26.7 C
Medan
Sunday, June 2, 2024

Keluarga Curigai Mantan Sopir Korban

Foto: Gatha Ginting/Repro Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.
Foto: Gatha Ginting/Repro
Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hingga Rabu (10/9) malam, apa motif dan siapa pelaku yang tega menghabisi nyawa Diana Mariana boru Siagian (68) menggunakan kabel, masih jadi misteri. Meski telah memeriksa 3 orang saksi, tapi polisi belum juga menemukan titik terang. Namun, pihak keluarga korban mengaku curiga dengan mantan sopir pribadi suami.

Hal ini dikatakan anak tiri pertama korban, Leo alias Salomo yang kembali ditemui kru koran ini di rumah dukan Jl. Bunga Kenanga, Kel. PB Selayang II, Kec. Medan Selayang, Rabu (10/9) siang.

Menurut Leo, sebulan sebelum pembunuhan terjadi, ibu tirinya sempat cerita pada sopir baru orangtuanya bernama Rusli. Kala itu, Diana mengaku dapat teror dari lelaki yang tak dikenalnya. “Saat itu, dia bilang peneroran terjadi saat dia mengangkat telpon rumah,” ucapnya.

Dalam perbincangan dengan Rusli tersebut, lanjut Leo, lelaki tak dikenal itu meminta korban dan keluarganya segera pergi meninggalkan rumah mereka (tempat kejadian). Tak cuma itu, jika korban dan keluarganya membangkang, si peneror mengancam akan membakar rumah tersebut dan membunuhnya.

“Makanya, saat itu dia minta kepada Rusli untuk jangan pergi meninggalkannya. Dia juga saat itu minta supaya Rusli jangan menceritakan hal itu kepada anak-anaknya. Makanya, kami baru tahu sekarang,” ungkap Leo sembari menyebutkan kalau saat kejadian Rusli tengah mengantar ayahnya, Togar Simanjuntak mengikuti seminar ke Hotel Hermes.

Kemudian, beber Leo, sangkin takutnya atas peneroran tersebut, korban sempat berjanji akan membangun rumah Rusli dan keluarganya di pekarangan rumah tersebut. “Itulah yang terjadi. Dan kami pun baru tahu setelah kejadian ini,” ujarnya.

Saat disingung siapa pelaku yang mereka curigai, lelaki berperawakan tegap ini mengatakan, pihak keluarga mencurigai mantan sopir Togar, M Nababan warga Pasar 7 Padang Bulan Medan. Pasalnya, sebelum M Nababan tidak bekerja dengan keluarganya pada bulan Maret 2014 lalu, korban sempat memarahi M Nababan.

“Kita curiga sama dia. Karena dia sempat dimarahi sama ibu. Makanya kecurigaan kami sama dia. ’Kan gak salah jika kami curiga,” ujarnya. Kemarahan korban kepada M Nababan tersebut, tambah Leo, akibat korban pernah melihat M Nababan masuk ke kamar Devi yang merupakan keluarga mereka dari kampung yang tinggal untuk menjaga Diana dan Togar.

“Kan wajar jika ibu marah liat itu. Mungkin di situ dia sakit hati,” ungkapnya yang enggan memberitahu di mana kampung Devi.

Selanjutnya, Leo mengatakan, setelah kejadian tersebut, M Nababan kembali berulah. Pasalnya, selang beberapa minggu setelah kejadian tersebut M Nababan tiba-tiba saja meninggalkan ayahnya seorang diri di tengah perjalanan.

“Saat itu, dia bilang sama bapak ada yang mau dijumpainya. Makanya ditinggalinya bapak di dalam mobil. Karena lama kembalinya, bapak pun mengendarai mobil itu sampai rumah. Tapi tak lama bapak pulang, dia datang. Makanya mamak kembali marah-marah kepadanya. Kan wajar kalau mamak marah sama dia. Mungkin itu yang buat dia makin sakit hati,” ujarnya sembari mengatakan mulai saat itu M Nababan berhenti bekerja alias dipecat.

