SUMUTPOS.CO – Pendidikan sekarang sudah menjadi kebutuhan utama bagi anak bangsa demi menggapai cita-cita. Pendidikan juga memegang peranan yang sangat penting di dalam meningkatkan sumber daya manusia yang handal untuk bisa bersaing demi harapan memperoleh penghidupan yang layak.
Untuk mendapatkan pendidikan yang layak, tak semua orang beruntung. Ada sebagian dari saudara kita yang mengalami kesulitan ekonomi mengakibatkan terhambatnya seseorang memperoleh pendidikan tersebut. Seperti yang dialami oleh Evi Kumala Sari (23) warga Lingkungan IV, Kelurahan Sidodadi, Kecamatan Kota Kisaran, Kabupaten Asahan, Provinsi Sumatera Utara.
Sari memenuhi kebutuhan akan pendidikannya dengan menjadi jasa tambal ban kendaraan roda dua. Jasa tempel ban adalah usaha pemberi jasa menambal ban kendaraan yang mengalami kebocoran ban, akibatnya pengendara tidak dapat melanjutkan perjalanannya dan harus menambal ban.
Tentunya jasa tambal ban sangat diperlukan kepada siapapun pengendara kendaraan bermotor. Usahanya ia rintis di Kabupaten Asahan tepatnya di Jalan Ir. Sutami Simpang Perda Sidodadi.
Uniknya, anak kedua dari tiga bersaudara pasangan suami istri Selamet Riadi dan Maini Anita Sari br Sitorus itu adalah seorang sarjana muda, lulusan Akper (Akademi Keperawatan) tahun 2019 lalu di salah satu Perguruan Tinggi yang ada di kota Kisaran Kabupaten Asahan.
Seorang gadis berwajah manis yang berprofesi sebagai jasa penambal ban saat ditemui awak media (11/4) mengaku senang melakukan usaha ini. Selain berpenghasilan lumayan, ia merasa bukan lagi menjadi pesuruh pimpinan suatu instansi.
Sari menjelaskan bahwa dirinya juga pernah bekerja menjadi seorang perawat yang ada di Kota Kisaran. Namun tak panjang kerja karena aturan kerja menggunakan pembagian jam kerja Shift dan gaji yang pernah diterimanya yang terlalu rendah.
“Saya pernah kerja menjadi perawat, tapi gak enak kerjanya karena pakai shift dan gajinya pun kecil kali. Jadi perawat gajinya hanya Rp 400 ribu perbulan, sementara jadi tukang tempel ban rata-rata bisa dapat Rp 80 ribu perhari,” kata Sari tersenyum.
Sari mengaku sering diolok oleh teman bahkan kerabatnya juga, namun gadis berperawakan wanis tersebut membulatkan tekat dan memilih melanjutkan usahanya.
“Selalu bang, selalu diejek sama keluarga dan kawan-kawan juga. Mereka selalu bilang Evi seperti tidak punya pendidikan karena kerja jadi tukan tempel ban. Kalau aku menanggapinya sih biasa aja. Yang penting halal dan gak merugikan orang,” ungkapnya.
Saat berbincang, ketika ia mendengar ada beberapa lowongan kerja serta bekal pendidikan melalui training di Balai Latihan Kerja yang difasilitasi oleh Dinas Tenaga Kerja Asahan, terlihat ia sangat antusias mendengarnya.
Seketika Ia berceriga dan mengaku pernah mendaftar menjadi Polisi Wanita, tetapi tidak lulus karena postur tubuhnya yang dirasa kurang tinggi. Sari juga ingin mencari kerja tetapi masih belum mendapatkannya.
“Kalau ada kerjaan yang lebih bagus dan lebih besar gajinya ya pasti mau lah bg. Tapi jaman sekarang susah cari kerja bang,” jelasnya.
Saat dikonfirmasi, Kepala Dinas Kabupaten Asahan, Meilina Siregar mengatakan sudah berupaya maksimal untuk memfasilitasi calon pekerja melalui program pelatihan keterampilan.
“Sudah berjalan dan sudah terlaksana beberapa program pelatihan bagi calon pekerja diantaranya pelatikan bidang Otomotif, Akuntan, Programer, Elektronika, dan program lainnya,” jelasnya.
Tak hanya sampai disitu, awak media juga meminta pendapat pengamat pendidikan. Indra yang juga sebagai Dosen di Universitas Asahan memberikan pendapat bahwa sekarang ini yang paling dibutuhkan adalah skill beserta kemauan.
Menurutnya sudah tepat terhadap upaya yang dilakukan pemerintah. Namun jika dianalisa memang kurangnya serapan tenaga kerja di Asahan mengakibatkan calon pekerja susah mendapatkan pekerjaan. (Dat)
Keterangan gambar : Wanita asal Asahan berprofesi sebagai jasa tambal ban