30 C
Medan
Saturday, May 25, 2024

Pelaku: Semua Sudah Terjadi, Biarlah Aku Dipenjara

FOTO: GATHA GINTING/PM Efan Rusmana, pelaku penggorok pacarnya Marliza di depan umum, saat dipaparkan di Mapolresta, Medan, Selasa (22/9).
FOTO: GATHA GINTING/PM
Efan Rusmana, pelaku penggorok pacarnya Marliza di depan umum, saat dipaparkan di Mapolresta, Medan, Selasa (22/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyesalan memang selalu datang terlambat. Setidaknya hal itu yang dirasakan Efan Rusmana (29) saat ini. Meski mengaku sangat menyesal telah menggorok mantan kekasihnya Marliza (21) hingga tewas, pengakuan itu tak cukup melepaskannya dari jeratan hukum. Sebaliknya, pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai bartender di Terminal Cafe Jl. Krakatau Medan terancam mendekam di penjara dalam waktu yang lama.

“Menyesal… pasti menyesal,” katanya saat ditemui Selasa (23/9) dengan wajah sayu.

Efan mengaku sangat menyayangi Liza dan bahkan ingin menikahi gadis tersebut. Tak sekedar menikahi, Efan pun begitu berharap bisa memiliki sepasang anak yang lahir dari rahim Liza. “Aku sayang sama dia, aku ingin menikahi dia. Aku juga pengen punya 2 anak dari rahimnya, sayang kali aku sama dia,” ulangnya.

Ia mengatakan, sebenarnya sama sekali tak berniat membunuh mantan kekasihnya itu. “Tak ada niatku untuk membunuh bang, waktu itu aku sudah telajur emosi karena dia tak mau balik pacaran samaku. Apalagi dia justru menuduh aku selingkuh. Di situ amarahku memuncak,” kata Efan.

Nasi sudah menjadi bubur. Efan hanya bisa meratapi ulahnya. Toh dengan pernyataan maaf dan hukuman berat yang akan dihadapinya tak akan bisa mengembalikan nyawa gadis asal Riau yang setahun dipacarinya itu.

“Semua sudah terjadi, apapun sudah tak bisa kembali lagi bang. Aku hanya bisa minta maaf dan menyesali perbuatanku. Biarlah aku bayar dengan hukuman di penjara, walaupun itu mungkin belum cukup karena pasti nanti semua akan membenciku,” kata pria bertubuh kurus itu.

Kenal dengan keluarga Liza? Efan mengaku baru mengenal adiknya, Azmi yang turut ia bacok. Saat ini Azmi masih menjalani perawatan di RS Adam Malik atas luka sabetan senjata tajam di sekujur tubuhnya.

“Belum kenal, cuma kenal adiknya aja. Itu pun karena sama tempat kerja bang. Kami pun jarang jalan, karena setiap hari jumpanya di tempat kerja. Begitulah dulu bang. Cuma, sekitar kurang lebih 2 bulan kami putus, dia mutusin dan aku gak mau, cuma dia bersikeras minta putus. Kuajak balik dia sudah tak mau,” terangnya mengenang awal permasalahan yang berujung kematian itu.

 

POSESIF

Psikolog Irna Minauli menilai jika pelaku adalah seorang yang sangat posesif sehingga ia merasa kekasihnya itu adalah miliknya semata.

“Ia ingin memiliki pasangannya itu seutuhnya ya, cuma caranya itu mungkin salah,” katanya.

Sifat posesif tersebut kemudian menggiring pelaku menjadi pribadi yang sangat pencemburu, sehingga timbul keinginan jika pasangannya itu tidak tertarik pada lelaki lain atau tak diminati lekaki lain.

