30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Busyett.. Guru BP Ini Sodomi Siswanya Berkali-kali

Sodomi-Ilustrasi
Sodomi-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perbuatan Irwansyah, guru BP di SMP Al Washliyah 4 Medan Unipa Jalan SM Raja, Patumbak ini sungguh keterlaluan. Dengan modus tak meluluskan korban, guru bejat ini berhasil 6 kali mencabuli anak didiknya berinisial MR (15), warga Jalan Brigjen Katamso Medan. Ironisnya, perbuatan tak terpuji itu dilakukan pelaku di ruang kepala sekolah.

MR yang ditemui mengaku aksi pelaku bermula saat handphone-nya yang dipinjam Zul (teman sekelasnya) tertangkap oleh Irwansyah. “Saat masih jam pelajaran itu bang si Zul pakai handphone-ku. Karna itu saat pulang sekolah aku dipanggil guru BP itu ke ruang kepala sekolah,” kata MR mengawali ceritanya, Kamis (23/5) sore.

Karena tak merasa bersalah dan ingin mengambil handphoe-nya, MR pun memenuhi panggilan Irwansyah.Setiba di ruang kepala sekolah yang sudah sepi itulah, korban langsung ‘disidang’ sama pelaku. “Dalam ruangan itu aku ditanyai kenapa membawa handphone ke sekolah. Karna aku memang ada sakit asma, mamakku yang suruh aku bawa handphone. Jadi kalau ada apa-apa aku bisa cepat menghubungi dia. Begitulah aku jawab sama guru BP itu bang,” kenangnya.

Mendengar jawaban itu, Irwansyah bukannya mengembalikan handphone korban. Sebaliknya, pelaku malah merayu MR dan mulai menggerayangi tubuhnya.”Dibukanya baju aku bang, dan di pegangnya badanku hingga kemaluanku. Terus aku digitukan (disodomi) sama dia,” lirihnya. Sebenarnya MR sempat ingin melawan dan menjerit. Namun rencananya gagal karena diancam tak akan dululuskan oleh Irwansyah.

“Saat kejadian itu aku sudah kelas 3 dan mau ujian akhir bang. Bapak itu bilang kalau aku menjerit atau beri tau kepada yang lain, aku tidak akan diluluskannya. Makanya aku pasrah,” ucapnya. Ironisnya, pasca kejadian itu, Irwansyah kembali melakukan perbuatan yang sama pada korban. Sejauh ini, sudah 6 kali Irwansyah mencabuli MR “Yang pertama itu aku di cabulinya di ruang kepala sekolah. Dan kejadian ke 2 sampai 6 di ruangannya sendiri (BP) saat jam pelajaran. Sesudah kejadian itu, kawan-kawanku pun banyak bilang telah jadi korban. Aku tak beranhi melapor karena takut tak lulus,” kesalnya.

Berbulan-bulan mendapatkan siksaan batin dari sang guru, hingga mendapatkan pengumuman mengetahui dirinya lulus. RM pun melaporkan kejadian ini kepada Sumitro Siregar, ayah kandungnya. Mengetahui anaknya jadi korban guru bejat, Sumitro langsung melaporkan kejadian ini ke Mapolsek Patumbak 23 Februari 2016 dengan nomor laporan : LP /Ii/2016/SU/polresta medan/Sek Patumbak. “Saya sudah buat laporan ke Patumbak, dan saya juga sudah mengadu ke KPAID,” terang Sumitro.

Ironisnya, laporan mereka ke Polsek Patumbak malah jalan di tempat. Karena itu, Sumitro didampingi Ketua KPAID Sumut, Muslim Harahap mendatangi mantan sekolah anaknya ( SMP Alwasliyah 4 Unipa).

“Di sana kami gak jumpa sama guru BP itu dan saat kami temui, kepala sekolahnya pun macam tidak menganggap kami. Aku pun disuruh orang KPAID untuk memantau guru BP itu. Tapi saat pertama kami datang itu sampai detik ini guru itu tidak masuk-masuk,” kesal Sumitro.

