30.6 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Pulang Melapor ke Polisi, Eh Dianiaya Lagi

Foto: Bayu/PM Dermawan boru Tampubolon, istri yang dipukuli suaminya hingga anak dalam kandungannya meninggal, saat membuat laporan di Polsek Sunggal.
Foto: Bayu/PM
Dermawan boru Tampubolon, istri yang dipukuli suaminya hingga anak dalam kandungannya meninggal, saat membuat laporan di Polsek Sunggal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penderitaan Dermawan boru Tampubolon (34) tak ada habisnya. Usai pulang melaporkan suaminya dalam kasus penganiayaan hingga mengakibatkan janin berusia 9 bulan di dalam kandungannya tewas, mantan marketing bank yang banting stir jadi pemulung ini, kembali dianiaya.

Kasus penganiayaan itu terulang, Minggu (18/5) malam. Lantaran takut Dermawan pun memutuskan lari dan menginap di rumah temannya di seputaran Jalan Seroja, Pasar IV Kel. Tanjung Sari, Kec. Sunggal pada malam itu.

“Dia (pelaku) tidak tahu kalau aku melaporkannya ke polisi. Pas malam sampai aku ke rumah, langsung aku dipukuli dan tidak memperbolehkan aku duduk di kursi, juga tinggal di rumah itu,” ujar korban saat ditemui kru koran ini, Senin (18/5) siang.

Dalam ketakutannya, Dermawan berharap agar polisi segera menangkap suaminya, Jonathan Hutahaean (43). “Memang udah tidak tahan kali aku. Dia itu pintar ngomong dan selalu bisa aku yang disalahkan. Dia pintar mengalihkan pembicaraan,” tukasnya.

Terkait pengaduannya sebelumnya di Polsek Sunggal, Dermawan mengaku rela melepaskan sang suami. “Kalau dia dipenjara kan bukan berarti cerai. Aku mau dia dapat pelajaran dulu, mana tahu dia bisa sadar,” pungkasnya.

Korban menambahkan, ke esokan harinya lantaran dia tidak tidur di rumah dan paginya datang untuk mengganti pakaian. Suaminya tidak lagi menganiayanya dan hanya berdiri di teras rumah sembari berbicara sendiri.

“Mungkin dia sudah tahu dari pemberitaaan. Tadi (Senin) pagi aku tidak ada dipukulnya lagi, pas aku udah siap mandi dan ganti baju dan mau pergi lagi sama anakku yang paling kecil. Dia hanya berdiri di teras aja sambil bilang kalau dia tidak takut,” ujarnya.

Di lain sisi, saat kru koran ini menyambangi kediaman pelaku. Rumah mereka tampak tertutup. Orang-orang yang berada di sekitar lokasi mengatakan suami korban sedang pergi mencari barang-barang bekas (botot).

“Nampak tadi baru pigi bawa becaknya mencari botot. Kalau kesehariannya biasa saja. Cuman kalau ada laki-laki sapaan sama istrinya, penglihatan suaminya sudah langsung sinis. Dan kemudian memukuli istrinya. Suka kali memang dia memukul istrinya,” ujar seorang tetangga korban yang enggan menyebutkan namanya.

Sementara menurut keterangan korban, hingga Senin pihak kepolisian Polsek Sunggal belum juga menerima laporan korban karena kurang berkas. Atas belum diprosesnya laporan tersebut, dia pun semakin takut untuk pulang ke rumah.

“Minggu sore kan sudah buat laporan awal. Trus kami di suruh visum. Surat visumnya udah keluar dari rumah sakit. Tapi belum bisa dilapor katanya karena masih kurang semalam kartu Nikah. Sekarang kami udah datang, tapi belum diterima juga, dan menyarankan supaya kami datang pagi-pagi. Makanya besok (Selasa) pagi rencana mau datang lagi.