Hal itu biasanya akan berujung pada pengendalian perilaku pasangan dengan cara memberikan perhatian berupa banyaknnya larangan-larangan atau pembatasan-pembatasan aktifitas terhadap kekasihnya. “Ini memang menyalahi ya, terkadang orang-orang seperti ini memiliki sifat perhatian berlebihan hingga tak jarang mereka ini memberikan larangan-larangan terhadap pasangan dengan harapan dirinyalah yang paling di dengar,” kata Irna. (wel/deo)

FOTO: GATHA GINTING/PM Efan Rusmana, pelaku penggorok pacarnya Marliza di depan umum, saat dipaparkan di Mapolresta, Medan, Selasa (22/9).
FOTO: GATHA GINTING/PM
Efan Rusmana, pelaku penggorok pacarnya Marliza di depan umum, saat dipaparkan di Mapolresta, Medan, Selasa (22/9).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Penyesalan memang selalu datang terlambat. Setidaknya hal itu yang dirasakan Efan Rusmana (29) saat ini. Meski mengaku sangat menyesal telah menggorok mantan kekasihnya Marliza (21) hingga tewas, pengakuan itu tak cukup melepaskannya dari jeratan hukum. Sebaliknya, pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai bartender di Terminal Cafe Jl. Krakatau Medan terancam mendekam di penjara dalam waktu yang lama.

“Menyesal… pasti menyesal,” katanya saat ditemui Selasa (23/9) dengan wajah sayu.

Efan mengaku sangat menyayangi Liza dan bahkan ingin menikahi gadis tersebut. Tak sekedar menikahi, Efan pun begitu berharap bisa memiliki sepasang anak yang lahir dari rahim Liza. “Aku sayang sama dia, aku ingin menikahi dia. Aku juga pengen punya 2 anak dari rahimnya, sayang kali aku sama dia,” ulangnya.

Ia mengatakan, sebenarnya sama sekali tak berniat membunuh mantan kekasihnya itu. “Tak ada niatku untuk membunuh bang, waktu itu aku sudah telajur emosi karena dia tak mau balik pacaran samaku. Apalagi dia justru menuduh aku selingkuh. Di situ amarahku memuncak,” kata Efan.

Nasi sudah menjadi bubur. Efan hanya bisa meratapi ulahnya. Toh dengan pernyataan maaf dan hukuman berat yang akan dihadapinya tak akan bisa mengembalikan nyawa gadis asal Riau yang setahun dipacarinya itu.

“Semua sudah terjadi, apapun sudah tak bisa kembali lagi bang. Aku hanya bisa minta maaf dan menyesali perbuatanku. Biarlah aku bayar dengan hukuman di penjara, walaupun itu mungkin belum cukup karena pasti nanti semua akan membenciku,” kata pria bertubuh kurus itu.

Kenal dengan keluarga Liza? Efan mengaku baru mengenal adiknya, Azmi yang turut ia bacok. Saat ini Azmi masih menjalani perawatan di RS Adam Malik atas luka sabetan senjata tajam di sekujur tubuhnya.

“Belum kenal, cuma kenal adiknya aja. Itu pun karena sama tempat kerja bang. Kami pun jarang jalan, karena setiap hari jumpanya di tempat kerja. Begitulah dulu bang. Cuma, sekitar kurang lebih 2 bulan kami putus, dia mutusin dan aku gak mau, cuma dia bersikeras minta putus. Kuajak balik dia sudah tak mau,” terangnya mengenang awal permasalahan yang berujung kematian itu.

 

POSESIF

Psikolog Irna Minauli menilai jika pelaku adalah seorang yang sangat posesif sehingga ia merasa kekasihnya itu adalah miliknya semata.

“Ia ingin memiliki pasangannya itu seutuhnya ya, cuma caranya itu mungkin salah,” katanya.

Sifat posesif tersebut kemudian menggiring pelaku menjadi pribadi yang sangat pencemburu, sehingga timbul keinginan jika pasangannya itu tidak tertarik pada lelaki lain atau tak diminati lekaki lain.

Hal itu biasanya akan berujung pada pengendalian perilaku pasangan dengan cara memberikan perhatian berupa banyaknnya larangan-larangan atau pembatasan-pembatasan aktifitas terhadap kekasihnya. “Ini memang menyalahi ya, terkadang orang-orang seperti ini memiliki sifat perhatian berlebihan hingga tak jarang mereka ini memberikan larangan-larangan terhadap pasangan dengan harapan dirinyalah yang paling di dengar,” kata Irna. (wel/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/