25.6 C
Medan
Monday, May 6, 2024

Keluarga Pengantin Wanita dan Mempelai Pria Rebutan Buku Nikah, Alasannya…

Rebutan buku nikah-Ilustrasi.

SUMUTPOS.CO – Kantor Urusan Agama (KUA) mendadak heboh karena ulah Tongat dan Butet (keduanya nama samaran). Hanya lima menit setelah dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, keduanya langsung ribut.

Saat itu, Tongat berusaha mempertahankan buku nikah berwarna hijau. Lima pria yang merupakan anggota keluarga Butet berusaha merebutnya. Padahal, lima pria itu baru saja menjadi saksi dalam pernikahan Tongat dan Butet.

Perselisihan di depan KUA itu sampai menyita perhatian pengguna jalan. Usaha keluarga Butet mendapatkan buku nikah berhasil. Mereka langsung bergegas meninggalkan Tongat.

Tongat yang saat itu datang sendiri tampak gelisah. Rencana yang disusun batal. Rupanya, ada cerita di balik perebutan buku nikah itu. Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat, Kementerian Agama (Kemenag), Masrivani.

Sebelum bertugas di Kemenag, dia adalah penghulu yang menikahkan Tongat dan Butet. Tongat merupakan pekerja swasta. Dia berstatus duda satu anak. Perawakannya tinggi dan terbilang terawat. Sedangkan Butet ialah gadis dengan senyuman lebar.

Mereka berkenalan cukup lama. Keduanya sering bertemu waktu makan di sebuah kafe. Dari situ cinta bersemi.

Keputusan menikah memang dadakan. Keduanya telah kebablasan. Itu karena perut Butet membuncit. Sebelum itu, keduanya telah membuat kesepakatan. Mereka menikah agar kelak si anak diakui secara sah.

Tongat mengaku masih mencintai istri pertamanya. Itulah alasan mempertahankan buku nikah miliknya sehingga dapat mengajukan perceraian.

“Enggak sampai lima menit keluar dari KUA, sudah terdengar ribut-ribut di parkiran. Keluarga istri tahu beberapa hari sebelum pernikahan, mereka tidak ingin Butet menjadi janda. Padahal, Tongat sudah berencana, setelah akad nikah akan mengajukan gugatan. Namun, terhalang karena buku nikah milik dia ditahan keluarga istri,” ungkap Masrivani beberapa waktu lalu.

Pria yang akrab disapa Ivan ini mengaku cukup terkejut. Ini merupakan kejadian langka. Usai menenangkan diri dan menceritakan semuanya kepada Ivan, Tongat dijemput seorang kawan lalu beranjak pergi.

“Saya menceritakan ini juga sebagai pelajaran kepada kita semua. Niat nikah sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena pernikahan adalah sakral, bukan perkara layaknya permainan,” tuturnya. (jpg)

Rebutan buku nikah-Ilustrasi.

SUMUTPOS.CO – Kantor Urusan Agama (KUA) mendadak heboh karena ulah Tongat dan Butet (keduanya nama samaran). Hanya lima menit setelah dinyatakan sah sebagai pasangan suami istri, keduanya langsung ribut.

Saat itu, Tongat berusaha mempertahankan buku nikah berwarna hijau. Lima pria yang merupakan anggota keluarga Butet berusaha merebutnya. Padahal, lima pria itu baru saja menjadi saksi dalam pernikahan Tongat dan Butet.

Perselisihan di depan KUA itu sampai menyita perhatian pengguna jalan. Usaha keluarga Butet mendapatkan buku nikah berhasil. Mereka langsung bergegas meninggalkan Tongat.

Tongat yang saat itu datang sendiri tampak gelisah. Rencana yang disusun batal. Rupanya, ada cerita di balik perebutan buku nikah itu. Hal itu diungkapkan Kepala Seksi Bimbingan Masyarakat, Kementerian Agama (Kemenag), Masrivani.

Sebelum bertugas di Kemenag, dia adalah penghulu yang menikahkan Tongat dan Butet. Tongat merupakan pekerja swasta. Dia berstatus duda satu anak. Perawakannya tinggi dan terbilang terawat. Sedangkan Butet ialah gadis dengan senyuman lebar.

Mereka berkenalan cukup lama. Keduanya sering bertemu waktu makan di sebuah kafe. Dari situ cinta bersemi.

Keputusan menikah memang dadakan. Keduanya telah kebablasan. Itu karena perut Butet membuncit. Sebelum itu, keduanya telah membuat kesepakatan. Mereka menikah agar kelak si anak diakui secara sah.

Tongat mengaku masih mencintai istri pertamanya. Itulah alasan mempertahankan buku nikah miliknya sehingga dapat mengajukan perceraian.

“Enggak sampai lima menit keluar dari KUA, sudah terdengar ribut-ribut di parkiran. Keluarga istri tahu beberapa hari sebelum pernikahan, mereka tidak ingin Butet menjadi janda. Padahal, Tongat sudah berencana, setelah akad nikah akan mengajukan gugatan. Namun, terhalang karena buku nikah milik dia ditahan keluarga istri,” ungkap Masrivani beberapa waktu lalu.

Pria yang akrab disapa Ivan ini mengaku cukup terkejut. Ini merupakan kejadian langka. Usai menenangkan diri dan menceritakan semuanya kepada Ivan, Tongat dijemput seorang kawan lalu beranjak pergi.

“Saya menceritakan ini juga sebagai pelajaran kepada kita semua. Niat nikah sebaiknya dilakukan dengan sungguh-sungguh. Karena pernikahan adalah sakral, bukan perkara layaknya permainan,” tuturnya. (jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/