Dengan ancaman bunuh, Sardian memaksa Monica membuka semua pakaiannya. Karena takut, Monica pun menuruti permintaan lelaki yang belum resmi jadi kekasihnya itu. Saat telanjang itulah, Sardian mengambil kesempatan dengan mengabadikan foto Monica dengan kamera handphonenya.
“Setelah itu dia berusaha berbuat tak senonoh kepadaku, namun aku berontak. Karena itu dia kembali mengancamku, jika tak menuruti permintaannya, dia akan menyebarkan fotoku. Karena takut fotoku tersebar, aku terpaksa menuruti permintaanya. Kami melakukan hubungan badan hingga berulang kali. Setelah itu, dengan kondisi lemah, aku diantanya pulang ke rumah kakakku di Tanjung Sari. Sebelum pelaku pergi, ia mengatakan supaya aku tak bercerita kepada orang lain, jika tidak fotoku akan disebarnya. Esoknya aku kuliah, namun dia sudah menungguku di depan kampus,” kenang Monica.
Di sana, Sardian yang belakangan dikatahui bukan mahasiswa, tapi hanya bekerja sebagai pegawai Alfamart itu menunjukkan print/foto telanjang Monica. Hal itu dia lakukan agar Monica tak berani membeber perbuatannya pada siapapun, termasuk pada keluarganya.
Setelah kejadian itu, hampir tiap hari Sardian menemui Monica sepulang kuliah. Di bawah ancaman, Sardian juga kerap menyetubuhi Monica. Singkat cerita, karena sering melakukan hubungan suami istri, tahun 2015 lalu, Monica akhirnya hamil.
Saat kandungannya berusia 3 bulan, Monica sempat memberitahukan hal itu pada Sardian. Namun Sardian justru memintanya menggugurkan janin di perutnya. Tapi permintaan Sardian ditolak mentah-mentah oleh Monica.
“Pelaku mengatakan, jika aku tak menggugurkan janinku, aku diminta meninggalkan keluargaku. Pelaku juga meminta supaya aku membunuh kakak kandungku, karena pelaku ngaku tak suka melihat kakakku. Karena takut dan malu, akhirnya diajak sama dia tinggal di kontrakan Jalan Karya Bakti, Medan Tembung. Di rumah itu aku disekap. Handphoneku ditahan hingga tak bisa berkomunikasi dengan keluargaku. Hampir setiap hari aku dipukul dan ditendang sama dia. Selain itu, kakiku juga sering disetrikanya. Aku tak berdaya karena sedang hamil dan bingung,”lirihnya.
Masih kata Monica, selama hamil dan disekap di rumah, dia sempat beberapa kali berusaha kabur. Namun, usahanya itu selalu sia-sia lantaran Sardian kerap mengawasi gerak-geriknya. “Rumah yang saya tinggali selama hamil selalu dikunci rapat. Saya juga tidak boleh kemana-mana,” ungkapnya.
Setelah mengalami berbagai penyiksaan, pada 17 Februari 2016 lalu, Monica akhirnya melahirkan bayi laki-laki secara normal di klinik Jalan Tempuling dengan berat 3,3 Kg. Bayi itu mereka beri nama Gabriel Wate.
Belum satu hari melahirkan di klinik, Monica lantas dibawa Sardian pulang ke kontrakan. Di sana Monica mengaku tidur bersama bayinya di lantai tanpa alas tikar dan kasur. Begitulah, setelah enam hari berlalu, tepatnya tanggal 24 Februari lalu, Sardian yang baru pulang kerja menyuruh Monica membeli es batu ke warung. Meski belum kuat, tapi Monica yang takut dianiaya terpaksa menuruti permintaan Sardian.
“Setibanya di kontrakan dengan membawa es batu, aku kembali disuruh sama dia membeli jajanan. Aku pun pergi ke warung tak jauh dari kontrakan. Saat pulang dari warung itulah, aku terkejut melihat bayiku sudah kejang-kejang dan terdapat luka di hidung serta tubuhnya. Aku mengajak pelaku membawa bayi kami ke RS dr Pirngadi Medan, namun dia enggan keluar dengan alasan sudah malam. Setelah berjam-jam, dia melihat mata bayi kami menguning, hingga kami membawanya ke rumah sakit. Namun di perjalanan bayi kami yang berumur 6 hari itu meninggal,” bebernya berderai air mata.