SUMUTPOS.CO – Diki Sepiandi yang ditemui kru koran ini tampak syok mendengar pengakuan Sari yang menudingnya menganiaya Dimas hingga meninggal dunia. Raut kecewa dan tak percaya, terpancar jelas dari wajah warga Jl. Guru Sinembah Satu, Kel. Helvetia Timur, Kec. Medan Helvetia itu.
“Astagfirullah, tidak benar itu bang. Kok tega dia (Sari-red) kayak gitu ya? Padahal, dia tau kalau aku sayang kali sama Dimas. Selama sebulan ini dia memang tinggal sama kami, saya sama sekali tidak pernah memukul Dimas. Kalau memarahi itu kan wajar bang. Kalau mukul, saya tidak pernah bang,” ucapnya membuka pembicaraan sembari menggelengkan kepalanya.
Kemudian, lelaki bertubuh kurus tersebut pun bercerita mengenai perkenalannya dengan Sari. Dikatakannya, perkenalan tersebut terjadi di tahun 2013 silam lantaran Sari bekerja di dekat rumahnya.
“Dari situlah, kami pun sering berkomunikasi bang,” ucapnya. Diterangkan Diki, kala itu Sari mengakui kalau statusnya janda beranak satu. Disamping itu, Sari juga mengaku sedang mengurus surat cerainya dengan suaminya lantaran tidak memberinya nafkah sejak Dimas di kandungannya. “Sesudah resmi cerailah baru kami resmi pacaran. Selama pacaran dia baik, sampai akhirnya terjadi insiden yang mengakibatkan dia hamil bang,” ucapnya.
Lebih lanjut, Diki mengatakan, sekira kandungan Sari berumur 7 bulan tersebut, dirinya dan keluarganya pun mendatangi kediaman Sari yang berada di Kec. Sawit Seberang, untuk memastikan bagaimana kelangsungan pernikahannya. Disitulah keluarga pun menentukan tanggal pernikahan mereka pada 26 Mei 2014 silam. “Pas hari pernikahan tersebut, saya dan keluarga saya termasuk Sari berangkat dari Medan menuju Sawit Sebrang. Sesampainya di sana, kamipun mau berangkat ke KUA, karena nikahnya di KUA bang,” ucapnya.
Namun, lanjut Diki, ibu Sari tidak mau berangkat melihat pernikahan mereka. Melihat hal itu, kepala lorong pun kemudian membujuk ibu Sari untuk menghadiri pernikahannya.
“Sesudah 2 jam berlalu, barulah ibunya mau berangkat ke KUA. Dalam pernikahan itu, ibunya didampingi kakaknya dan abang iparnya yang datang,” ucapnya.
Usai ijab kabul tersebut, lanjut Diki, mereka pun mengantar keluarga Sari pulang. Begitu sampai, mereka pun mau memberi uang jajan anak Sari, Dimas yang selama ini dirawat kakak Sari senilai Rp50 ribu. Karena mereka berencana akan membawa Dimas setelah Sari melahirkan.
“Tapi, kakak kandungnya bilang kalau dia tidak mau momong Dimas kalau seperti ini. Kemudian, abang iparnya langsung mencampakkan pakaian Dimas sambil menyuruh kami untuk membawa Dimas,” ungkapnya. Saat itu, tambahnya, Dimas menangis dan tidak mau mereka bawa. Tapi, Sari membawanya beserta pakaian Dimas yang sudah berserakan.
“Di dalam mobil Dimas nangis, namun ditengah perjalanan dia diam minta minum dan minta gorengan,” ucapnya sembari mengatakan kalau saat itu kehamilan Sari sudah memasuki 9 bulan. Kemudian, beber Diki, setelah pernikahan tersebut kehidupan rumah tangganya akur. Bahkan, jika Dimas tidak mau makan, Sari selalu ngomel.
“Setiap melihat itu, saya kemudian mengatakan kepada Sari untuk tidak marah. Dan kemudian, saya yang menyuapinya. Bahkan, saat saya kerja di SMS istri saya untuk pulang. Lantaran, Dimas tidak mau makan dan tidur lasak. Soalnya, sekali mamaknya pernah ditendangnya karena tidak mau disuruh tidur. Sayang kali aku sama dia (Dimas),” katanya.
Mengenai pernyataan Sari yang menyebut dirinya kerap mengikat kaki Dimas saat sedang tidur juga dibantah oleh Diki. Pasalnya, Diki mengaku dirinya tidak pernah mengikat kaki Dimas.
Tidak pernah saya ikat kakinya. Tapi, karena dia tidurnya lasak, kita akali dia pakai sarung. Makanya aku pun gak nyangka kok bisa kayak gitu bini aku. Padahal saya jarang di rumah,” ungkapnya. Saat disinggung bagaimana komunikasi antara dirinya dan mertuanya setelah menikah, Dimas mengaku jarang berkomunikasi dengan keluarga Sari. Pasalnya, mereka tidak mempunyai handphone. “Tapi entah apa salah saya makanya orangtuanya tidak suka sama saya,” ucapnya. (ind/deo)