MEDAN, SUMUTPOS.CO – Propam Poldasu akan turun tangan guna menyelidiki penyebab kematian Dodi Nola Pazha Solin (27) warga Jl. Karya Wisata Gg. Wisata II, Kec. Medan Johor dan memanggil personel Dit Narkoba Poldasu.
Kabid Propam Poldasu, Kombes Pol Makmur Ginting mengatakan pihaknya akan turut menyelidiki dugaan penganiayaan Dodi, Sabtu (7/6) kemarin. Bahkan, dia mengaku akan mengusut tuntas kasus dengan terlapor personel Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumatera Utara. Disamping itu, dirinya juga akan memberikan penindakan tegas terhadap petugas bila menemukan adanya penganiayaan sampai Dodi meninggal dunia.
“Sudah mekanismenya seperti itu. Dan kita akan lakukan penyelidikan dulu,” ucapnya kepada wartawan, Selasa (10/6) siang.
Lebih lanjut, Makmur mengaku saat ini pihaknya telah memulai penyelidikan. Namun, sampai saat ini pihaknya belum ada melakukan pemeriksaan kepada yang didugakan melakukan penganiayaan. “Dalam waktu dekat ini, kita akan memanggil pihak yang diduga melakukan penganiayaan (personel Dit Narkoba Poldasu) tersebut,” ucapnya sembari mengaku belum dapat menyampaikan dan memastikan jadwal pemeriksaan tersebut.
Terpisah, Dir Krimum Poldasu, Kombes Pol Dedi Irianto, mengaku belum mengecek laporan yang dibuat keluarga almarhum Dodi tersebut yang tertuang dalam Laporan Polisi dengan nomor : STTLP/685/VI/2014/SPKT III tertanggal 8 Juni 2014. Maka itu, pihaknya belum menentukan penanganan kasus itu apakah akan ditangani pihaknya atau pihak Polresta Medan.
“Biasanya kalau kasusnya tidak terlalu sulit dan kerugian tidak besar, akan kita limpahkan ke wilayah (Polresta Medan). Namun, tetap akan kita back up bahkan kita ambil alih, bila sulit diungkap kasus itu,” ucapnya singkat.
Sementara itu, pihak keluarga masih menunggu hasil otopsi dari pihak rumah sakit. “Kemarin pas dilakukan otopsi, dokter yang menangani mengatakan baru empat hari bisa diterima hasilnya. Jadi udah dua hari, berarti menunggu dua hari lagi soal kepastian penyebab kematian almarhum,” ujar Kamijo Solin yang merupakan ayah kandung Dodi.
Pihak keluarga berharap supaya kasus yang menimpa keluarga mereka cepat selesai dan jelas dibuka oleh pihak kepolisian apa sebenarnya penyebab kematian Dedi. “Kami berharap masalah ini cepat selesai dan jelas terbuka. Kalau memang anak saya meninggal karena memakan barang bukti tadi, kami mengiklaskannya. Mungkin sudah itulah jalan takdirnya. Tapi kalau memang karna dianiaya, sampai kapan pun kami tetap berjuang,” akhirnya.
Sekedar mengingatkan, Dodi Nola Pazha Solin tewas pada saat penangkapan di komplek Perumahan Citra Wisata, Sabtu (7/6) lalu. Saat penangkapan tersebut, versi polisi, Dodi berusaha memasukkan 20 gram sabu ke dalam mulutnya sebelum kemudian mengunyahnya.
Namun, saat itu petugas yang melihat aksinya tersebut berusaha memberikan pertolongan pertama kepadanya dengan menepuk pundanya supaya sabu yang dikemas dalam plastik putih tersebut keluar dari perutnya. Sayangnya, aksi yang dilakukan petugas tersebut hanya berhasil mengeluarkan 7 gram sabu dari perutnya.
Lantaran mengetahui kondisi Dodi kritis, petugas yang menangkapnya berusaha menyelamatkannya dengan cara melarikannya ke RS Bayangkara Medan. Namun sayang, setibanya di RS Bayangkara tersebut Dodi meninggal dunia.
Sementara itu, ayah Dodi, Kamijo yang merasa curiga dan menduga kalau almarhum Dodi tewas karena dianiaya petugas yang hendak melakukan penangkapan membuat laporan ke Poldasu. Sementara Direktur Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumatera Utara, mengaku kalau tewasnya tersangka, karena nekad menelan 13 gram sabu-sabu yang coba dijual tersangka pada pihaknya yang melakukan undercover buy. (ind/tun/bd)