Diberitakan sebelumnya, Dermawan boru Tampubolon alias Mak Arya dengan berderai air mata dan luka memar di sekujur tubuh, mendatangi Polsek Sunggal, Minggu (18/5) sekira pukul 17.30 WIB. Kepada polisi dan kru koran ini, ibu tiga ini mengaku sudah tak tahan tiap hari disiksa oleh suaminya. “Aku kemari mau melaporkan suamiku. Sudah nggak tahan lagi aku tiap hari disiksa dan dipukulinya. Bahkan karena pemukulan itu anakku yang masih dalam kandungan meninggal,” lirih wanita berambut sebahu yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung itu.

Dikisahkan korban, perbuatan tak manusiawi itu selalu dilakukan Jonathan di rumah mereka Jl. Seroja Pasar IV Tanjung Sari, Kec. Medan Sunggal, yang tak jauh dari tempat bersalin Bidan Elfina. Pemicunya beragam, tapi yang paling sering saat korban meminta uang belanja untuk kebutuhan sehari-hari yang selama ini tak pernah diberikan oleh Jonathan. Dan hampir setiap hari hal itulah yang kerap menjadi pemicu keributan hingga pemukulan yang dialami korban. Bahkan pemukulan tersebut menyebabkan bayi dalam kandungan yang berusia 9 bulan meninggal.

“Aku mau melaporkan kekejaman suamiku ini pak. Bayiku meninggal gara-gara dia,” lirih Dermawan terisak. Masih kata korban, bayi tak berdosa itu ia ketahui telah tiada sekitar 3 minggu lalu. Dimana kala itu korban yang hamil tua mendatangi Klinik Lupen yang tak jauh dari rumahnya. Saat itu Dermawan mengaku khawatir karena tak ada tanda-tanda dirinya akan segera melahirkan, padahal kandungannya sudah memasuki bulan ke-9. Namun setelah diperiksa, Dermawan baru sadar ternyata bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut telah tiada. “Tiga minggu lalu aku melahirkan di klinik, rupanya anakku di dalam kandungan sudah meninggal. Terkejut kali aku mendengarnya dari bidan itu,” kenang korban yang tak henti-hentinya menitihkan air mata. (tun/bd)

Foto: Bayu/PM Dermawan boru Tampubolon, istri yang dipukuli suaminya hingga anak dalam kandungannya meninggal, saat membuat laporan di Polsek Sunggal.
Foto: Bayu/PM
Dermawan boru Tampubolon, istri yang dipukuli suaminya hingga anak dalam kandungannya meninggal, saat membuat laporan di Polsek Sunggal.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penderitaan Dermawan boru Tampubolon (34) tak ada habisnya. Usai pulang melaporkan suaminya dalam kasus penganiayaan hingga mengakibatkan janin berusia 9 bulan di dalam kandungannya tewas, mantan marketing bank yang banting stir jadi pemulung ini, kembali dianiaya.

Kasus penganiayaan itu terulang, Minggu (18/5) malam. Lantaran takut Dermawan pun memutuskan lari dan menginap di rumah temannya di seputaran Jalan Seroja, Pasar IV Kel. Tanjung Sari, Kec. Sunggal pada malam itu.

“Dia (pelaku) tidak tahu kalau aku melaporkannya ke polisi. Pas malam sampai aku ke rumah, langsung aku dipukuli dan tidak memperbolehkan aku duduk di kursi, juga tinggal di rumah itu,” ujar korban saat ditemui kru koran ini, Senin (18/5) siang.

Dalam ketakutannya, Dermawan berharap agar polisi segera menangkap suaminya, Jonathan Hutahaean (43). “Memang udah tidak tahan kali aku. Dia itu pintar ngomong dan selalu bisa aku yang disalahkan. Dia pintar mengalihkan pembicaraan,” tukasnya.

Terkait pengaduannya sebelumnya di Polsek Sunggal, Dermawan mengaku rela melepaskan sang suami. “Kalau dia dipenjara kan bukan berarti cerai. Aku mau dia dapat pelajaran dulu, mana tahu dia bisa sadar,” pungkasnya.

