sunggal guna dimintai keterangan sebagai saksi.
ANGGOTA TNI BERDATANGAN
Saat terungkap Saimun adalah anggota TNI. Tak sampai berselang hitungan 30 menit, sejumlah petugas TNI yang mengenakan pakaian preman, terlihat berdatangan ke rumah sakit dan Polsek Sunggal. Sesaat belum diketahui tewasnya Saimun. Saat itu Latifah rencananya hendak dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.
Namun sebelum sempat beranjak dan diketahui kalau Saimun telah tewas. Saat itu Latifah terlihat semakin syok dan terlihat takut didatangi keluarga korban. Latifah terdengar mau memberikan keterangan setelah dirinya dinyakinkan aman dengan menjelaskan, selain beberapa petugas Brimob dengan memakai seragam lengkap dengan senjata, semua pria yang mengelilinginya merupakan petugas polisi baru. Namun Latifah malah sempat menyela dengan mengatakan, kalau keluarga Saimun ada juga yang seorang polisi.
Setelah dapat ditenangkan dengan memberikan penjelasan dan memberikan minum air putih. Dihadapan Kasat Reskrim Polresta Medan Kompol Jean Calvin Simanjuntak. Latifah lantas menjelaskan kronologis kejadian. Namun saat ditanya hubungan seperti apa antara dirinya dan Saimun. Latifah membantah kalau mereka pacaran. Saat itu Latifah menyebutkan kalau hubungan mereka sebatas teman dekat yang baru terjalin sekira 6 bulan lamanya.
Setelah Latifah menceritakan kronologis kejadian dan menyebutkan kalau Alik, yang tak lain adalah anaknya sendiri yang jadi pelaku. Latifah juga sempat dibawa oleh petugas polisi untuk mencari keberadaan Alik yang kabur. Lantas selang tak berapa lama Latifah dibawa pergi dari rumah sakit, keluarga Saimun pun mendatangi rumah sakit. Atas persetujuan istri Saimun yang saat itu datang dengan ditemani anak perempuannya.
Jasad Saimun lantas dievakuasi ke RS Adam Malik untuk dilakukan visum, guna keperluan proses pemeriksaan. Amatan reporter atas kejadian tewasnya Saimun, terlihat 5 orang saksi untuk dimintai keterangannya, yang antara lain 3 pekerja warung mie aceh yang bernama Amir, Zainal Abidin, Aris. Sedangkan yang dua orang lagi yaitu Budi yang merupakan teman jalan korban pada malam kejadian, serta parbetor bernama Joko yang membawa korban ke rumah sakit Bunda Thamrin.
MOTIFNYA SAKIT HATI
Polisi memastikan penikaman yang dilakukan pelaku berinisial A hingga menewaskan Samiun itu bermotif sakit hati. Hal ini ditegaskan Kapolsek Sunggal, Kompol Eko Hartanto saat dikonfirmasi kru koran ini, Minggu (5/1) siang. “Sejauh ini kita masih mengejar pelaku. Lima orang saksi sudah kita periksa,” ucapnya.
Lebih lanjut, Eko menegaskan motif pembunuhan tersebut disebabkan sakit hati. “Motifnya, tersangka sakit hati lantaran ibunya sering disakiti dan terakhir ditampar oleh korban,” pungkas Eko.
Sementara itu, Sugi (43) paman Samiun yang ditemui kru koran ini di rumah duka Jl. Setia Bangun, Dusun IV Desa Sunggal Kanan, Kec. Sunggal, Minggu (5/1) siang mengatakan, sebelum kejadian, sekira pukul 14.00 WIB kepada keluarganya, Samiun pamit keluar rumah menuju Posko Gerindra di Jl. Bakti Luhur Medan. Kemudian, sekira pukul 16.00 WIB korban pergi ke acara tahun baru bersama teman-temannya di kawasan Simalingkar.
“Saat pergi tersebut, korban bersama teman akrabnya Budi,” ucapnya. Setelah acara tahun baruan selesai sekira pukul 22.00 WIB, lanjut Sugi, korban bersama Budi pergi ke acara pelantikan OKP di Jl. Sunggal Medan.
“Siap itu, dengan alasan capek, Budi akhirnya mengajak korban pulang. Tapi, mendiang mengajak Budi ke warung mie aceh di kawasan Titi Bobrok. Di situlah, mereka ketemu sama pelaku dan Latifah,” ucapnya. Kemudian, masih kata Sugi, dari keterangan Budi di warung mie aceh tersebutlah korban ditikam sama anak Latifah. Namun, Budi tidak mengetahui apa penyebabnya.
