BIRUBIRU, SUMUTPOS.CO – Kecemasan Evi Bulele Sarumaha (32) terbukti. Suaminya, Takiran Solumaha (36) yang tak pulang semalaman, ditemukan tewas bersimbah darah di dapur warung bakmi di Jalan Besar Delitua, Jumat (27/3) sekira pukul 08.30 WIB.
Padahal, saban sore, sebelum pulang ke Jalan Menteng VII Gg. Horas Ujung, Kec. Medan Denai, Takiran selalu menghubungi Evi. “Saya kuatir dengan suami. Biasa, sebelum pulang ke Menteng, dia selalu menelpon. Tapi kemarin (26/3), sampe malam, dia nggak ada menghubungi saya. Saya sempat resah, dan bertanya-tanya kenapa suami saya tidak ada menelpon,” kata Evi, sembari terisak saat ditemui di RSUP H Adam Malik Medan.
Ya, di sana, dia terlihat sendirian menunggui jasad Takiran yang tewas dengan 3 tikaman di rusuk kanannya. Tangis kerap terdengar dari Evi tiap kali terkenang suaminya itu. Curiga dan cemas, Evi coba menghubungi Takiran. Namun berulangkali ditelepon, ponselnya tak aktif.
Meski begitu, Evi tak menyusul ke warung yang dikontrak suaminya sejak 3 bulan silam tersebut. Dia menunggu di rumah. Esok paginya, Takiran juga belum pulang. Evi makin kuatir. Dia lalu menyuruh ketiga saudara laki-lakinya, yakni Antonius Sarumaha (31), Rofinus Sarumaha (28), Insafan Sarumaha (36) mendatangi warung.
Tiba di sana, ketiga adik ipar Takiran itu, sempat tak curiga melihat warung. Tergembok dari luar dan lampu masih menyala. Tapi mereka heran, karena biasanya pukul 08.00, warung sudah buka. Lagian, ipar mereka itu (Takiran) belum pulang semalaman. Ketiganya lalu sepakat membongkar gembok di pintu besi warung. Itupun setelah berulangkali dipanggil, tak ada sahutan dari dalam warung.
Usai merusak gembok, ketiganya masuk ke dalam warung yang berukuran sekitar 4×7 meter itu. Betapa kagetnya mereka setibanya di dapur. Mereka melihat suami kakak mereka, terkapar bersimbah darah dan sudah tak bernyawa. Temuan itu langsung dikabari ke Evi lewat telepon.
“Saya terus memikirkan suamiku, dan berprasangka ada apa, kok nggak nelpon. Jadi besok harinya aku menyuruh ketiga adikku itu mendatangi warung. Lalu, salah satu adikku menelpon, katanya suamiku sudah meninggal dibunuh orang,” lanjut Evi. “Dengar kata adikku, saya sempat lemas, tapi aku menyuruh mereka bertiga agar memberitahukan ke warga sekitar,” tambah Evi sambil menangis.