31.8 C
Medan
Saturday, May 18, 2024

Anak SD jadi Preman di Dusun dan Sekolah

Boy, bocah nakal yang meresahkan warga di Pematang Johar, Hamparan Perak.
Boy, bocah nakal yang meresahkan warga di Pematang Johar, Hamparan Perak.

SUMUTPOS.CO-Warga Dusun 5, Desa Pematang Johar, Kec. Labuhan Deli, Kab. Deliserdang mendadak ramai-ramai mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, Rabu (30/10) siang. Usut punya usut, ternyata mereka hendak melaporkan seorang bocah yang masih duduk di kelas 6 SD. Pasalnya, warga yang didominasi ibu rumah tangga itu mengaku sudah tak tahan melihat tingkah BY (11) yang terkesan dibiarkan orangtuanya jadi preman di kampung dan sekolahnya.

Selain doyan buat onar, BY juga dituding kerap mengancam warga dan anak sebayanya dengan pisau dan gunting. Kepada kru koran ini, salah seorang perwakilan warga bernama Nuraini (41) mengaku, sudah lama resah dengan tingkah tak normal yang ditunjukkan BY. Bahkan, karena tingkah si BY ini, beberapa bulan lalu seorang pemuda setempat terpaksa mendekam di penjara karena tak sengaja menampar BY.

“Sejak saat itulah si anak itu makin merajalela. Apalagi ditambah dukungan dari orangtuanya. Mulai dari situlah kami makin kawatir. Kami takut khilaf,” kata warga. Bahkan yang paling membuat mereka geram, saat perbuatan si anak dilapor, orangtuanya justru membela dengan mengatakan kalau mereka tak takut berurusan dengan polisi karena keluarga mereka bayak polisi. Puncak kemarahan warga terjadi pada Rabu (30/10) pagi lalu. Saat itu, entah kenapa BY tiba-tiba mencekik RY (11), teman sekolahnya. Bukan hanya itu, salah satu teman RY yang mau melerai juga menderita luka akibat diparang BY.

“Tak tau dari mana parangnya. Sudah ada disimpan kian di lingkungan sekolah. Guru-guru pun tak ada yang berani sama anak itu. Makanya dia bertingkah semaunya saja di sekolah itu,” ujar Hartoyo (38), orangtua RY. Atas kejadian itu, mereka sempat melapor ke Polmas di daerah tersebut. Begitu juga ke kepala desa sebelum diteruskan ke Polres Pelabuhan Belawan.

Namun setelah tiba di polres mereka malah diarahkan membuat laporan ke KPAID Sumut. Karena itu, mereka minta si bocah nakal dan orangtuanya segera pindah kampung mereka. “Mereka pendatang, kami minta supaya mereka pindah saja,” pinta warga seraya mengatakan BY dan orangtuanya sudah 7 tahun tinggal di sana.

Menanggapi hal tersebut, Muslim Harahap Selaku Ketua Pokja KPAID Sumut, mengatakan pihaknya akan turun ke TKP hari ini, atau Kamis (31/10) untuk meminta Polmas di daerah tersebut lebih aktif agar suasana tetap kondusif. Selain itu,mereka akan membicarakan masalah tersebut, termasuk proses pengasuhan si anak. “Kita akan berkoordinasi dengan Depsos Pmeprovsu dan Pemerintah Delisedang perihal penyelesaian kasus ini. Kalau si anak tak bisa dihukum karena masih dibawah umur. Tapi harus diselesaikan proses sosialnya. Apakah anak harus direhabilitasi dulu dan dititip ke Dinas Sosial,” ungkapnya.

Kenakalan BY yang doyan bikin onar dan main senjata tajam membuat teman – temannya trauma. Hal ini terkuak saat kru koran ini menyambangi lingkungan tempat tinggal BY, Rabu (30/10) siang. “Bayangkan saja, anak – anak kami takut pergi ke sekolah sekarang. Mereka trauma semua, karena ada yang ditumbuk, diancam gunting atau pisau sama si BY. Sudah sebulan ini anak – anak kami trauma, karena kami paksa makanya mau pergi sekolah,” oceh para ibu – ibu di Pematang Johar. Hal itu dibenarkan salah satu korban, Fit yang ditemani ibunya dengan wajah murung mengaku sering dijegat BY sepulang sekolah dan dilampar batu saat main di sekitar rumahnya. “Dia bandal kali, kalau di sekolah semua dipukulinya, makanya kami takut,” kata bocah kelas 6 SD itu.

