27.8 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Toke Minyak Asal Marelan Dibunuh di Jalan

Foto: Raja/PM Hendra, korban perampokan dan pembunuhan dibaringkan di rumah duka.
Foto: Raja/PM
Hendra, korban perampokan dan pembunuhan dibaringkan di rumah duka.

LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Halimatu Sakdiah (35) tak henti-henti menangisi jenazah suaminya yang tewas dengan kondisi mengenaskan. Hendra Syahputra (40), seorang toke minyak asal Marelan itu dibunuh OTK dengan cara leher dijerat kabel listrik dan kepalanya pecah dihantam benda keras.

Pembunuhan Hendra sontak mengagetkan warga Jalan Kol Yos Sudarso, KM 8, Tanjung Mulia, Rabu (7/5) dinihari. Jenazah warga Pasar 2 Barat Gang Arjuna 3 Ling 2 Kel Terjun, Medan Marelan ditemukan sekira pukul 04.00 Wib, usai menyetorkan uang minyak ke SPBU tak jauh dari lokasi kejadian.

Berdasarkan keterangan istri korban, malam sebelum kejadian, Hendra keluar rumah usai mendapat telepon dari pihak SPBU. Hendra pun bergegas untuk mengambil orderan minyak dan membawa uang Rp 10 juta.

Kepergian korban malam itu, bersama dua anggotanya, Aris (25) dan Heri (31). Hendra naik sepeda motor Honda Vario BK 5212 AAT, sementara Aris dan Heri mengendarai mobil Kijang.

“Pada saat pergi menyetor uang minyak, korban naik motor. Sedangkan kami berdua naik mobil Kijang. Di saat hendak pulang ke rumah, kami berdua pulang duluan, sementara itu korban masih berada di SPBU,” ucap Aris.

Tak lama kepulangan tersebut, Aris mencoba menghubungi nomor telepon korban. Namun yang menjawab telepon justru orang lain, bukan bos mereka. “Karena merasa curiga, saya langsung menelphone namun yang angkat bukan korban. Yang angkat telephone mengatakan kalau Hendra menjadi korban perampokan dan kondisinya sedang kritis di badan jalan,” ujar Aris.

Mendapat kabar itu, Aris dan Heri bergegas menuju lokasi. Sesampainya di Jalan Kol Yos Sudarso, KM 8, Tanjung Mulia, kedua rekannya menyaksikan korban sudah dikerumuni warga.

Kondisi Hendra saat itu sudah terkapar di jalan dengan kondisi leher terjerat kabel listrik dan kepala bagian belakang pecah, serta tangan kiri terdapat bekas luka-luka.

Melihat korban masih bernafas, Aris dan Heri langsung membawa korban ke rumah sakit Mitra Medica untuk mendapat perawatan medis. Tetapi sesampainya di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya.

Petugas kepolisian yang menerima kabar tewasnya Hendra, segera meluncur ke lokasi dan melakukan olah TKP. Saat petugas melakukan olah TKP, sepeda motor korban tak hilang. Hal itu mengindikasi korban sengaja dihabisi dan bukan bermotif perampokan.

Menanggapi kasus itu, Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Ronny Okctavianus Sitompul, mengatakan kalau Polisi masih mendalami kasus tersebut. “Kita belum bisa mengatakan kalau korban tewas dirampok. Karena pada saat dilakukan pemeriksaan, anggota kita menemukan uang sebesar Rp10 juta masih utuh di dalam saku celana korban. Dan handphone korban masih ada. Sementara itu kabel listrik sudah kita amankan dari TKP,” pungkas Kompol Ronny.

 

KORBAN SUKA LETAK UANG DI JOK MOTOR

Namun informasi berbeda yang diterima dari sahabat korban meyakini Hendra merupakan korban perampokan. Dani (45) mengindsikasi, lantaran kebiasaan korban menyimpan uang di dalam jok kereta.

“Saya yakin kalau korban menjadi korban perampokan. Malam itu sekira pukul 02.00 dini hari, korban ditelephone pihak SPBU dan mengatakan kalau minyak sudah masuk. Dan korbanpun langsung ke SPBU untuk mengambil minyak bersama istrinya dan sopirnya yang bernama Aris,” ungkapnya.

