31.7 C
Medan
Sunday, April 28, 2024

Si Pratama Ternyata Bernama Novi, Pernikahan pun Batal

Perempuan nyamar jadi pria, hendak menikahi anak gadis orang.

SUMUTPOS.CO – Belum lagi hilang dari ingat bagaimana hebohnya kasus pernikahan sejenis di Tanjungbalai awal 2017 lalu, kini kejadian nyaris serupa terjadi di Desa Sidoleren, Kecamatan Gebang, Purworejo.

Rencana bahagia keluarga Markamah, warga Desa setempat pun harus berakhir berantakan. Pernikahan anak keduanya, Wilis Setyowati (27), urung dilaksanakan karena calon mempelai pria yang hendak menikahi, ternyata juga perempuan.

Calon mempelai pria yang mengenalkan diri dengan nama Pratama (24) tercatat sebagai warga Binong, Kecamatan Curug, Kota Tangerang, ternyata telah memalsukan data diri dengan mengubah kartu tanda penduduk (KTP) dari nama sebenarnya, Nova Aprida Ariani alias Novi.

“Kami tidak tahu kalau dia itu sebenarnya perempuan. Kalau tahu dia perempuan, sudah saya batalkan sejak awal,” kata Markamah yang tengah bersiap melakukan perhelatan pernikahan, Senin (4/9/2017).

Diceritakan, anak keduanya telah mengenal Pratama atau Novi sekira tujuh tahun lalu saat bekerja di Jakarta. Menjelang pernikahan pun, Pratama/Novi telah datang ke rumahnya sejak Kamis (31/8/2017) lalu. Selama berada di Sidoleren, tidak ada perangai yang aneh pada diri calon menantunya.

“Saya tahunya ya laki-laki, walau suaranya seperti perempuan. Selama tinggal di sini dia selalu pakai jaket dengan alasan dingin dengan baju longgar. Dia juga merokok,” jelas Markamah.

Layaknya orang tua yang hendak menikahkan anaknya, keluarga Markamah telah mempersiapkan dengan baik. Rencananya, mereka akan melangsungkan pernikahan Selasa (5/9/2017) di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gebang.

Sehari menjelang pernikahan keduanya mendatangi kantor KUA untuk mencocokkan data yang ada. Namun, dari hal itulah semua rahasia Pratama/Novi terbongkar. Dia bukanlah sosok pria sejati yang akan menemani hidup Wilis Setyowati, karena ternyata juga perempuan.

Meski dirundung kemalangan, Markamah tetap berusaha bersikap biasa di hadapan tamu yang hadir ingin memberikan selamat atas pernikahan anaknya. Lazimnya pernikahan di desa, tamu akan berdatangan sehari sebelum pernikahan ataupun sesaat setelah ijab kabul dilakukan.

Terpisah, Penghulu KUA Gebang, Supardi mengatakan temuan adanya kasus pernikahan sesama jenis ini sebelumnya tidak disadari oleh pihaknya. Hanya saja kecurigaan muncul saat pihaknya menerima KTP yang disodorkan untuk berkas pendaftaran nikah.

Berawal dari situ, menyusul adanya kecurigaan dari perangkat setempat, hingga akhirnya dilakukan pemeriksaan kepada kedua mempelai.

“NIK KTP-nya mencurigakan, tidak menggunakan NIK laki-laki tetapi perempuan dan tidak sesuai tanggal lahir,” ujar Supardi.

Melihat ada sesuatu yang tidak beres, Supardi berinisiatif melaporkan hal ini ke Polsek Gebang dan ditindaklanjuti petugas yang mendatangi kantor KUA dan membawa kedua calon mempelai untuk dimintai keterangan.

Untuk mengungkap jenis kelamin calon mempelai pria yang diduga perempuan, petugas meminta bantuan dari Puskemas Gebang untuk melakukan pemeriksaan. Dan berdasarkan pemeriksaan yang ada, diperoleh ciri jika fisik yang bersangkutan adalah perempuan.

“Sebenarnya kita hendak melakukan pemeriksaan alat kelamin untuk lebih memastikan, tapi sebelum dilakukan si calon mempelai sudah mengaku kalau dia wanita,” kata Kepala Puskemas Gebang Sudiarto.(rj/ong/JPR/nin/ras)

Perempuan nyamar jadi pria, hendak menikahi anak gadis orang.

