26.7 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Ngeri, Ekstasi Made In Tasbi Campur Soda Api

Foto: Indra/Posmetro Medan/JPNN Para tersangka pemilik home industry ekstasi di Komplek Tasbi-Medan. Dari kiri ke kanan: Esera Mey Sarah Zai, H Anwar Ilahi MA, Ullia Suhendra, Syarifuddin.
Foto: Indra/Posmetro Medan/JPNN
Para tersangka pemilik home industry ekstasi di Komplek Tasbi-Medan. Dari kiri ke kanan: Esera Mey Sarah Zai, H Anwar Ilahi MA, Ullia Suhendra, Syarifuddin.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Petugas Dit Narkoba Poldasu menggerebek sebuah rumah mewah di Blok V No. 9, Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi) Medan yang dijadikan tempat pembuatan (home industri) ekstasi, Senin (9/12) sekira pukul 23.00 WIB.

Selain mengamankan 4 tersangka, dari salah satu kamar, polisi juga menyita 120 butir pil ekstasi dan alat cetaknya, 130 gram sabu dan 1 amp ganja. Yang paling ngeri, berdalih meningkatkan kaualitas obat geleng-geleng kepala yang telah beredar luas di beberapa diskotik itu, para pelaku juga menggunakan soda api sebagai bahan bakunya.

Esera Mey Sarah Zai  (19) warga Jl. Percobaan, Dusun II, Kel. Tanjung Selamat, Kec. Medan Sunggal, H Anwar Ilahi MA  (33) warga Komplek Tasbi II, Blok 10 No 36, Kel. Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang, Ullia Suhendra (26) warga Nibong Baroh, Aceh dan Syarifuddin (49) warga Jl. H Asmat, Kebon Jeruk, Jakarta adalah nama keempat pelaku.

Saat ditemui kru koran ini, Sarifuddin selaku pemilik rumah mengaku kalau ia ada teman-temannya baru sebulan tinggal di rumah yang dibelinya seseorang yang disebutnya bernama Ipul itu. “Rumah dan barang yang ada didalamnya kubeli dari Ipul. Semenjak aku tinggal di sini, aku belum ada memeriksa apa saja barang yang ada di dalam,” kilah Sarifuddin.

Bahkan, diduga untuk meringankan hukuman, Sarifuddin dan dua temannya ngotot kalau mereka hanya berstatus pegawai Ipul yang sampai saat ini masih dalam pencarian polisi. Meski Syarifuddin, Anwar dan Suhendra berkelit, tapi tidak bagi Sarah. Wanita yang jadi selingkuhan Sarifuddin yang ikut dibekuk dalam penggerebekan membenarkan kalau rumah tersebut memang dijadikan ketiga pelaku untuk membuat ekstasi. Meski mengetahui, tapi wanita itu membantah terlibat. Ia berdalih hanya sebagai tamu. “Saya baru sebulan kenal mereka melalui teman saya. Aku bukan pemakai dan pengedar,” ucap Sarah.

Sementara itu, Suhendra yang ngaku berstatus mahasiswa semester akhir di Universitas Malikul Saleh Aceh itu ngaku baru seminggu tinggal di lokasi, dan menyangkal terlibat dalam pembuatan pil haram tersebut. Suhendra berdalih datang ke Medan untuk mencari pekerjaan. Ia diijinkan nginap di sana karena kebetulan kenal dengan istri Ipul.

Hal senada juga dikatakan Anwar. Pria yang berstatus pegawai BUMD di Lhokseumawe berdalih kedatangannya ke lokasi untuk mengambil tiket pulang ke Aceh. “Sebelumnya saya memang sempat menelepon Sarifuddin, karena nggak aktif, akhirnya saya pamit ke istri untuk langsung menjemput dengan mendatangi rumahnya,” ucap Anwar.

 

WARGA KIRA PNS

Usai menggerebek lokasi dan memboyong para pelaku dan barang bukti ke Poldasu. Selasa (10/12) siang,  Dit Narkoba Poldasu kembali menggeledah lokasi. Saat itu, polisi turut membawa dua pelaku, yakni Anwar dan Aulia. Selain memeriksa seluruh ruangan termasuk kamar, petugas juga turut memeriksa lantai dua tempat para penghuni rumah menjemur pakaian.