Sambung Dani, pelaku diyakininya juga mengetahui kebiasaan korban. “Usai mengambil minyak, korban pun kembali pulang ke rumah untuk mengantar istrinya. Dan pihak SPBU kembali menelphone untuk kedua kalinya dan mengatakan kalau minyak masuk lagi,” terangnya.

Korban pun kembali ke SPBU untuk mengambil minyak tersebut dengan membawa uang sebesar Rp10 juta. Namun sesampainya korban di SPBU untuk kedua kalinya, pihak SPBU mengatakan kalau minyak sudah habis, dan korbanpun kembali pulang. Namun dalam perjalanan pulang korban malah tewas. Dan sepeda motornya sudah tidak ada di lokasi kejadian,” tegasnya saat melayat ke rumah duka.

 

AKU TAK PERCAYA SUAMIKU MATI

Jenazah Hendra Syahputra tiba di rumah duka di Jalan Pasar 2 Barat Gang Arjuna 3 Ling 2 Kel Terjun, Medan Marelan, Rabu (6/5) sekira pukul 10.00 wib. Kedatangan jenazah korban pun disambut derai air mata.

“Aku tak percaya suami ku mati. Sebelumnya saya pergi bersama suami saya ke SPBU untuk mengambil minyak. Usai pulang, suami saya kembali ke SPBU itu lagi untuk kembali mengambil minyak dengan membawa uang sebanyak 10 juta,” ucap Halimatu Sakdiah tak percaya atas kepergian suaminya.

Tak hanya itu, Halimatu Sakdiah juga menceritakan kalau suaminya sempat bertingkah aneh dengan menempah cicin dan berjanji pada anaknya untuk membelikan mainan.

“Suami saya minta untuk di tempahkan sebuah cincin kepada orang tua saya (mertua korban). Untuk apa cincin itu ditempahnya, hingga sampai saat ini belum ada jawaban. Bukan itu aja, suami saya juga berjanji untuk membelikan mainan mobil kepada anak keduanya yang bernama Gilang,” ujarnya.

Kepergian Hendra membawa duka mendalam. Pasalnya, selama ini korban merupakan satu-satunya tulang punggung bagi keluarga korban. Terlebih dikalangan warga sekitar dan rekan-rekannya, korban dikenal suka membantu keluarga yang susah.(mag-1/bd)

Foto: Raja/PM Hendra, korban perampokan dan pembunuhan dibaringkan di rumah duka.
Foto: Raja/PM
Hendra, korban perampokan dan pembunuhan dibaringkan di rumah duka.

LABUHAN, SUMUTPOS.CO – Halimatu Sakdiah (35) tak henti-henti menangisi jenazah suaminya yang tewas dengan kondisi mengenaskan. Hendra Syahputra (40), seorang toke minyak asal Marelan itu dibunuh OTK dengan cara leher dijerat kabel listrik dan kepalanya pecah dihantam benda keras.

Pembunuhan Hendra sontak mengagetkan warga Jalan Kol Yos Sudarso, KM 8, Tanjung Mulia, Rabu (7/5) dinihari. Jenazah warga Pasar 2 Barat Gang Arjuna 3 Ling 2 Kel Terjun, Medan Marelan ditemukan sekira pukul 04.00 Wib, usai menyetorkan uang minyak ke SPBU tak jauh dari lokasi kejadian.

Berdasarkan keterangan istri korban, malam sebelum kejadian, Hendra keluar rumah usai mendapat telepon dari pihak SPBU. Hendra pun bergegas untuk mengambil orderan minyak dan membawa uang Rp 10 juta.

Kepergian korban malam itu, bersama dua anggotanya, Aris (25) dan Heri (31). Hendra naik sepeda motor Honda Vario BK 5212 AAT, sementara Aris dan Heri mengendarai mobil Kijang.

“Pada saat pergi menyetor uang minyak, korban naik motor. Sedangkan kami berdua naik mobil Kijang. Di saat hendak pulang ke rumah, kami berdua pulang duluan, sementara itu korban masih berada di SPBU,” ucap Aris.

Tak lama kepulangan tersebut, Aris mencoba menghubungi nomor telepon korban. Namun yang menjawab telepon justru orang lain, bukan bos mereka. “Karena merasa curiga, saya langsung menelphone namun yang angkat bukan korban. Yang angkat telephone mengatakan kalau Hendra menjadi korban perampokan dan kondisinya sedang kritis di badan jalan,” ujar Aris.

