26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Mendingan Aku Rampok Toko Emas atau SPBU

Foto: Vona/PM Lambok Gultom mengaku bukan perampok, saat dirawat di rumah sakit.
Foto: Vona/PM
Lambok Gultom mengaku bukan perampok, saat dirawat di rumah sakit.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sembilan hari dirawat, kondisi Lambok Gultom (25) berangsur membaik. Warga Jl. Medan-Binjai km 10, Kec. Sunggal itu tak lagi berada di ruangan ICU RSUP H. Adam Malik Medan. Dia sudah dirawat di ruang umum Rindu B. Namun, Lambok belum bisa banyak bergerak dari tempat tidur. Kedua kakinya patah, sedangkan wajah dan tubuhnya dipenuhi luka jahitan.

Meski begitu, Lambok sudah bisa bercerita banyak terkait kejadian yang menimpanya. Ditemui kemarin (25/11), Lambok dijaga ayahnya, Selamet Gultom (52). Di ruangan itu, ada juga pasien umum lainnya.

Lambok tegas menyangkal tudingan perampokan yang –selama kritis dan temannya tewas- dituduhkan padanya. “Tak betul saya perampok Bang. Malam itu kami memang ditabrak, bukan merampok,” tegasnya.

Dia juga mengaku, Robin Marpaung ataupun Deni Siregar, yang bersamanya malam itu, adalah kenalan barunya. “Baru malam itu kami ketemu, di Petisah. Namanya satu suku, aku manggil dia Lae. Nama dia memang tidak tau aku,” kata Lambok.

Sambungnya, malam itu, dia memang minta tolong pada Deni. “Minta tolong aku sama dia agar diantar ke rumah kos ku di Jl. Binjai km 13,5. Di tengah jalan kami ditabrak dari dari belakang. Kalau abang tidak percaya boleh abang tanya di situ nama aku, orang itu semua tahu aku teknisi sevice gas,” katanya.

“Aku bukan perampok Bang, kerja saya teknisi gas di Medan. Aku juga sering dipanggil ke rumah-rumah memperbaiki gas rusak,” tambahnya, mengaku memasang gas sampai ke Pekanbaru.

“Kalau memang aku perampok, mendingan aku rampok aja toko emas atau galon SPBU yang ada di jalan jalan itu, sudah jelas banyak uangnya. Untuk apa pula aku merampok supir truk bermuatan sayur seperti itu. Paling, ada pun dibawa truk itu, sayur kol yang sudah busuk,” ujarnya seraya tertawa, walau kadang merasa kesakitan.

“Aku tidak ada merampok Bang, kerjaan juga ada. Mendingan aku jadi tukang parkir dari pada merampok. Demi Tuhan aku bukan perampok. Yang mereka tuduhkan itu semuanya itu tidak betul. Aku juga bingung polisi sempat menjaga aku. Aku juga bilang sama polisi itu, ngapain kalian di sini. Ngapain pula kalian jaga-jaga aku, apa salah aku,” kata Lambok mengulang percakapannya dengan polisi yang menjaganya.

Sementara, Slamet Gultom, mengaku bingung soal biaya perobatan. “Kami kesulitan cari uang sebanyak itu. Dari mana kami ambil. Anak saya mau dioperasi, namun kami belum punya uang, biayanya kurang lebih Rp9 juta. Ini saja mamak dia lagi nyari pinjaman uang. Mudah-mudahan dapat,” kata Slamet.

Mengapa tidak mengurus BPJS? “Sudah ada yang mengurus tapi belum selesai juga. Jadi terpaksa anak saya itu masuk pasien umum. Ada uang baru dioperasi. Mudah-mudahan Mamak dia nanti dapat pinjaman uang,” katanya denga sedih.

Humas RSUP H. Adam Malik Medan, Sairi Saragih ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, mengakku kemarin harusnya kaki Lambok dioperasi. “Namun karena pihak keluarga belum setuju, mereka masih berunding, jadi batal. Nanti kalau pihak keluarga sudah setuju pasti akan dioperasi,” katanya.

Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Sunggal, Iptu Adhie Putranto, mengatakan kalau hasil pemeriksaan saksi, Lambok dan temannya yang tewas adalah pelaku perampokan.”Dari hasil pemeriksaan tiga oraang saksi yakni korban dan anggota saya yang datang ke TKP. Lambok dan temannya ditetapkan sebagai tersangka pelaku perampokan,” terangnya, Selasa (25/11) sore.