Namun dalam penggeladahan itu, polisi yang datang menggunakan dua unit mobil itu tak mendapatkan barang bukti lainnya. Fatimah dan puluhan warga sekitar yang sempat heboh mengaku tak menyangka kalau selama ini rumah tersebut dijadikan pemiliknya jadi pabrik narkoba. Bahkan, selama ini warga mengira para pelaku adalah pegawai negeri sipil.

“Saya kira penghuni rumah itu PNS, soalnya saya sering melihat ada sepeda motor plat merah keluar dari rumah itu,” ucap ibu paruh baya itu. Sementara itu, warga lain yang sempat ditemui reporter mengatakan, kalau rumah itu dihuni sekitar lima orang, tiga pria dan dua wanita.”Saya nggak tau pasti apa kegiatan orang yang ada di dalam rumah itu, kalau penghuni masuk rumah, mereka langsung mengunci pintu. Pintu baru terbuka saat yang perempuan menyapu rumah,” ucap warga bernama Khairul.

Saat ditanya siapa saja tamu yang kerap datang ke rumah itu, warga mengaku tak tau. “Saya tak tau pasti siapa aja tamunya, tapi memang sering ada tamunya yang datang mengendarai mobil putih dan hitam jenis Avanza. Tapi biasanya mereka datang larus malam,” tambah warga yang tak sedikit pun menaruh curiga atas aktivitas para penghuni yang menurutnya sudah ada sekira 4 bulan menempati rumah tersebut. Sementara itu, Zulkarnain seorang satpam yang ikut mengawal petugas polisi dalam penggeledahan ulang, saat ditanyai reporter terkait penghuni rumah, menolak untuk memberikan keterangan. (gus)

Terpisah, Dir Narkoba Poldasu, Kombes Pol Toga H Panjaitan yang ditemui di lokasi mengaku pihaknya telah melidik aksifitas para pelaku seminggu belakangan. “Dari penggerebekan ini, kita mengamankan 1200 butir ekstasi siap edar, 130 gram sabu-sabu,  amplop ganja, beserta alat cetak dan bahan baku pembuatan narkoba,” ucapnya didampingi. Wadir Narkoba Poldasu, AKBP Yustan. “Sampai saat ini keempatnya masih kita periksa,” ucapnya. Menurutnya, untuk membuat pil ekstasi tersebut para tersangka kerap membeli bahan-bahan ramuannya di apotik. “Bahan-bahannya banyak mereka beli di apotik,” sambungnya.

Dengan menggunakan mesin cetak ekstasi, para tersangka ini lalu mencampurkan bahan-bahan berupa efantrin, CTL, obat batu serta soda api. “Banyak campurannya, afantrin, obat batuk, ACL, soda api pun ada. Tapi saya nggak ingat semuanya, karena banyak kali yang dicampur mereka,” jelasnya.

Orang nomor satu di Narkoba Polda Sumut ini mengatakan, kalau otak pelaku pembuatan pil geleng-geleng kepala tersebut adalah Sarifuddin. Maish kata Toga, bisnis membuat pil ekstasi itu sudah 4 bulan lamanya dilakoni tersangka. “Mereka sudah beroperasi selama 4 bulan dan setiap harinya mereka dapat memproduksi 100 butir ekstasi yang kerap diedarkan di beberapa tempat hiburan malam di Medan,” paparnya.

Saat ditanya kualitas pil ekstasi yang diproduksi para tersangka, Toga mengaku kalau kualitasnya tidak bagus karena bahan-bahan yang digunakan banyak dibeli dari apotik. “Nggak bagus kualitasnya, karena bahan-bahannya aja banyak mereka beli di apotik,” cetusnya.

