MEDAN, SUMUTPOS.CO – Martin Agustinus Hutagaol, otak pembunuh Hamonangan Sipakkar masih dirawat intensif di ruang Seroja Isolasi RSUD Deliserdang. Ternyata, pria 22 tahun putus sekolah ini adalah residivis dan spesialis copet di sudut-sudut kota Medan.
Dengan selang infus di tangan kiri, dan sebelah kanannya diborgol ke besi tempat tidur, warga Jalan Menteng VII Gang Haji Nomor 2 C Medan ini menjawab beberapa pertanyaan wartawan, Selasa (26/7). Tepat di atas lutut kanannya, terlihat balutan perban, pasca ditembak polisi saat dia dibekuk.
Sulung dari dua bersaudara ini hanya mengecap pendidikan SMP. Tak memiliki pekerjaan menetap, menjadi spesialis copet adalah alternatif tepat. Alhasil, karena kasus kejahatan itu, dia mengaku pernah mendekam di penjara selama 8 bulan.
“Aku masuk penjara karena menjambret kalung di Jalan Pelajar Medan. Tapi kalung emas yang kujambret hilang karena aku dikeroyok massa,” akunya.
Menurut pengakuannya, setelah menghirup udara segar pada Desember 2015, sudah tiga kali menjambret. Pertama di Jalan STM Medan. Pada Maret 2016, tersangka menjambret HP Android merk Samsung milik Seorang wanita yang saat itu mengendarai sepedamotor Supra X 125 dan sedang berhenti karena menelefon.
“Aku jual HP android Samsung itu ke kawanku yang kuliah di PTKI seharga Rp1,1 juta,” ujarnya.
Selanjutnya Martin Agustinus Hutagaol melakukan aksi yang sama sebanyak dua kali di Jalan Alfalah Medan. Dua unit HP android merek Samsung berhasil dirampas. Barang hasil copet pun jadi uang.
Masih ada kata menyesal di benak pembunuh Hamonangan Sipakkar ini, karena menghabisi nyawa korban. Awalnya, katanya, dia hanya memberi peringatan saja. “Aku tidak ada niat mau menjual mobil korban itu, karena aku pun bingung mau dijual ke mana,” dalihnya.