30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Peduli Atlet, Peduli Medan

Drs H Zulhifzi ‘Opung Ladon’ Lubis

Dengan gaya khas yang dimiliki, Drs H Zulhifzi Lubis (47) merangkul semua pihak untuk menggalakkan kegiatan olahraga di Kota Medan. Demi menjadikan Kota Medan sebagai kiblat olahraga, dirinya memutuskan berhenti sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Islam Sumatera Utara (FISIP UISU) 2008 lalu.

Ya, 2008 menjadi awal kiprah pria yang akrab disapa Opung Ladon ini di Komite Olahraga Na
sional Indonesia (KONI) Kota Medan. Hasilnya, hanya kesan suram sekretariat di Jalan Raden Saleh Medan itu yang didapat. Peninggalan dari ketidakpedulian kepengurusan sebelumnya yang tanpa disadari berdampak merosotnya prestasi olahraga Kota Medan di berbagai even. Tak pelak, hal ini menjadi tantangan di awal jabatannya.

Dengan sikap tegas atas disiplin, Opung pun melakukan beberapa terobosan. Dimulai dari penataan administrasi mengenai cabang olahraga, pengurus di ke-37 cabang olahraga, dengan 427 atlet yang dinaungi. Papan pengumuman yang semula terpasang kosong langsung penuh dengan huruf dan angka dengan penataan yang rapi pula. Tampak pula imbauan dan skedul untuk dilaksanakan cabang olahraga yang bersangkutan.

Tidak cukup menata administrasi juga program yang ditujukan untuk mengaktifkan kegiatan di masing-masing cabang olahraga. Salah satunya adalah Pekan Olahraga Kota (Porkot) Medan yang sudah dilaksanakan dua putaran. Dari situ, atlet yang berprestasi kemudian dimasukkan dalam program pembinaan dan mendapat apresiasi berupa uang transportasi setiap bulannya.

“Memang tidak mudah mengurus olahraga. Untuk itu kita perlu melakukan pendekatan dengan berbagai pihak yang sepemikiran dengan kita yaitu membangkitkan olahraga Kota Medan. Pendekatan itu melalui pemaparan yang jelas terhadap program yang sudah dan akan dilaksanakan. Semua itu harus dipertanggungjawabkan,” ucap Opung Ladon yang ditemui di Sekretariat KONI Kota Medan yang baru seputaran Stadion Teladan Medan, Selasa (7/6) lalu.

Sadar dengan kemampuan keuangan yang tersedia, suami dari Erlina SH ini lalu merambah jalan baru dengan merangkul perusahaan asuransi. Dengan memasukkan atlet ke dalam ansuransi, dirinya berharap dapat menghilangkan kekhawatiran pada atlet untuk tampil maksimal. Motivasi pun terus digenjot lewat pemasangan foto atlet berprestasi pada spanduk di jalan-jalan protokol Kota Medan.

Dirinya juga melihat hubungan kuat antara atlet, pelatih, dan pengurus. Untuk itu Opung Ladon yang juga Ketua Partai Golkar Kota Medan periode 2010-2015 ini menggelar studi banding setiap tahun dengan mengunjungi daerah dengan pembinaan olahraga yang baik. Tak heran dengan kerja-keras yang telah diperlihatkan, Opung tak sungkan menghardik pengurus yang tidak becus dalam menjalankan tugasnya. Tentu saja dengan gaya khas yang tak pernah berubah.

“Saya tidak bisa mengubah penampilan. Ya, begini lah saya dan akan terus memberi yang terbaik untuk olahraga Kota Medan. Yang pasti saya tidak pernah menipu apalagi menyakiti orang. Malah saya sering ribut dengan istri hanya karena mau membantu orang,” beber ayah dari tiga anak ini.

Opung Ladon bukanlah orang baru di dunia olahraga Sumatera Utara. Melalui OP Ladon yang didirikannya 1989 silam, warga Jalan Santun No 40 Medan ini menggelar pembinaan di cabang otomotif, sepak bola, tinju, dan atletik. Bersama Pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia (Pengprov IMI) Sumut 2003 silam, dirinya bahkan menggelar kegiatan Offroad dengan hadiah satu unit mobil. Di tahun yang sama dirinya juga menggelar road race antar kota se-Sumut yang babak finalnya di gelar di Kota Medan.

Pengurus Harian MPW Pemuda Pancasila Sumut ini juga terlibat dalam pembinaan kepemudaan. Seperti saat menggelar kejuaraan bola volli waria yang kontroversial pada 1995 silam. Tak heran, peraih penghargaan sebagai pembina otomotif pada Hari Olahraga Nasional (Haornas) XIX 2002 di Sumut ini sangat dekat dengan berbagai lapisan masyarakat.