Ia menduga, pembunuhan tersebut telah dirancang jauh hari oleh pelaku. “Kan dia sudah saban hari kemarin di sini. Makanya, dia pasti tahu seluk beluk rumah ini. Mungkin saja, pas istri saya datang kemarin. Dia sudah memantau lokasi. Dan sebelum melakukan aksinya itu, dia juga sudah menduplikat kunci rumah,” bebernya sembari mengatakan kalau korban akan dikebumikan di Porsea Jumat (12/9) esok.

Apakah mereka sudah mendatangi kediaman M Nababan yang berada di Pasar 7 Padang Bulan? Leo mengatakan, pihaknya sudah ke tempat tersebut. Namun sayang, orang yang dicurigai tersebut telah pindah dari tempat tersebut.

“Dulu dia kos di Pasar 7 ini. Dan waktu teman saya datangi ke sana usai kejadian. Teman saya tidak menemukannya lantaran dia sudah pindah,” ucapnya. Makanya, dirinya sangat mengharapkan pihak kepolisian segera menangkap pelaku pembunuhan tersebut. “Soalnya, polisi juga sudah meminta keterangan Rusli. Saat ini sedang sibuk pulak dia,” ungkapnya.

Saat disinggung mengenai apakah dirinya mengetahui hubungan Devi sama M Nababan, Leo mengatakan tidak mengetahuinya. “Tidak tahu saya. Lagi di kampung pulak dia. Ketepatan libur pulak kuliahnya sekarang,” pungkasnya.

Di lokasi, dua pemuda yang sempat dimintai keterangan oleh petugas yakni, Luis dan Sahata, kepada wartawan mengaku diperiksa hingga pukul 00.00 WIB.

Luis mengatakan, saat peristiwa tersebut, dirinya tengah berada di rumahnya. Namun, lantaran mendengar teriakan Elisabet meminta tolong dia pun kemudian bergegas keluar. “Saat itu saya sedang membantu orang yang datang ke rumah. Rame kami saat itu. Tiba-tiba saya dengar teriakan ibu itu. Makanya kami pun keluar semua,” kenangnya.

Selanjutnya, beber lelaki yang kediamannya hanya berjarak 1 rumah dari lokasi kejadian. Saat itu Elisabet meminta mereka melihat Diana. Respon akan ucapan tersebut, Luis pun kemudian langsung seketika masuk ke dalam rumah. “Saat itu, pintu depan kamarnya tertutup. Dan setelah dibuka ternyata oppung itu sudah tergeletak. Saya liat saat itu ada darah yang menggumpal, kakinya terikat, dan ada 2 pisau. Satu digenggam oppung, dan satu lagi terletak di dekat tangannya. Saya kira dia bunuh diri, makanya saya sempat melepaskan pisau itu dari tangannya dan meletaknya di ke luar. Setelah itu, saya keluar lagi untuk minta bantuan,” ucapnya.

Namun lanjutnya, saat warga ramai masuk, dirinya merasa janggal melihat satu pisau yang awalnya di dalam kamar tersebut berada sejajar dengan pisau yang sempat dilemparnya. “Iya bang. Saya juga liat itu. Sejajar pisaunya seperti ada yang mengaturnya,” potong Sahata.

Mereka mengaku saat itu Elisabet panik melihat jasad korban. “Dari awal masuk saya liat ibu itu syok. Dan dia mondar-mandir kami lihat. Tapi kami heran kenapa pisau itu bisa sejajar,” ungkap Sahata yang diamini Luis.

Luis juga mengatakan, kala dirinya masuk ke dalam rumah tersebut suara tivi sangat keras sekali. “Kuat kali suara tivinya sebelum saya kecilkan bang,” pungkasnya.

Terpisah, Kapolsek Sunggal, AKP Aldi Surbansono mengatakan, hingga saat ini pihaknya sudah memeriksa 4 orang saksi. Namun, pemeriksaan terhadap Elisabet terpaksa tertunda lantaran dirinya juga merupakan keluarga yang kemalangan. “Keluarga minta usai pemakaman dia kembali diperiksa. Soalnya, dia masih tampak syok,” ungkpanya.