Mendapat kabar itu, Aris dan Heri bergegas menuju lokasi. Sesampainya di Jalan Kol Yos Sudarso, KM 8, Tanjung Mulia, kedua rekannya menyaksikan korban sudah dikerumuni warga.

Kondisi Hendra saat itu sudah terkapar di jalan dengan kondisi leher terjerat kabel listrik dan kepala bagian belakang pecah, serta tangan kiri terdapat bekas luka-luka.

Melihat korban masih bernafas, Aris dan Heri langsung membawa korban ke rumah sakit Mitra Medica untuk mendapat perawatan medis. Tetapi sesampainya di rumah sakit, korban menghembuskan nafas terakhirnya.

Petugas kepolisian yang menerima kabar tewasnya Hendra, segera meluncur ke lokasi dan melakukan olah TKP. Saat petugas melakukan olah TKP, sepeda motor korban tak hilang. Hal itu mengindikasi korban sengaja dihabisi dan bukan bermotif perampokan.

Menanggapi kasus itu, Kapolsek Medan Labuhan, Kompol Ronny Okctavianus Sitompul, mengatakan kalau Polisi masih mendalami kasus tersebut. “Kita belum bisa mengatakan kalau korban tewas dirampok. Karena pada saat dilakukan pemeriksaan, anggota kita menemukan uang sebesar Rp10 juta masih utuh di dalam saku celana korban. Dan handphone korban masih ada. Sementara itu kabel listrik sudah kita amankan dari TKP,” pungkas Kompol Ronny.

 

KORBAN SUKA LETAK UANG DI JOK MOTOR

Namun informasi berbeda yang diterima dari sahabat korban meyakini Hendra merupakan korban perampokan. Dani (45) mengindsikasi, lantaran kebiasaan korban menyimpan uang di dalam jok kereta.

“Saya yakin kalau korban menjadi korban perampokan. Malam itu sekira pukul 02.00 dini hari, korban ditelephone pihak SPBU dan mengatakan kalau minyak sudah masuk. Dan korbanpun langsung ke SPBU untuk mengambil minyak bersama istrinya dan sopirnya yang bernama Aris,” ungkapnya.

Sambung Dani, pelaku diyakininya juga mengetahui kebiasaan korban. “Usai mengambil minyak, korban pun kembali pulang ke rumah untuk mengantar istrinya. Dan pihak SPBU kembali menelphone untuk kedua kalinya dan mengatakan kalau minyak masuk lagi,” terangnya.

Korban pun kembali ke SPBU untuk mengambil minyak tersebut dengan membawa uang sebesar Rp10 juta. Namun sesampainya korban di SPBU untuk kedua kalinya, pihak SPBU mengatakan kalau minyak sudah habis, dan korbanpun kembali pulang. Namun dalam perjalanan pulang korban malah tewas. Dan sepeda motornya sudah tidak ada di lokasi kejadian,” tegasnya saat melayat ke rumah duka.

 

AKU TAK PERCAYA SUAMIKU MATI

Jenazah Hendra Syahputra tiba di rumah duka di Jalan Pasar 2 Barat Gang Arjuna 3 Ling 2 Kel Terjun, Medan Marelan, Rabu (6/5) sekira pukul 10.00 wib. Kedatangan jenazah korban pun disambut derai air mata.

“Aku tak percaya suami ku mati. Sebelumnya saya pergi bersama suami saya ke SPBU untuk mengambil minyak. Usai pulang, suami saya kembali ke SPBU itu lagi untuk kembali mengambil minyak dengan membawa uang sebanyak 10 juta,” ucap Halimatu Sakdiah tak percaya atas kepergian suaminya.

Tak hanya itu, Halimatu Sakdiah juga menceritakan kalau suaminya sempat bertingkah aneh dengan menempah cicin dan berjanji pada anaknya untuk membelikan mainan.

“Suami saya minta untuk di tempahkan sebuah cincin kepada orang tua saya (mertua korban). Untuk apa cincin itu ditempahnya, hingga sampai saat ini belum ada jawaban. Bukan itu aja, suami saya juga berjanji untuk membelikan mainan mobil kepada anak keduanya yang bernama Gilang,” ujarnya.

Kepergian Hendra membawa duka mendalam. Pasalnya, selama ini korban merupakan satu-satunya tulang punggung bagi keluarga korban. Terlebih dikalangan warga sekitar dan rekan-rekannya, korban dikenal suka membantu keluarga yang susah.(mag-1/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/