“Kalau menurut informasinya, korban ditikam dari belakang tepat di dada sebelah kirinya. Saat itu, korban langsung terjatuh dan sayangnya Budi tidak melihat itu,” sesalnya.
Saat disinggung apakah korban ada masalah dengan Latifah? Sugi mengaku tak mengetahuinya. Namun, dari info yang diterimanya, sebelum penikaman tersebut korban sempat ribut sama Latifah. “Dan disitulah pelaku kemudian menikam korban dengan menggunakan pisau warung. Pasalnya, korban menghadap ke jalan saat itu. Kalau dari depan, nggak mungkin. Akibat penikaman tersebut, 3 rusuk depan korban patah dan paru-parunya koyak,” pungkasnya.
Melihat korban yang sudah terjatuh, Budi sempat berusaha membawa korban ke RS Bunda Thamrin. “Dan kabarnya, saat itu warga sempat memegangi pelaku. Tapi lantaran korban mengalami luka
tikaman, dan darahnya muncrat deras seperti air, makanya Budi fokus terhadap korban,” ungkapnya.
Apakah dirinya mengenal Latifah? Sugi mengaku kenal. Pasalnya, Latifah sempat tinggal di dekat rumah korban. “Dia (Latifah), sempat tinggal disini. Dan sebutannya Bunda,” ujarnya. Lalu apa hubungan korban dengan Latifah? Sugi mengaku tak tau. “Tidak tau kita. Kita pun gak tau apa masalah mereka,” pungkasnya.
Sementara itu, anak pertama korban, Sasmita (20) mengatakan, sebelum meninggal, dirinya sempat melihat keganjilan pada ayahnya. “Dua hari lalu, saya lihat mukanya agak lain. Lainnya, muka ayah agak hitam. Saya kira itu akibat habis nahankan sakit di kakinya. Makanya saya cuek aja. Pasalnya, seminggu ini kakinya sakit,” ucap anak pertama dari 4 bersaudara ini.
Di samping itu, lanjut Mita, pada Sabtu (4/1) siang korban yang tidak suka bakso tiba-tiba saja membeli bakso. “Semalam di beli bakso 2 bungkus pake celana ponggol. Gak pernah-pernahnya dia beli bakso. Pasalnya dia gak suka bakso, tapi entah kenapa dia semalam beli bakso dan makan bakso sama adek-adkku. Mungkin inilah tabiatnya sama kami. Lagian, kami tidak tau sampek sekarang ini penyebabnya,” ujarnya.
Saat disinggung di mana korban akan dikebumikan, Mita mengatakan, ayahnya akan dikebumikan di TPU Srigunting. “Di TPU Srigunting bang dikebumikan,” pungkasnya.
Istri korban, Katmiyati (42) masih belum bisa diwawancarai lantaran masih berduka. Info yang dihimpun kru koran ini dari warga Jl. Setia Bangun menyebutkan, Latifah berprofesi sebagai pekerja seks komersial. Pasalnya, pada bulan Juni 2013 kemarin, warga sempat hendak menggerebek kediaman Latifah di Jl. Setia Damal Dusun IV, Desa Sunggal Kanan, Kec. Sunggal, Kab. Deliserdang yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari rumah korban.
“Dulu sempat mau kami gerebek rumahnya. Bukan apa, dia suka mengumpulkan anak-anak ngelem di rumahnya. Untungnya dia kabur kemarin. Makanya gak jadi kami gerebek rumahnya. Memang PSK itu, pakaiannya pun seksi-seksi terus,” ucap para ibu-ibu tetangga korban.
Sedang Waroeng Nasaka yang jadi lokasi kejadian hingga kini masih tutup. Saat ditemui kru koran ini, pemilik warung Darwin membenarkan pembunuhan tersebut berada di warungnya. “Di sini bang pembunuhannya,” ucapnya.
Darwin juga membenarkan pembunuhan itu dilakukan pelaku menggunakan pisau miliknya. “Memang pakai pisau warung ini dia bang. Tapi, kami tidak tau kapan pelaku mengambilnya. Soalnya kan para pekerja lagi pada sibuk bang. Jadi nggak taulah. Inipun kami libur dulu bang, soalnya dari tahun baru kami tak ada libur,” pungkasnya. (tun/ind/gus/deo)