Apakah sudah ada tersangka, Aldi mengaku sudah ada. “Sudah ada. Ini lagi kita lakukan pengejaran. Itu kita dapat dari keterangan sopirnya,” pungkasnya. (ind/deo)

Foto: Gatha Ginting/Repro Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.
Foto: Gatha Ginting/Repro
Foto Diana Br Siagian (semasa hidup) bersama suami.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Hingga Rabu (10/9) malam, apa motif dan siapa pelaku yang tega menghabisi nyawa Diana Mariana boru Siagian (68) menggunakan kabel, masih jadi misteri. Meski telah memeriksa 3 orang saksi, tapi polisi belum juga menemukan titik terang. Namun, pihak keluarga korban mengaku curiga dengan mantan sopir pribadi suami.

Hal ini dikatakan anak tiri pertama korban, Leo alias Salomo yang kembali ditemui kru koran ini di rumah dukan Jl. Bunga Kenanga, Kel. PB Selayang II, Kec. Medan Selayang, Rabu (10/9) siang.

Menurut Leo, sebulan sebelum pembunuhan terjadi, ibu tirinya sempat cerita pada sopir baru orangtuanya bernama Rusli. Kala itu, Diana mengaku dapat teror dari lelaki yang tak dikenalnya. “Saat itu, dia bilang peneroran terjadi saat dia mengangkat telpon rumah,” ucapnya.

Dalam perbincangan dengan Rusli tersebut, lanjut Leo, lelaki tak dikenal itu meminta korban dan keluarganya segera pergi meninggalkan rumah mereka (tempat kejadian). Tak cuma itu, jika korban dan keluarganya membangkang, si peneror mengancam akan membakar rumah tersebut dan membunuhnya.

“Makanya, saat itu dia minta kepada Rusli untuk jangan pergi meninggalkannya. Dia juga saat itu minta supaya Rusli jangan menceritakan hal itu kepada anak-anaknya. Makanya, kami baru tahu sekarang,” ungkap Leo sembari menyebutkan kalau saat kejadian Rusli tengah mengantar ayahnya, Togar Simanjuntak mengikuti seminar ke Hotel Hermes.

Kemudian, beber Leo, sangkin takutnya atas peneroran tersebut, korban sempat berjanji akan membangun rumah Rusli dan keluarganya di pekarangan rumah tersebut. “Itulah yang terjadi. Dan kami pun baru tahu setelah kejadian ini,” ujarnya.

Saat disingung siapa pelaku yang mereka curigai, lelaki berperawakan tegap ini mengatakan, pihak keluarga mencurigai mantan sopir Togar, M Nababan warga Pasar 7 Padang Bulan Medan. Pasalnya, sebelum M Nababan tidak bekerja dengan keluarganya pada bulan Maret 2014 lalu, korban sempat memarahi M Nababan.

“Kita curiga sama dia. Karena dia sempat dimarahi sama ibu. Makanya kecurigaan kami sama dia. ’Kan gak salah jika kami curiga,” ujarnya. Kemarahan korban kepada M Nababan tersebut, tambah Leo, akibat korban pernah melihat M Nababan masuk ke kamar Devi yang merupakan keluarga mereka dari kampung yang tinggal untuk menjaga Diana dan Togar.

“Kan wajar jika ibu marah liat itu. Mungkin di situ dia sakit hati,” ungkapnya yang enggan memberitahu di mana kampung Devi.

Selanjutnya, Leo mengatakan, setelah kejadian tersebut, M Nababan kembali berulah. Pasalnya, selang beberapa minggu setelah kejadian tersebut M Nababan tiba-tiba saja meninggalkan ayahnya seorang diri di tengah perjalanan.

“Saat itu, dia bilang sama bapak ada yang mau dijumpainya. Makanya ditinggalinya bapak di dalam mobil. Karena lama kembalinya, bapak pun mengendarai mobil itu sampai rumah. Tapi tak lama bapak pulang, dia datang. Makanya mamak kembali marah-marah kepadanya. Kan wajar kalau mamak marah sama dia. Mungkin itu yang buat dia makin sakit hati,” ujarnya sembari mengatakan mulai saat itu M Nababan berhenti bekerja alias dipecat.