Karena menganggap kenakalan anak dari SU dan HE itu sudah melampau batas itulah, warga kampung jadi resah hingga membawanya ke jalur hukum. “Kepala desa sudah membicarakan ini secara musyawarah, tapi orangtuanya tak open, makanya kami laporkan masalah ini ke Polres Pelabuhan Belawan,” kata Gito. Awalnya, orangtua yang resah atas kenakalan BY sudah berusaha bersabar, namun kelakuan BY justru makin menjadi. “Kami tak mau anak – anak kami jadi korban trauma terus. Bayangkan saja, guru sekolahnya saja angkat tangan dengan kelakuan si BY ini,” kata Gito yang diamini warga lain.(tun/ril/deo)

 

Mereka yang Ganggu Aku…

  Saat ditemui kru koran ini di rumahnya, sosok BY tak ubahnya seperti anak sebayanya yang lain. Meski tak ada yang menonjol, tapi BY termasuk anak yang agresif, pemberani dan pandai bergaul. Hal ini terbukti karena BY tak ada sedikitpun menunjukkan mimik takut meski baru sekali bertemu dengan kru koran ini. Bahkan, saat diwawancarai, BY langsung menjawab dengan tegas. “Kalau besar nanti, aku mau jadi polisi. Aku tidak bandal om, orang itu saja yang suka gangguin aku,” kata anak ke tiga dari empat bersaudara itu. Siang itu, Boy yang mengenakan kaos warna merah itu hanya berdua saja dengan kakaknya di rumah. Sedang kedua orangtuanya sedang ada urusan keluar.

Kenapa mau jadi polisi? Ditanya begitu, BY yang terus memegang kayu menegaskan kalau ia ingin melanjutkan karir ayahnya yang sudah pensiun. “Aku mau jadi polisi karena bapakku juga polisi, makanya aku harus berani,” tegas BY di hadapan kakaknya. Kalau nakal mana bisa jadi polisi! Ditantang begitu, BY langsung protes dan membantah dibilang nakal. “Aku tidak nakal om. Orang itu yang suka kali ganggu aku, kadang pulang sekolah aku dijegat dan dikeroyok sama mereka, makanya aku lawan,” jelasnya dengan wajah kesal.  BY juga menyangkal suka membawa senjata tajam dan memukuli teman-temannya. “Itu nggak ada om, mana pernah aku bawa pisau, itu pisau orang itu,” kata bocah berkulit hitam manis itu lagi.

Tapi keterangan BY bertolak belakang dengan pengakuan kakaknya, Ri yang selama ini mengenal adiknya sebagai sosok yang suka melawan saat diberitau oleh orangtua. “Kalau mamak dan bapak nyuruh dia mandi, tidur siang dan belajar suka kali melawan, kadang sampai dipukul. Dia memang bandal, tapi di rumah saja,” beber remaja berusia 14 tahun itu. Ditanya seperti apa kenakalan adiknya di lingkungan rumah, Ri tak bisa menjawab. “Kalau itu aku tak tahu om, yang jelas kalau di rumah tak mau dikasih tau dia,” katanya di hadapan sang adik yang mulai tertunduk.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Ronni Bonic yang dikonfirmasi mengaku, laporan kekerasan menggunakan senjata tajam yang dilakukan BY telah mereka terima. “Proses hukumnya nanti ada pertimbangan yang akan kita lakukan, jadi kita akan cek data diri si tersangka. Apabila di bawah 12 tahun, kita lihat bagaiman pertanggung jawabannya secara hukum. Yang jelas laporannya akan kita proses,” kata Ronni. Masih kata Ronni, selama proses hukum berjalan, pihaknya akan memproses dengan meminta bantuan komisi perlindungan anak. “Nantinya kita akan minta pendampingan dari perlindungan anak dalam proses hukumnya,” tandasnya. (ril/deo)

Boy, bocah nakal yang meresahkan warga di Pematang Johar, Hamparan Perak.
Boy, bocah nakal yang meresahkan warga di Pematang Johar, Hamparan Perak.