Namun saat ditanyai mengenai pengakuan dari Lambok yang sudah sadar dan mengaku kalau mereka adalah korban tabrakan, dirinya mengatakan kalau akan melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

“Nanti dia (Lambok) akan kita tanyai dan di BAP kalau sudah sehat. Tetapi berdasarkan bukti sementara kalau uang dan HP milik korban ditemukan pada tersangka dan hal ini disaksikan oleh penjaga malam dan anggota kepolisian yang berada dilokasi,” ujarnya.(mag2/bay/trg)

Foto: Vona/PM Lambok Gultom mengaku bukan perampok, saat dirawat di rumah sakit.
Foto: Vona/PM
Lambok Gultom mengaku bukan perampok, saat dirawat di rumah sakit.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Sembilan hari dirawat, kondisi Lambok Gultom (25) berangsur membaik. Warga Jl. Medan-Binjai km 10, Kec. Sunggal itu tak lagi berada di ruangan ICU RSUP H. Adam Malik Medan. Dia sudah dirawat di ruang umum Rindu B. Namun, Lambok belum bisa banyak bergerak dari tempat tidur. Kedua kakinya patah, sedangkan wajah dan tubuhnya dipenuhi luka jahitan.

Meski begitu, Lambok sudah bisa bercerita banyak terkait kejadian yang menimpanya. Ditemui kemarin (25/11), Lambok dijaga ayahnya, Selamet Gultom (52). Di ruangan itu, ada juga pasien umum lainnya.

Lambok tegas menyangkal tudingan perampokan yang –selama kritis dan temannya tewas- dituduhkan padanya. “Tak betul saya perampok Bang. Malam itu kami memang ditabrak, bukan merampok,” tegasnya.

Dia juga mengaku, Robin Marpaung ataupun Deni Siregar, yang bersamanya malam itu, adalah kenalan barunya. “Baru malam itu kami ketemu, di Petisah. Namanya satu suku, aku manggil dia Lae. Nama dia memang tidak tau aku,” kata Lambok.

Sambungnya, malam itu, dia memang minta tolong pada Deni. “Minta tolong aku sama dia agar diantar ke rumah kos ku di Jl. Binjai km 13,5. Di tengah jalan kami ditabrak dari dari belakang. Kalau abang tidak percaya boleh abang tanya di situ nama aku, orang itu semua tahu aku teknisi sevice gas,” katanya.

“Aku bukan perampok Bang, kerja saya teknisi gas di Medan. Aku juga sering dipanggil ke rumah-rumah memperbaiki gas rusak,” tambahnya, mengaku memasang gas sampai ke Pekanbaru.

“Kalau memang aku perampok, mendingan aku rampok aja toko emas atau galon SPBU yang ada di jalan jalan itu, sudah jelas banyak uangnya. Untuk apa pula aku merampok supir truk bermuatan sayur seperti itu. Paling, ada pun dibawa truk itu, sayur kol yang sudah busuk,” ujarnya seraya tertawa, walau kadang merasa kesakitan.

“Aku tidak ada merampok Bang, kerjaan juga ada. Mendingan aku jadi tukang parkir dari pada merampok. Demi Tuhan aku bukan perampok. Yang mereka tuduhkan itu semuanya itu tidak betul. Aku juga bingung polisi sempat menjaga aku. Aku juga bilang sama polisi itu, ngapain kalian di sini. Ngapain pula kalian jaga-jaga aku, apa salah aku,” kata Lambok mengulang percakapannya dengan polisi yang menjaganya.

Sementara, Slamet Gultom, mengaku bingung soal biaya perobatan. “Kami kesulitan cari uang sebanyak itu. Dari mana kami ambil. Anak saya mau dioperasi, namun kami belum punya uang, biayanya kurang lebih Rp9 juta. Ini saja mamak dia lagi nyari pinjaman uang. Mudah-mudahan dapat,” kata Slamet.

Mengapa tidak mengurus BPJS? “Sudah ada yang mengurus tapi belum selesai juga. Jadi terpaksa anak saya itu masuk pasien umum. Ada uang baru dioperasi. Mudah-mudahan Mamak dia nanti dapat pinjaman uang,” katanya denga sedih.

Humas RSUP H. Adam Malik Medan, Sairi Saragih ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, mengakku kemarin harusnya kaki Lambok dioperasi. “Namun karena pihak keluarga belum setuju, mereka masih berunding, jadi batal. Nanti kalau pihak keluarga sudah setuju pasti akan dioperasi,” katanya.

Terpisah, Kanit Reskrim Polsek Sunggal, Iptu Adhie Putranto, mengatakan kalau hasil pemeriksaan saksi, Lambok dan temannya yang tewas adalah pelaku perampokan.”Dari hasil pemeriksaan tiga oraang saksi yakni korban dan anggota saya yang datang ke TKP. Lambok dan temannya ditetapkan sebagai tersangka pelaku perampokan,” terangnya, Selasa (25/11) sore.

Namun saat ditanyai mengenai pengakuan dari Lambok yang sudah sadar dan mengaku kalau mereka adalah korban tabrakan, dirinya mengatakan kalau akan melakukan pemeriksaan terhadap tersangka.

“Nanti dia (Lambok) akan kita tanyai dan di BAP kalau sudah sehat. Tetapi berdasarkan bukti sementara kalau uang dan HP milik korban ditemukan pada tersangka dan hal ini disaksikan oleh penjaga malam dan anggota kepolisian yang berada dilokasi,” ujarnya.(mag2/bay/trg)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/