25.6 C
Medan
Friday, May 3, 2024

Digigit, Dijambak, dan Ditendang

SUMUTPOS.CO – Dunia seolah menjadi terbalik dalam kehidupan rumah tangga Tongat (24). Biasanya istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tapi tidak baginya. Istrinya, Butet (20) malah yang berperangai ringan tangan. Tongat sering digigit dan ditendang.

Cinta Tongat kepada Butet bukan berdasarkan sayang, namun lebih pada harta. Dengan janji akan diberikan semua fasilitas rumah, Tongat mau menikahi Butet pada Agustus 2015 lalu.

”Pikirku enak punya mertua kaya raya. Soalnya semua kakakku dapat yang mertua kaya raya, tapi istri mereka normal. Lha ini aku apes,” kata Tongat dengan penuh penyesalan di sela-sela sidang gugatan cerainya.

Menikah di usia muda, bagi Tongat waktu itu membuatnya minder. Apalagi, banyak teman-temannya yang melanjutkan kuliah bahkan bekerja di bengkel-bengkel ternama.

Akan tetapi, Tongat akhirnya memilih menikah saja karena melihat peluang kekayaan si mertua. Terlebih, kedua orang tua Tongat dan Butet juga bersahabat sejak kecil.

”Pikirku nasibku bakal kayak kakak-kakak dan bapak ibuku. Dapat mertua kaya dan tinggal melanjutkan bisnisnya. Tapi, kok malah istriku gak waras. Ini aku lebam dipukul istri,” kata pria berlogat Madura itu.

Bak pemain tinju, sang istri bisa sewaktu-waktu meninju bahkan menghajar dirinya habis-habisan. Biasanya itu dilakukan saat Tongat sedang menelepon saudara-saudaranya dengan suara keras.

”Logat saya ini begini. Denger suara telepon sering enggak denger, makanya ngomongnya keras,” kata dia. Saat asyik telepon, istrinya langsung mengambil telepon di gengamannya. Pertengkaran terjadi.

Tongat kalah karena istrinya mengerahkan seluruh kemampuannya, dari kemampun gigi dengan menggigit tangan Tongat, kekuatan kuku dengan cara menjambak rambut dan mencakar sekujur tubuhnya. Kekuatan tangan dan kakinya juga dikerahkan demi memenangi ‘pertandingan’ itu.

Aksi Butet kian menjadi jika komunikasi di antara keduanya tidak nyambung. Apalagi istrinya mengidap autis.

”Mau ngelawan agak takut soalnya di rumah mertua. Ending-nya saya ketakutan dan mertua justru marah-marah sama saya,” kata bapak satu anak itu.

Setelah berkeluh kesah, Tongat akhirnya meminta izin untuk bercerai dengan istrinya kepada mertuanya.

Awalnya ditolak, namun sang mertua mulai sadar dengan syarat ia tetap membantu bisnis kayu dan bengkel mertuanya. Sedangkan, Butet sampai saat ini masih penanganan psikiater.

”Nunggu hasilnya dulu, kalau dia bisa tenang dengan terus konsumsi obat ya saya pertahankan. Ya untung anakku enggak autis juga,” pungkasnya. (jpg)

SUMUTPOS.CO – Dunia seolah menjadi terbalik dalam kehidupan rumah tangga Tongat (24). Biasanya istri yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), tapi tidak baginya. Istrinya, Butet (20) malah yang berperangai ringan tangan. Tongat sering digigit dan ditendang.

Cinta Tongat kepada Butet bukan berdasarkan sayang, namun lebih pada harta. Dengan janji akan diberikan semua fasilitas rumah, Tongat mau menikahi Butet pada Agustus 2015 lalu.

”Pikirku enak punya mertua kaya raya. Soalnya semua kakakku dapat yang mertua kaya raya, tapi istri mereka normal. Lha ini aku apes,” kata Tongat dengan penuh penyesalan di sela-sela sidang gugatan cerainya.

Menikah di usia muda, bagi Tongat waktu itu membuatnya minder. Apalagi, banyak teman-temannya yang melanjutkan kuliah bahkan bekerja di bengkel-bengkel ternama.

Akan tetapi, Tongat akhirnya memilih menikah saja karena melihat peluang kekayaan si mertua. Terlebih, kedua orang tua Tongat dan Butet juga bersahabat sejak kecil.

”Pikirku nasibku bakal kayak kakak-kakak dan bapak ibuku. Dapat mertua kaya dan tinggal melanjutkan bisnisnya. Tapi, kok malah istriku gak waras. Ini aku lebam dipukul istri,” kata pria berlogat Madura itu.

Bak pemain tinju, sang istri bisa sewaktu-waktu meninju bahkan menghajar dirinya habis-habisan. Biasanya itu dilakukan saat Tongat sedang menelepon saudara-saudaranya dengan suara keras.

”Logat saya ini begini. Denger suara telepon sering enggak denger, makanya ngomongnya keras,” kata dia. Saat asyik telepon, istrinya langsung mengambil telepon di gengamannya. Pertengkaran terjadi.

Tongat kalah karena istrinya mengerahkan seluruh kemampuannya, dari kemampun gigi dengan menggigit tangan Tongat, kekuatan kuku dengan cara menjambak rambut dan mencakar sekujur tubuhnya. Kekuatan tangan dan kakinya juga dikerahkan demi memenangi ‘pertandingan’ itu.

Aksi Butet kian menjadi jika komunikasi di antara keduanya tidak nyambung. Apalagi istrinya mengidap autis.

”Mau ngelawan agak takut soalnya di rumah mertua. Ending-nya saya ketakutan dan mertua justru marah-marah sama saya,” kata bapak satu anak itu.

Setelah berkeluh kesah, Tongat akhirnya meminta izin untuk bercerai dengan istrinya kepada mertuanya.

Awalnya ditolak, namun sang mertua mulai sadar dengan syarat ia tetap membantu bisnis kayu dan bengkel mertuanya. Sedangkan, Butet sampai saat ini masih penanganan psikiater.

”Nunggu hasilnya dulu, kalau dia bisa tenang dengan terus konsumsi obat ya saya pertahankan. Ya untung anakku enggak autis juga,” pungkasnya. (jpg)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/