27.8 C
Medan
Thursday, May 9, 2024

Perwira Polisi Marah-marah & Hadang Warga Masuk Perumahan

Foto: PM Yurika, warga perumahan Perumahan Vila Permata, Jalan Pertahanan Kecamatan Patumbak, Medan,  yang dihadang Kompol Roland Purba, Sabtu (10/10/2015).
Foto: PM
Yurika, warga perumahan Perumahan Vila Permata, Jalan Pertahanan Kecamatan Patumbak, Medan, yang dihadang Kompol Roland Purba, Sabtu (10/10/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang perwira polisi, Kompol Roland Purba, dituduh melakukan ‘pemerasan’ dengan dalih uang kebersihan. Perwira yang bertugas di Poldasu ini juga dilapor menganiaya Yurika Armayai Efendy (31), seorang ibu rumah tangga yang berstatus tetangganya.

Penuturan Yurika, pada Sabtu (10/10) sekira pukul 21.25 WIB lalu, dirinya mengendarai mobil Agya BK 1098 OJ, hendak pulang ke kediamannya di Perumahan Vila Permata, Jalan Pertahanan Kecamatan Patumbak. Tapi atas perintah Kompol Roland, mobil korban dihadang satpam perumahan bernama Sugeng dan Roy.

“Saya sudah 6 tahun tinggal di perumahan itu, baru kali itu saya dan beberapa warga lain tidak diperbolehkan masuk oleh satpam,” kata Yurika, Minggu (11/10).

Tak terima, Yurika dan beberapa warga pun menanyakan alasan satpam menutup pagar perumahan itu. Namun sayang, pertanyaan Yurika justru mendapat jawaban yang tak mengenakkan. “Kau buka saja sendiri,” kata Yurika meniru ucapan Sugeng padanya.

Tak ingin ribut, Yurika pun membuka pagar besi itu dengan mendorongnya. Saat itulah Kompol Roland datang dan langsung menolak tubuh Yurika hingga kepalanya memar menghantam besi. “Tiba-tiba saja tubuh saya ditolaknya ke belakang menggunakan 2 tangan. Kubilanglah sama dia (Kompol Roland) kok nolak-nolak kau. Dan dijawabnya, jangan macam-macam kau di sini, mati kau nanti kubuat,” ujar Yurika mengulang ancaman Kompol Roland.

Percekcokan mulut terjadi. Melihat keributan itu, ibu Rubini juga warga komplek sama langsung teriak minta tolong hingga mengundang perhatian puluhan warga yang langsung memegangi tubuh Kompol Roland yang emosi.

“Untunglah ada buk Rubini, kalau tidak saya hampir dipukulnya bang, sampai-sampai bapak-bapak di sana memegang badan polisi itu karena dia kayak orang kesetanan lihat saya,” kenang Yurika lagi.

Tak senang dengan perbuatan Kompol Roland, Yurika dan keluarganya pun membuat laporan ke Polda Sumut. “Kepala saya memar, oyong dan muntah saat kejadian. Malam itu juga saya buat laporan ke Polda Sumut, dan visum di Poloklinik Rumah Sakit Umun Nur Sa’adah Jl Raya Medan,” cetusnya sembari menunjukan bukti laporannya No: LP/1227/X/2015 SPKt ‘III’ tanggal 10 Oktober.

Usut punya usut, perlakukan kasar yang dilakukan Kompol Roland dikarnakan Yurika dan beberapa warga yang lain enggan menyetor uang kebersihan padanya. “Di sini dia (Kompol Rolan) merasa sebagai ketua security. Setiap bulan meminta uang kebersihan kepada kami warga komplek. Kami yang tidak mau memberi karena dia tidak memiliki surat-surat yang jelas. Selama ini kami bayar uang kebersihan pada penanggung jawab komplek yang resmi,” akunya.