Toga juga membantah kalau salah seorang tersangka yang diamankannya adalah oknum PNS. “Nggak ada, pegawai swasta. Yang kuliahnya pun nggak ada, pegawai swasta semua,” tandasnya. (gus/ind/eza/deo)

Foto: Indra/Posmetro Medan/JPNN Para tersangka pemilik home industry ekstasi di Komplek Tasbi-Medan. Dari kiri ke kanan: Esera Mey Sarah Zai, H Anwar Ilahi MA, Ullia Suhendra, Syarifuddin.
Foto: Indra/Posmetro Medan/JPNN
Para tersangka pemilik home industry ekstasi di Komplek Tasbi-Medan. Dari kiri ke kanan: Esera Mey Sarah Zai, H Anwar Ilahi MA, Ullia Suhendra, Syarifuddin.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Petugas Dit Narkoba Poldasu menggerebek sebuah rumah mewah di Blok V No. 9, Komplek Taman Setia Budi Indah (Tasbi) Medan yang dijadikan tempat pembuatan (home industri) ekstasi, Senin (9/12) sekira pukul 23.00 WIB.

Selain mengamankan 4 tersangka, dari salah satu kamar, polisi juga menyita 120 butir pil ekstasi dan alat cetaknya, 130 gram sabu dan 1 amp ganja. Yang paling ngeri, berdalih meningkatkan kaualitas obat geleng-geleng kepala yang telah beredar luas di beberapa diskotik itu, para pelaku juga menggunakan soda api sebagai bahan bakunya.

Esera Mey Sarah Zai  (19) warga Jl. Percobaan, Dusun II, Kel. Tanjung Selamat, Kec. Medan Sunggal, H Anwar Ilahi MA  (33) warga Komplek Tasbi II, Blok 10 No 36, Kel. Tanjung Sari, Kec. Medan Selayang, Ullia Suhendra (26) warga Nibong Baroh, Aceh dan Syarifuddin (49) warga Jl. H Asmat, Kebon Jeruk, Jakarta adalah nama keempat pelaku.

Saat ditemui kru koran ini, Sarifuddin selaku pemilik rumah mengaku kalau ia ada teman-temannya baru sebulan tinggal di rumah yang dibelinya seseorang yang disebutnya bernama Ipul itu. “Rumah dan barang yang ada didalamnya kubeli dari Ipul. Semenjak aku tinggal di sini, aku belum ada memeriksa apa saja barang yang ada di dalam,” kilah Sarifuddin.

Bahkan, diduga untuk meringankan hukuman, Sarifuddin dan dua temannya ngotot kalau mereka hanya berstatus pegawai Ipul yang sampai saat ini masih dalam pencarian polisi. Meski Syarifuddin, Anwar dan Suhendra berkelit, tapi tidak bagi Sarah. Wanita yang jadi selingkuhan Sarifuddin yang ikut dibekuk dalam penggerebekan membenarkan kalau rumah tersebut memang dijadikan ketiga pelaku untuk membuat ekstasi. Meski mengetahui, tapi wanita itu membantah terlibat. Ia berdalih hanya sebagai tamu. “Saya baru sebulan kenal mereka melalui teman saya. Aku bukan pemakai dan pengedar,” ucap Sarah.

Sementara itu, Suhendra yang ngaku berstatus mahasiswa semester akhir di Universitas Malikul Saleh Aceh itu ngaku baru seminggu tinggal di lokasi, dan menyangkal terlibat dalam pembuatan pil haram tersebut. Suhendra berdalih datang ke Medan untuk mencari pekerjaan. Ia diijinkan nginap di sana karena kebetulan kenal dengan istri Ipul.

Hal senada juga dikatakan Anwar. Pria yang berstatus pegawai BUMD di Lhokseumawe berdalih kedatangannya ke lokasi untuk mengambil tiket pulang ke Aceh. “Sebelumnya saya memang sempat menelepon Sarifuddin, karena nggak aktif, akhirnya saya pamit ke istri untuk langsung menjemput dengan mendatangi rumahnya,” ucap Anwar.

 

WARGA KIRA PNS

Usai menggerebek lokasi dan memboyong para pelaku dan barang bukti ke Poldasu. Selasa (10/12) siang,  Dit Narkoba Poldasu kembali menggeledah lokasi. Saat itu, polisi turut membawa dua pelaku, yakni Anwar dan Aulia. Selain memeriksa seluruh ruangan termasuk kamar, petugas juga turut memeriksa lantai dua tempat para penghuni rumah menjemur pakaian.