“Saya merasakan kepuasan batin dari peserta yang bercerita bagaimana mereka berangkat untuk bertanding itu dilepas oleh kepala daerahnya masing-masing. Ada juga yang cerita kalau mereka juga dikasih duit sama bupati atau wali kotanya. Andai ini terjadi di semua cabang olahraga, Sumut pasti benar-benar luar biasa,” pungkasnya. (jul)

Drs H Zulhifzi ‘Opung Ladon’ Lubis

Dengan gaya khas yang dimiliki, Drs H Zulhifzi Lubis (47) merangkul semua pihak untuk menggalakkan kegiatan olahraga di Kota Medan. Demi menjadikan Kota Medan sebagai kiblat olahraga, dirinya memutuskan berhenti sebagai dosen di Fakultas Ilmu Sosial Politik Universitas Islam Sumatera Utara (FISIP UISU) 2008 lalu.

Ya, 2008 menjadi awal kiprah pria yang akrab disapa Opung Ladon ini di Komite Olahraga Na
sional Indonesia (KONI) Kota Medan. Hasilnya, hanya kesan suram sekretariat di Jalan Raden Saleh Medan itu yang didapat. Peninggalan dari ketidakpedulian kepengurusan sebelumnya yang tanpa disadari berdampak merosotnya prestasi olahraga Kota Medan di berbagai even. Tak pelak, hal ini menjadi tantangan di awal jabatannya.

Dengan sikap tegas atas disiplin, Opung pun melakukan beberapa terobosan. Dimulai dari penataan administrasi mengenai cabang olahraga, pengurus di ke-37 cabang olahraga, dengan 427 atlet yang dinaungi. Papan pengumuman yang semula terpasang kosong langsung penuh dengan huruf dan angka dengan penataan yang rapi pula. Tampak pula imbauan dan skedul untuk dilaksanakan cabang olahraga yang bersangkutan.

Tidak cukup menata administrasi juga program yang ditujukan untuk mengaktifkan kegiatan di masing-masing cabang olahraga. Salah satunya adalah Pekan Olahraga Kota (Porkot) Medan yang sudah dilaksanakan dua putaran. Dari situ, atlet yang berprestasi kemudian dimasukkan dalam program pembinaan dan mendapat apresiasi berupa uang transportasi setiap bulannya.

“Memang tidak mudah mengurus olahraga. Untuk itu kita perlu melakukan pendekatan dengan berbagai pihak yang sepemikiran dengan kita yaitu membangkitkan olahraga Kota Medan. Pendekatan itu melalui pemaparan yang jelas terhadap program yang sudah dan akan dilaksanakan. Semua itu harus dipertanggungjawabkan,” ucap Opung Ladon yang ditemui di Sekretariat KONI Kota Medan yang baru seputaran Stadion Teladan Medan, Selasa (7/6) lalu.

Sadar dengan kemampuan keuangan yang tersedia, suami dari Erlina SH ini lalu merambah jalan baru dengan merangkul perusahaan asuransi. Dengan memasukkan atlet ke dalam ansuransi, dirinya berharap dapat menghilangkan kekhawatiran pada atlet untuk tampil maksimal. Motivasi pun terus digenjot lewat pemasangan foto atlet berprestasi pada spanduk di jalan-jalan protokol Kota Medan.

Dirinya juga melihat hubungan kuat antara atlet, pelatih, dan pengurus. Untuk itu Opung Ladon yang juga Ketua Partai Golkar Kota Medan periode 2010-2015 ini menggelar studi banding setiap tahun dengan mengunjungi daerah dengan pembinaan olahraga yang baik. Tak heran dengan kerja-keras yang telah diperlihatkan, Opung tak sungkan menghardik pengurus yang tidak becus dalam menjalankan tugasnya. Tentu saja dengan gaya khas yang tak pernah berubah.

“Saya tidak bisa mengubah penampilan. Ya, begini lah saya dan akan terus memberi yang terbaik untuk olahraga Kota Medan. Yang pasti saya tidak pernah menipu apalagi menyakiti orang. Malah saya sering ribut dengan istri hanya karena mau membantu orang,” beber ayah dari tiga anak ini.

Opung Ladon bukanlah orang baru di dunia olahraga Sumatera Utara. Melalui OP Ladon yang didirikannya 1989 silam, warga Jalan Santun No 40 Medan ini menggelar pembinaan di cabang otomotif, sepak bola, tinju, dan atletik. Bersama Pengurus Provinsi Ikatan Motor Indonesia (Pengprov IMI) Sumut 2003 silam, dirinya bahkan menggelar kegiatan Offroad dengan hadiah satu unit mobil. Di tahun yang sama dirinya juga menggelar road race antar kota se-Sumut yang babak finalnya di gelar di Kota Medan.

Pengurus Harian MPW Pemuda Pancasila Sumut ini juga terlibat dalam pembinaan kepemudaan. Seperti saat menggelar kejuaraan bola volli waria yang kontroversial pada 1995 silam. Tak heran, peraih penghargaan sebagai pembina otomotif pada Hari Olahraga Nasional (Haornas) XIX 2002 di Sumut ini sangat dekat dengan berbagai lapisan masyarakat.

“Saya merasakan kepuasan batin dari peserta yang bercerita bagaimana mereka berangkat untuk bertanding itu dilepas oleh kepala daerahnya masing-masing. Ada juga yang cerita kalau mereka juga dikasih duit sama bupati atau wali kotanya. Andai ini terjadi di semua cabang olahraga, Sumut pasti benar-benar luar biasa,” pungkasnya. (jul)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/