Ia menduga, pembunuhan tersebut telah dirancang jauh hari oleh pelaku. “Kan dia sudah saban hari kemarin di sini. Makanya, dia pasti tahu seluk beluk rumah ini. Mungkin saja, pas istri saya datang kemarin. Dia sudah memantau lokasi. Dan sebelum melakukan aksinya itu, dia juga sudah menduplikat kunci rumah,” bebernya sembari mengatakan kalau korban akan dikebumikan di Porsea Jumat (12/9) esok.

Apakah mereka sudah mendatangi kediaman M Nababan yang berada di Pasar 7 Padang Bulan? Leo mengatakan, pihaknya sudah ke tempat tersebut. Namun sayang, orang yang dicurigai tersebut telah pindah dari tempat tersebut.

“Dulu dia kos di Pasar 7 ini. Dan waktu teman saya datangi ke sana usai kejadian. Teman saya tidak menemukannya lantaran dia sudah pindah,” ucapnya. Makanya, dirinya sangat mengharapkan pihak kepolisian segera menangkap pelaku pembunuhan tersebut. “Soalnya, polisi juga sudah meminta keterangan Rusli. Saat ini sedang sibuk pulak dia,” ungkapnya.

Saat disinggung mengenai apakah dirinya mengetahui hubungan Devi sama M Nababan, Leo mengatakan tidak mengetahuinya. “Tidak tahu saya. Lagi di kampung pulak dia. Ketepatan libur pulak kuliahnya sekarang,” pungkasnya.

Di lokasi, dua pemuda yang sempat dimintai keterangan oleh petugas yakni, Luis dan Sahata, kepada wartawan mengaku diperiksa hingga pukul 00.00 WIB.

Luis mengatakan, saat peristiwa tersebut, dirinya tengah berada di rumahnya. Namun, lantaran mendengar teriakan Elisabet meminta tolong dia pun kemudian bergegas keluar. “Saat itu saya sedang membantu orang yang datang ke rumah. Rame kami saat itu. Tiba-tiba saya dengar teriakan ibu itu. Makanya kami pun keluar semua,” kenangnya.

Selanjutnya, beber lelaki yang kediamannya hanya berjarak 1 rumah dari lokasi kejadian. Saat itu Elisabet meminta mereka melihat Diana. Respon akan ucapan tersebut, Luis pun kemudian langsung seketika masuk ke dalam rumah. “Saat itu, pintu depan kamarnya tertutup. Dan setelah dibuka ternyata oppung itu sudah tergeletak. Saya liat saat itu ada darah yang menggumpal, kakinya terikat, dan ada 2 pisau. Satu digenggam oppung, dan satu lagi terletak di dekat tangannya. Saya kira dia bunuh diri, makanya saya sempat melepaskan pisau itu dari tangannya dan meletaknya di ke luar. Setelah itu, saya keluar lagi untuk minta bantuan,” ucapnya.

Namun lanjutnya, saat warga ramai masuk, dirinya merasa janggal melihat satu pisau yang awalnya di dalam kamar tersebut berada sejajar dengan pisau yang sempat dilemparnya. “Iya bang. Saya juga liat itu. Sejajar pisaunya seperti ada yang mengaturnya,” potong Sahata.

Mereka mengaku saat itu Elisabet panik melihat jasad korban. “Dari awal masuk saya liat ibu itu syok. Dan dia mondar-mandir kami lihat. Tapi kami heran kenapa pisau itu bisa sejajar,” ungkap Sahata yang diamini Luis.

Luis juga mengatakan, kala dirinya masuk ke dalam rumah tersebut suara tivi sangat keras sekali. “Kuat kali suara tivinya sebelum saya kecilkan bang,” pungkasnya.

Terpisah, Kapolsek Sunggal, AKP Aldi Surbansono mengatakan, hingga saat ini pihaknya sudah memeriksa 4 orang saksi. Namun, pemeriksaan terhadap Elisabet terpaksa tertunda lantaran dirinya juga merupakan keluarga yang kemalangan. “Keluarga minta usai pemakaman dia kembali diperiksa. Soalnya, dia masih tampak syok,” ungkpanya.

Apakah sudah ada tersangka, Aldi mengaku sudah ada. “Sudah ada. Ini lagi kita lakukan pengejaran. Itu kita dapat dari keterangan sopirnya,” pungkasnya. (ind/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/