Namun dalam penggeladahan itu, polisi yang datang menggunakan dua unit mobil itu tak mendapatkan barang bukti lainnya. Fatimah dan puluhan warga sekitar yang sempat heboh mengaku tak menyangka kalau selama ini rumah tersebut dijadikan pemiliknya jadi pabrik narkoba. Bahkan, selama ini warga mengira para pelaku adalah pegawai negeri sipil.

“Saya kira penghuni rumah itu PNS, soalnya saya sering melihat ada sepeda motor plat merah keluar dari rumah itu,” ucap ibu paruh baya itu. Sementara itu, warga lain yang sempat ditemui reporter mengatakan, kalau rumah itu dihuni sekitar lima orang, tiga pria dan dua wanita.”Saya nggak tau pasti apa kegiatan orang yang ada di dalam rumah itu, kalau penghuni masuk rumah, mereka langsung mengunci pintu. Pintu baru terbuka saat yang perempuan menyapu rumah,” ucap warga bernama Khairul.

Saat ditanya siapa saja tamu yang kerap datang ke rumah itu, warga mengaku tak tau. “Saya tak tau pasti siapa aja tamunya, tapi memang sering ada tamunya yang datang mengendarai mobil putih dan hitam jenis Avanza. Tapi biasanya mereka datang larus malam,” tambah warga yang tak sedikit pun menaruh curiga atas aktivitas para penghuni yang menurutnya sudah ada sekira 4 bulan menempati rumah tersebut. Sementara itu, Zulkarnain seorang satpam yang ikut mengawal petugas polisi dalam penggeledahan ulang, saat ditanyai reporter terkait penghuni rumah, menolak untuk memberikan keterangan. (gus)

Terpisah, Dir Narkoba Poldasu, Kombes Pol Toga H Panjaitan yang ditemui di lokasi mengaku pihaknya telah melidik aksifitas para pelaku seminggu belakangan. “Dari penggerebekan ini, kita mengamankan 1200 butir ekstasi siap edar, 130 gram sabu-sabu,  amplop ganja, beserta alat cetak dan bahan baku pembuatan narkoba,” ucapnya didampingi. Wadir Narkoba Poldasu, AKBP Yustan. “Sampai saat ini keempatnya masih kita periksa,” ucapnya. Menurutnya, untuk membuat pil ekstasi tersebut para tersangka kerap membeli bahan-bahan ramuannya di apotik. “Bahan-bahannya banyak mereka beli di apotik,” sambungnya.

Dengan menggunakan mesin cetak ekstasi, para tersangka ini lalu mencampurkan bahan-bahan berupa efantrin, CTL, obat batu serta soda api. “Banyak campurannya, afantrin, obat batuk, ACL, soda api pun ada. Tapi saya nggak ingat semuanya, karena banyak kali yang dicampur mereka,” jelasnya.

Orang nomor satu di Narkoba Polda Sumut ini mengatakan, kalau otak pelaku pembuatan pil geleng-geleng kepala tersebut adalah Sarifuddin. Maish kata Toga, bisnis membuat pil ekstasi itu sudah 4 bulan lamanya dilakoni tersangka. “Mereka sudah beroperasi selama 4 bulan dan setiap harinya mereka dapat memproduksi 100 butir ekstasi yang kerap diedarkan di beberapa tempat hiburan malam di Medan,” paparnya.

Saat ditanya kualitas pil ekstasi yang diproduksi para tersangka, Toga mengaku kalau kualitasnya tidak bagus karena bahan-bahan yang digunakan banyak dibeli dari apotik. “Nggak bagus kualitasnya, karena bahan-bahannya aja banyak mereka beli di apotik,” cetusnya.

Toga juga membantah kalau salah seorang tersangka yang diamankannya adalah oknum PNS. “Nggak ada, pegawai swasta. Yang kuliahnya pun nggak ada, pegawai swasta semua,” tandasnya. (gus/ind/eza/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/