Korban menambahkan, ke esokan harinya lantaran dia tidak tidur di rumah dan paginya datang untuk mengganti pakaian. Suaminya tidak lagi menganiayanya dan hanya berdiri di teras rumah sembari berbicara sendiri.

“Mungkin dia sudah tahu dari pemberitaaan. Tadi (Senin) pagi aku tidak ada dipukulnya lagi, pas aku udah siap mandi dan ganti baju dan mau pergi lagi sama anakku yang paling kecil. Dia hanya berdiri di teras aja sambil bilang kalau dia tidak takut,” ujarnya.

Di lain sisi, saat kru koran ini menyambangi kediaman pelaku. Rumah mereka tampak tertutup. Orang-orang yang berada di sekitar lokasi mengatakan suami korban sedang pergi mencari barang-barang bekas (botot).

“Nampak tadi baru pigi bawa becaknya mencari botot. Kalau kesehariannya biasa saja. Cuman kalau ada laki-laki sapaan sama istrinya, penglihatan suaminya sudah langsung sinis. Dan kemudian memukuli istrinya. Suka kali memang dia memukul istrinya,” ujar seorang tetangga korban yang enggan menyebutkan namanya.

Sementara menurut keterangan korban, hingga Senin pihak kepolisian Polsek Sunggal belum juga menerima laporan korban karena kurang berkas. Atas belum diprosesnya laporan tersebut, dia pun semakin takut untuk pulang ke rumah.

“Minggu sore kan sudah buat laporan awal. Trus kami di suruh visum. Surat visumnya udah keluar dari rumah sakit. Tapi belum bisa dilapor katanya karena masih kurang semalam kartu Nikah. Sekarang kami udah datang, tapi belum diterima juga, dan menyarankan supaya kami datang pagi-pagi. Makanya besok (Selasa) pagi rencana mau datang lagi.

Diberitakan sebelumnya, Dermawan boru Tampubolon alias Mak Arya dengan berderai air mata dan luka memar di sekujur tubuh, mendatangi Polsek Sunggal, Minggu (18/5) sekira pukul 17.30 WIB. Kepada polisi dan kru koran ini, ibu tiga ini mengaku sudah tak tahan tiap hari disiksa oleh suaminya. “Aku kemari mau melaporkan suamiku. Sudah nggak tahan lagi aku tiap hari disiksa dan dipukulinya. Bahkan karena pemukulan itu anakku yang masih dalam kandungan meninggal,” lirih wanita berambut sebahu yang sehari-hari bekerja sebagai pemulung itu.

Dikisahkan korban, perbuatan tak manusiawi itu selalu dilakukan Jonathan di rumah mereka Jl. Seroja Pasar IV Tanjung Sari, Kec. Medan Sunggal, yang tak jauh dari tempat bersalin Bidan Elfina. Pemicunya beragam, tapi yang paling sering saat korban meminta uang belanja untuk kebutuhan sehari-hari yang selama ini tak pernah diberikan oleh Jonathan. Dan hampir setiap hari hal itulah yang kerap menjadi pemicu keributan hingga pemukulan yang dialami korban. Bahkan pemukulan tersebut menyebabkan bayi dalam kandungan yang berusia 9 bulan meninggal.

“Aku mau melaporkan kekejaman suamiku ini pak. Bayiku meninggal gara-gara dia,” lirih Dermawan terisak. Masih kata korban, bayi tak berdosa itu ia ketahui telah tiada sekitar 3 minggu lalu. Dimana kala itu korban yang hamil tua mendatangi Klinik Lupen yang tak jauh dari rumahnya. Saat itu Dermawan mengaku khawatir karena tak ada tanda-tanda dirinya akan segera melahirkan, padahal kandungannya sudah memasuki bulan ke-9. Namun setelah diperiksa, Dermawan baru sadar ternyata bayi berjenis kelamin laki-laki tersebut telah tiada. “Tiga minggu lalu aku melahirkan di klinik, rupanya anakku di dalam kandungan sudah meninggal. Terkejut kali aku mendengarnya dari bidan itu,” kenang korban yang tak henti-hentinya menitihkan air mata. (tun/bd)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/