Ternyata bukan Yurika saja yang pernah mendapakan perlakukan kasar dari Kompol Roland. Eti warga yang sama juga mengaku pernah mengalami nasib yang sama.

“Saat itu saya juga sedang mau pulang dek, dan tiba-tiba saja ditutup mereka gerbang masuk perumahan. “Mau apa kau kalau kututup? Aku yang nyuruh satpam ini jadi mau apa kau?” bentak Kompol Roland kala itu.

Di mata warga komplek, Kompol Roland bukanlah polisi yang baik. “Dia di sini baru setahun, tapi gayanya sok hebat kali. Cakap dengan kami dengan bahasa binatang, dianggapnya sampah kami di sini,” kesal warga warga Komplek Vila Permata.

Masih kata warga komplek, baru-baru ini Kompol Roland memarahi warga dengan omongan yang sangat kasar.”Kemarin dia (Kompol Roland) datang ke rumah bu Awi karena bu Awi tidak bayar uang iuran kebersihan kepada dia. Polisi itu datang dengan marah-marah sampai-sampai anak Buk Awi yang masih kecil pun menangis. Akibat ulang si Kompol itu,” celoteh warga diamini Awi.

Warga sekomplek mengaku sangat menyayangkan tingkah laku polisi tersebut. “Dia polisi seharunya melindungi kami, bukan merampok. Kami bayar iuran kebersihan kepada yang resmi hanya Rp20 ribu per bulan. Sedangkan dia minta Rp 70 ribu per bulan. Kami ingin polisi itu ditindak tegas karena mengganggu kenyamanan kami di perumahan ini,” tandas warga.

Hingga berita ini dilansir, Kompol Roland belum berhasil dikonfirmasi. Sementara itu, Kabid Humas Poldasu Kombes Helfi Assegaf mengaku akan mengecek laporan korban dan mendalami kronologisnya. “Setiap masyarakat berhak mendapat perlindungan hukum. Nanti saya cek ya. Kalau memang sudah buat laporan, pasti ditindaklanjuti,” janji Helfi. (mag-1/gib/deo)

Foto: PM Yurika, warga perumahan Perumahan Vila Permata, Jalan Pertahanan Kecamatan Patumbak, Medan,  yang dihadang Kompol Roland Purba, Sabtu (10/10/2015).
Foto: PM
Yurika, warga perumahan Perumahan Vila Permata, Jalan Pertahanan Kecamatan Patumbak, Medan, yang dihadang Kompol Roland Purba, Sabtu (10/10/2015).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Seorang perwira polisi, Kompol Roland Purba, dituduh melakukan ‘pemerasan’ dengan dalih uang kebersihan. Perwira yang bertugas di Poldasu ini juga dilapor menganiaya Yurika Armayai Efendy (31), seorang ibu rumah tangga yang berstatus tetangganya.

Penuturan Yurika, pada Sabtu (10/10) sekira pukul 21.25 WIB lalu, dirinya mengendarai mobil Agya BK 1098 OJ, hendak pulang ke kediamannya di Perumahan Vila Permata, Jalan Pertahanan Kecamatan Patumbak. Tapi atas perintah Kompol Roland, mobil korban dihadang satpam perumahan bernama Sugeng dan Roy.

“Saya sudah 6 tahun tinggal di perumahan itu, baru kali itu saya dan beberapa warga lain tidak diperbolehkan masuk oleh satpam,” kata Yurika, Minggu (11/10).

Tak terima, Yurika dan beberapa warga pun menanyakan alasan satpam menutup pagar perumahan itu. Namun sayang, pertanyaan Yurika justru mendapat jawaban yang tak mengenakkan. “Kau buka saja sendiri,” kata Yurika meniru ucapan Sugeng padanya.