Menutup, Sumitro meminta polisi segera menangkap pelaku. “Iya ini dia anak paling bungsu saya, dan sudah hancur mentalnya karna guru itu. Saya ingin pelakunya bisa dihukum seberat-beratnya, kalau bisa dikebiri,” tandasnya. (mag-1/deo)

Sodomi-Ilustrasi
Sodomi-Ilustrasi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Perbuatan Irwansyah, guru BP di SMP Al Washliyah 4 Medan Unipa Jalan SM Raja, Patumbak ini sungguh keterlaluan. Dengan modus tak meluluskan korban, guru bejat ini berhasil 6 kali mencabuli anak didiknya berinisial MR (15), warga Jalan Brigjen Katamso Medan. Ironisnya, perbuatan tak terpuji itu dilakukan pelaku di ruang kepala sekolah.

MR yang ditemui mengaku aksi pelaku bermula saat handphone-nya yang dipinjam Zul (teman sekelasnya) tertangkap oleh Irwansyah. “Saat masih jam pelajaran itu bang si Zul pakai handphone-ku. Karna itu saat pulang sekolah aku dipanggil guru BP itu ke ruang kepala sekolah,” kata MR mengawali ceritanya, Kamis (23/5) sore.

Karena tak merasa bersalah dan ingin mengambil handphoe-nya, MR pun memenuhi panggilan Irwansyah.Setiba di ruang kepala sekolah yang sudah sepi itulah, korban langsung ‘disidang’ sama pelaku. “Dalam ruangan itu aku ditanyai kenapa membawa handphone ke sekolah. Karna aku memang ada sakit asma, mamakku yang suruh aku bawa handphone. Jadi kalau ada apa-apa aku bisa cepat menghubungi dia. Begitulah aku jawab sama guru BP itu bang,” kenangnya.

Mendengar jawaban itu, Irwansyah bukannya mengembalikan handphone korban. Sebaliknya, pelaku malah merayu MR dan mulai menggerayangi tubuhnya.”Dibukanya baju aku bang, dan di pegangnya badanku hingga kemaluanku. Terus aku digitukan (disodomi) sama dia,” lirihnya. Sebenarnya MR sempat ingin melawan dan menjerit. Namun rencananya gagal karena diancam tak akan dululuskan oleh Irwansyah.

“Saat kejadian itu aku sudah kelas 3 dan mau ujian akhir bang. Bapak itu bilang kalau aku menjerit atau beri tau kepada yang lain, aku tidak akan diluluskannya. Makanya aku pasrah,” ucapnya. Ironisnya, pasca kejadian itu, Irwansyah kembali melakukan perbuatan yang sama pada korban. Sejauh ini, sudah 6 kali Irwansyah mencabuli MR “Yang pertama itu aku di cabulinya di ruang kepala sekolah. Dan kejadian ke 2 sampai 6 di ruangannya sendiri (BP) saat jam pelajaran. Sesudah kejadian itu, kawan-kawanku pun banyak bilang telah jadi korban. Aku tak beranhi melapor karena takut tak lulus,” kesalnya.

Berbulan-bulan mendapatkan siksaan batin dari sang guru, hingga mendapatkan pengumuman mengetahui dirinya lulus. RM pun melaporkan kejadian ini kepada Sumitro Siregar, ayah kandungnya. Mengetahui anaknya jadi korban guru bejat, Sumitro langsung melaporkan kejadian ini ke Mapolsek Patumbak 23 Februari 2016 dengan nomor laporan : LP /Ii/2016/SU/polresta medan/Sek Patumbak. “Saya sudah buat laporan ke Patumbak, dan saya juga sudah mengadu ke KPAID,” terang Sumitro.

Ironisnya, laporan mereka ke Polsek Patumbak malah jalan di tempat. Karena itu, Sumitro didampingi Ketua KPAID Sumut, Muslim Harahap mendatangi mantan sekolah anaknya ( SMP Alwasliyah 4 Unipa).

“Di sana kami gak jumpa sama guru BP itu dan saat kami temui, kepala sekolahnya pun macam tidak menganggap kami. Aku pun disuruh orang KPAID untuk memantau guru BP itu. Tapi saat pertama kami datang itu sampai detik ini guru itu tidak masuk-masuk,” kesal Sumitro.

Menutup, Sumitro meminta polisi segera menangkap pelaku. “Iya ini dia anak paling bungsu saya, dan sudah hancur mentalnya karna guru itu. Saya ingin pelakunya bisa dihukum seberat-beratnya, kalau bisa dikebiri,” tandasnya. (mag-1/deo)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/