SUMUTPOS.CO-Warga Dusun 5, Desa Pematang Johar, Kec. Labuhan Deli, Kab. Deliserdang mendadak ramai-ramai mendatangi Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Sumut, Rabu (30/10) siang. Usut punya usut, ternyata mereka hendak melaporkan seorang bocah yang masih duduk di kelas 6 SD. Pasalnya, warga yang didominasi ibu rumah tangga itu mengaku sudah tak tahan melihat tingkah BY (11) yang terkesan dibiarkan orangtuanya jadi preman di kampung dan sekolahnya.

Selain doyan buat onar, BY juga dituding kerap mengancam warga dan anak sebayanya dengan pisau dan gunting. Kepada kru koran ini, salah seorang perwakilan warga bernama Nuraini (41) mengaku, sudah lama resah dengan tingkah tak normal yang ditunjukkan BY. Bahkan, karena tingkah si BY ini, beberapa bulan lalu seorang pemuda setempat terpaksa mendekam di penjara karena tak sengaja menampar BY.

“Sejak saat itulah si anak itu makin merajalela. Apalagi ditambah dukungan dari orangtuanya. Mulai dari situlah kami makin kawatir. Kami takut khilaf,” kata warga. Bahkan yang paling membuat mereka geram, saat perbuatan si anak dilapor, orangtuanya justru membela dengan mengatakan kalau mereka tak takut berurusan dengan polisi karena keluarga mereka bayak polisi. Puncak kemarahan warga terjadi pada Rabu (30/10) pagi lalu. Saat itu, entah kenapa BY tiba-tiba mencekik RY (11), teman sekolahnya. Bukan hanya itu, salah satu teman RY yang mau melerai juga menderita luka akibat diparang BY.

“Tak tau dari mana parangnya. Sudah ada disimpan kian di lingkungan sekolah. Guru-guru pun tak ada yang berani sama anak itu. Makanya dia bertingkah semaunya saja di sekolah itu,” ujar Hartoyo (38), orangtua RY. Atas kejadian itu, mereka sempat melapor ke Polmas di daerah tersebut. Begitu juga ke kepala desa sebelum diteruskan ke Polres Pelabuhan Belawan.

Namun setelah tiba di polres mereka malah diarahkan membuat laporan ke KPAID Sumut. Karena itu, mereka minta si bocah nakal dan orangtuanya segera pindah kampung mereka. “Mereka pendatang, kami minta supaya mereka pindah saja,” pinta warga seraya mengatakan BY dan orangtuanya sudah 7 tahun tinggal di sana.

Menanggapi hal tersebut, Muslim Harahap Selaku Ketua Pokja KPAID Sumut, mengatakan pihaknya akan turun ke TKP hari ini, atau Kamis (31/10) untuk meminta Polmas di daerah tersebut lebih aktif agar suasana tetap kondusif. Selain itu,mereka akan membicarakan masalah tersebut, termasuk proses pengasuhan si anak. “Kita akan berkoordinasi dengan Depsos Pmeprovsu dan Pemerintah Delisedang perihal penyelesaian kasus ini. Kalau si anak tak bisa dihukum karena masih dibawah umur. Tapi harus diselesaikan proses sosialnya. Apakah anak harus direhabilitasi dulu dan dititip ke Dinas Sosial,” ungkapnya.

Kenakalan BY yang doyan bikin onar dan main senjata tajam membuat teman – temannya trauma. Hal ini terkuak saat kru koran ini menyambangi lingkungan tempat tinggal BY, Rabu (30/10) siang. “Bayangkan saja, anak – anak kami takut pergi ke sekolah sekarang. Mereka trauma semua, karena ada yang ditumbuk, diancam gunting atau pisau sama si BY. Sudah sebulan ini anak – anak kami trauma, karena kami paksa makanya mau pergi sekolah,” oceh para ibu – ibu di Pematang Johar. Hal itu dibenarkan salah satu korban, Fit yang ditemani ibunya dengan wajah murung mengaku sering dijegat BY sepulang sekolah dan dilampar batu saat main di sekitar rumahnya. “Dia bandal kali, kalau di sekolah semua dipukulinya, makanya kami takut,” kata bocah kelas 6 SD itu.