Tak ingin ribut, Yurika pun membuka pagar besi itu dengan mendorongnya. Saat itulah Kompol Roland datang dan langsung menolak tubuh Yurika hingga kepalanya memar menghantam besi. “Tiba-tiba saja tubuh saya ditolaknya ke belakang menggunakan 2 tangan. Kubilanglah sama dia (Kompol Roland) kok nolak-nolak kau. Dan dijawabnya, jangan macam-macam kau di sini, mati kau nanti kubuat,” ujar Yurika mengulang ancaman Kompol Roland.

Percekcokan mulut terjadi. Melihat keributan itu, ibu Rubini juga warga komplek sama langsung teriak minta tolong hingga mengundang perhatian puluhan warga yang langsung memegangi tubuh Kompol Roland yang emosi.

“Untunglah ada buk Rubini, kalau tidak saya hampir dipukulnya bang, sampai-sampai bapak-bapak di sana memegang badan polisi itu karena dia kayak orang kesetanan lihat saya,” kenang Yurika lagi.

Tak senang dengan perbuatan Kompol Roland, Yurika dan keluarganya pun membuat laporan ke Polda Sumut. “Kepala saya memar, oyong dan muntah saat kejadian. Malam itu juga saya buat laporan ke Polda Sumut, dan visum di Poloklinik Rumah Sakit Umun Nur Sa’adah Jl Raya Medan,” cetusnya sembari menunjukan bukti laporannya No: LP/1227/X/2015 SPKt ‘III’ tanggal 10 Oktober.

Usut punya usut, perlakukan kasar yang dilakukan Kompol Roland dikarnakan Yurika dan beberapa warga yang lain enggan menyetor uang kebersihan padanya. “Di sini dia (Kompol Rolan) merasa sebagai ketua security. Setiap bulan meminta uang kebersihan kepada kami warga komplek. Kami yang tidak mau memberi karena dia tidak memiliki surat-surat yang jelas. Selama ini kami bayar uang kebersihan pada penanggung jawab komplek yang resmi,” akunya.

Ternyata bukan Yurika saja yang pernah mendapakan perlakukan kasar dari Kompol Roland. Eti warga yang sama juga mengaku pernah mengalami nasib yang sama.

“Saat itu saya juga sedang mau pulang dek, dan tiba-tiba saja ditutup mereka gerbang masuk perumahan. “Mau apa kau kalau kututup? Aku yang nyuruh satpam ini jadi mau apa kau?” bentak Kompol Roland kala itu.

Di mata warga komplek, Kompol Roland bukanlah polisi yang baik. “Dia di sini baru setahun, tapi gayanya sok hebat kali. Cakap dengan kami dengan bahasa binatang, dianggapnya sampah kami di sini,” kesal warga warga Komplek Vila Permata.

Masih kata warga komplek, baru-baru ini Kompol Roland memarahi warga dengan omongan yang sangat kasar.”Kemarin dia (Kompol Roland) datang ke rumah bu Awi karena bu Awi tidak bayar uang iuran kebersihan kepada dia. Polisi itu datang dengan marah-marah sampai-sampai anak Buk Awi yang masih kecil pun menangis. Akibat ulang si Kompol itu,” celoteh warga diamini Awi.

Warga sekomplek mengaku sangat menyayangkan tingkah laku polisi tersebut. “Dia polisi seharunya melindungi kami, bukan merampok. Kami bayar iuran kebersihan kepada yang resmi hanya Rp20 ribu per bulan. Sedangkan dia minta Rp 70 ribu per bulan. Kami ingin polisi itu ditindak tegas karena mengganggu kenyamanan kami di perumahan ini,” tandas warga.

Hingga berita ini dilansir, Kompol Roland belum berhasil dikonfirmasi. Sementara itu, Kabid Humas Poldasu Kombes Helfi Assegaf mengaku akan mengecek laporan korban dan mendalami kronologisnya. “Setiap masyarakat berhak mendapat perlindungan hukum. Nanti saya cek ya. Kalau memang sudah buat laporan, pasti ditindaklanjuti,” janji Helfi. (mag-1/gib/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/