Fahmi Djaafar
Ketika yang lain enggan tampil, dengan spek yang sederhana Fahmi Djaafar (34) justru membuat sejarah lewat kreativitas di dunia Informasi Teknologi. Triple Cooler buatannya pun mengundang decak kagum saat dipublikasikan di ngobrolaja.com
Ya, di era milenium ini komputer bukanlah barang yang asing. Hampir setiap lapisan masyarakat mengenal dan memiliki komputer minimal dalam bentuk Personal Computer (PC). Hanya saja, kebutuhan informasi yang terus meningkat pun membutuhkan penyesuaian terhadap kemampuan PC yang dimiliki. Memang semua itu bisa dipenuhi dengan sejumlah uang. Tinggal datang ke counter dan memilih komputer dengan spek yang mutakhir.
Namun Fahmi punya cara tersendiri dalam mengoptimalkan kemampuan PC miliknya atau yang dikenal dengan overclocking. Yaitu meningkatkan kecepatan prosessor hingga melampaui batas biasanya. “Namun overclocking juga memiliki dampak panas yang jadi berlebih. Kondisi itu juga akan berpengaruh pada keawetan spek-spek di dalamnya,” jelas tamatan SMA yang mahir komputer secara otodidak ini.
Untuk mengatasi dampak negatif tadi, pria kelahiran Bandung 12 Agustus 1976 ini memasang ‘Triple Cooler’ atau tiga sistem pendingin; kipas, air, dan Telmare Electric Cooling (TEC) pada PC kesayangannya. Hasilnya, prosessor Pentium D945 miliknya dengan mudah menjalankan program game Dirt II yang mensyaratkan prosessor i7 dan VGA 1 Gygabyte (G). Dahsyat!
Fahmi pun mengawali dengan mengganti casing standar dengan Thermaltake Super Tower yang tidak terlalu mahal namun menawarkan ruang sirkulasi udara yang cukup. Untuk meningkatkan kemampuan prosessor D945 yang terbilang langka ini Fahmi menggunakan dua Power Suplly. Untuk motherboad (MB) dipilih Tagam B2 700 dan untuk VGA dipercayakan pada Thellmatake XpresCard 650 W. Jadilah prosessor dengan kemampuan 4,5 G.
Agar tidak dituntut atas ‘penyiksaan’ yang dilakukan, dirinya pun memasang tiga sistem pendingin sekaligus untuk tiap bagian. Mengingat kinerja prosessor yang demikian besar, Fahmi pun memasang TEC buatan cooler master V10. Kipas standar tak lupa digantikan dengan ukuran yang agak besar. Agar maksimal, tiga unit kipas dipasang sekaligus untuk naple-naple. Nah, giliran water cooling yang dipasang untuk pendingin chepset. Untuk itu dirinya mempercayakan pompa dan reservier buatan thermaltake. Untuk water block dipasang water chill dengan radiator buatan asetec.
“TEC V10 hanya aktif saat suhu mencapai tingkatan yang ekstrim biasanya 65 drajat celcius. Jadi selama suhu masih dibawah, kipas yang berfungsi. Bila sensor sudah mencapai titik ekstrim sensor otomatis aktif,” paparnya.
Dengan hasil yang ada saat ini, Fahmi mengaku puas meskipun untuk itu satu unit sepeda motor Ninja dihabiskan. Belum lagi kelangkaan sparepart yang memaksanya harus menunggu dalam waktu lama. Pasalnya kegiatan PC modding seolah belum mendapat perhatian dari pengusaha-pengusaha komputer di Kota Medan. “Justru aku dapat casingnya dari Binjai dan water colling system malah dari Kalimantan. Padahal banyak juga modder-modder di Kota Medan yang bahkan berprestasi di tingkat nasional,” ketus Fahmi yang juga designer bordir komputer ini.
Ketertarikan pada overclocking sendiri berawal ketika Fahmi berada di Bandung 2007 silam. Untuk memuaskan rasa penasaran itu, prosessor pentium III dengan kemampuan 800 Megahertz (MHz) ke OC 900 MHz. “Awalnya ingin ngerasai overclocking tu gimana. Rasanya prosessor pecah dan memang waktu pertama itu betul-betul pecah,” kenang putra dari Mirzi Djaafar dan Triana ini.
Dari perbincangan dengan beberapa teman di kegiatan moding, Fahmi pun melanjutkan kegemaran tadi. Dirinya semakin antusias saat mengetahui keberadaan pelaku modding di Kota Medan dari satu forum yang diikutinya. Ke depan Fahmi berharap lebih banyak modding Kota Medan yang tampil ke permukaan dengan karya-karyanya fantastisnya. (jul)