Karena menganggap kenakalan anak dari SU dan HE itu sudah melampau batas itulah, warga kampung jadi resah hingga membawanya ke jalur hukum. “Kepala desa sudah membicarakan ini secara musyawarah, tapi orangtuanya tak open, makanya kami laporkan masalah ini ke Polres Pelabuhan Belawan,” kata Gito. Awalnya, orangtua yang resah atas kenakalan BY sudah berusaha bersabar, namun kelakuan BY justru makin menjadi. “Kami tak mau anak – anak kami jadi korban trauma terus. Bayangkan saja, guru sekolahnya saja angkat tangan dengan kelakuan si BY ini,” kata Gito yang diamini warga lain.(tun/ril/deo)

 

Mereka yang Ganggu Aku…

  Saat ditemui kru koran ini di rumahnya, sosok BY tak ubahnya seperti anak sebayanya yang lain. Meski tak ada yang menonjol, tapi BY termasuk anak yang agresif, pemberani dan pandai bergaul. Hal ini terbukti karena BY tak ada sedikitpun menunjukkan mimik takut meski baru sekali bertemu dengan kru koran ini. Bahkan, saat diwawancarai, BY langsung menjawab dengan tegas. “Kalau besar nanti, aku mau jadi polisi. Aku tidak bandal om, orang itu saja yang suka gangguin aku,” kata anak ke tiga dari empat bersaudara itu. Siang itu, Boy yang mengenakan kaos warna merah itu hanya berdua saja dengan kakaknya di rumah. Sedang kedua orangtuanya sedang ada urusan keluar.

Kenapa mau jadi polisi? Ditanya begitu, BY yang terus memegang kayu menegaskan kalau ia ingin melanjutkan karir ayahnya yang sudah pensiun. “Aku mau jadi polisi karena bapakku juga polisi, makanya aku harus berani,” tegas BY di hadapan kakaknya. Kalau nakal mana bisa jadi polisi! Ditantang begitu, BY langsung protes dan membantah dibilang nakal. “Aku tidak nakal om. Orang itu yang suka kali ganggu aku, kadang pulang sekolah aku dijegat dan dikeroyok sama mereka, makanya aku lawan,” jelasnya dengan wajah kesal.  BY juga menyangkal suka membawa senjata tajam dan memukuli teman-temannya. “Itu nggak ada om, mana pernah aku bawa pisau, itu pisau orang itu,” kata bocah berkulit hitam manis itu lagi.

Tapi keterangan BY bertolak belakang dengan pengakuan kakaknya, Ri yang selama ini mengenal adiknya sebagai sosok yang suka melawan saat diberitau oleh orangtua. “Kalau mamak dan bapak nyuruh dia mandi, tidur siang dan belajar suka kali melawan, kadang sampai dipukul. Dia memang bandal, tapi di rumah saja,” beber remaja berusia 14 tahun itu. Ditanya seperti apa kenakalan adiknya di lingkungan rumah, Ri tak bisa menjawab. “Kalau itu aku tak tahu om, yang jelas kalau di rumah tak mau dikasih tau dia,” katanya di hadapan sang adik yang mulai tertunduk.

Terpisah, Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Ronni Bonic yang dikonfirmasi mengaku, laporan kekerasan menggunakan senjata tajam yang dilakukan BY telah mereka terima. “Proses hukumnya nanti ada pertimbangan yang akan kita lakukan, jadi kita akan cek data diri si tersangka. Apabila di bawah 12 tahun, kita lihat bagaiman pertanggung jawabannya secara hukum. Yang jelas laporannya akan kita proses,” kata Ronni. Masih kata Ronni, selama proses hukum berjalan, pihaknya akan memproses dengan meminta bantuan komisi perlindungan anak. “Nantinya kita akan minta pendampingan dari perlindungan anak dalam proses hukumnya,” tandasnya. (ril/deo)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/