SUMUTPOS.CO – Belum lagi hilang dari ingat bagaimana hebohnya kasus pernikahan sejenis di Tanjungbalai awal 2017 lalu, kini kejadian nyaris serupa terjadi di Desa Sidoleren, Kecamatan Gebang, Purworejo.

Rencana bahagia keluarga Markamah, warga Desa setempat pun harus berakhir berantakan. Pernikahan anak keduanya, Wilis Setyowati (27), urung dilaksanakan karena calon mempelai pria yang hendak menikahi, ternyata juga perempuan.

Calon mempelai pria yang mengenalkan diri dengan nama Pratama (24) tercatat sebagai warga Binong, Kecamatan Curug, Kota Tangerang, ternyata telah memalsukan data diri dengan mengubah kartu tanda penduduk (KTP) dari nama sebenarnya, Nova Aprida Ariani alias Novi.

“Kami tidak tahu kalau dia itu sebenarnya perempuan. Kalau tahu dia perempuan, sudah saya batalkan sejak awal,” kata Markamah yang tengah bersiap melakukan perhelatan pernikahan, Senin (4/9/2017).

Diceritakan, anak keduanya telah mengenal Pratama atau Novi sekira tujuh tahun lalu saat bekerja di Jakarta. Menjelang pernikahan pun, Pratama/Novi telah datang ke rumahnya sejak Kamis (31/8/2017) lalu. Selama berada di Sidoleren, tidak ada perangai yang aneh pada diri calon menantunya.

“Saya tahunya ya laki-laki, walau suaranya seperti perempuan. Selama tinggal di sini dia selalu pakai jaket dengan alasan dingin dengan baju longgar. Dia juga merokok,” jelas Markamah.

Layaknya orang tua yang hendak menikahkan anaknya, keluarga Markamah telah mempersiapkan dengan baik. Rencananya, mereka akan melangsungkan pernikahan Selasa (5/9/2017) di Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Gebang.

Sehari menjelang pernikahan keduanya mendatangi kantor KUA untuk mencocokkan data yang ada. Namun, dari hal itulah semua rahasia Pratama/Novi terbongkar. Dia bukanlah sosok pria sejati yang akan menemani hidup Wilis Setyowati, karena ternyata juga perempuan.

Meski dirundung kemalangan, Markamah tetap berusaha bersikap biasa di hadapan tamu yang hadir ingin memberikan selamat atas pernikahan anaknya. Lazimnya pernikahan di desa, tamu akan berdatangan sehari sebelum pernikahan ataupun sesaat setelah ijab kabul dilakukan.

Terpisah, Penghulu KUA Gebang, Supardi mengatakan temuan adanya kasus pernikahan sesama jenis ini sebelumnya tidak disadari oleh pihaknya. Hanya saja kecurigaan muncul saat pihaknya menerima KTP yang disodorkan untuk berkas pendaftaran nikah.

Berawal dari situ, menyusul adanya kecurigaan dari perangkat setempat, hingga akhirnya dilakukan pemeriksaan kepada kedua mempelai.

“NIK KTP-nya mencurigakan, tidak menggunakan NIK laki-laki tetapi perempuan dan tidak sesuai tanggal lahir,” ujar Supardi.

Melihat ada sesuatu yang tidak beres, Supardi berinisiatif melaporkan hal ini ke Polsek Gebang dan ditindaklanjuti petugas yang mendatangi kantor KUA dan membawa kedua calon mempelai untuk dimintai keterangan.

Untuk mengungkap jenis kelamin calon mempelai pria yang diduga perempuan, petugas meminta bantuan dari Puskemas Gebang untuk melakukan pemeriksaan. Dan berdasarkan pemeriksaan yang ada, diperoleh ciri jika fisik yang bersangkutan adalah perempuan.

“Sebenarnya kita hendak melakukan pemeriksaan alat kelamin untuk lebih memastikan, tapi sebelum dilakukan si calon mempelai sudah mengaku kalau dia wanita,” kata Kepala Puskemas Gebang Sudiarto.(rj/ong/JPR/nin/ras)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/