32 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Tuntaskan Geram dengan Arung Jeram

Joni Kurniawan

Gagal meraih gelar sarjana di bidang Kimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) bukanlah akhir dari eksistensi Joni Kurniawan (41). Dari bidang yang berbeda anak Medan ini pun memberi kontribusi bagi pembangunan daerahnya.

Buktinya anak Medan ini langsung terjun ke alam. Ya, dengan ketekunan dan semangat pantang menyerah Joni terus menggali potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Lewat kegiatan pecinta alam di Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (Kompas USU) dari 1990 silam Joni mengasah kemampuannya memahami alam Sumatera Utara. Hingga akhirnya dirinya jatuh hati dengan kegiatan arung jeram (rafting). “Ada tantangan untuk menaklukkan derasnya arus sungai dengan risiko keselamatan yang besar,” jelas Joni yang ditemui di Toko River Jalan Setiabudi No 132 Medan, Senin (14/3) lalu.

Berbagai kejuaraan pun pernah diikuti.  Bahkan dirinya dipercaya sebagai kapten pada International Rafting Competition (Four Square Challenge) di Sungai Gangga, Uthar Pradesh- India, April 2001 silam. Meskipun untuk menggelar persiapan dirinya harus menjadi musafir di negeri orang. Pasalnya Sumut masih asing dengan jenis kegiatan tadi sehingga belum memiliki lokasi untuk berlatih. Hal itu lalu diusungnya saat maju sebagai Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Sumut periode 2001-2004.

“Karena masih baru, arung jeram ini pun coba kita masyarakatkan dengan menggelar berbagai kegiatan. Setelah lima tahun, program tadi pun ditingkatkan menjadikan arung jeram sebagai objek wisata,” tambah pria berkulit hitam manis ini.

Namun keinginan tadi ternyata bukan pekerjaan mudah. Apalagi kegiatan yang belum dikenal membuat pemerintah enggan memberi perhatian dan bantuan. Joni pun harus berjuang sendiri untuk membuka rafting camp di Sungai Wampu, Tangkahan Kabupaten Langkat 2002. Promosi bahkan dilakukan secara manual dengan menyebar brosur kepada berbagai lapisan masyarakat.

Apa sudah selesai? Belum. Pasalnya kala itu mereka belum memiliki satu perahu pun. Mereka harus meminjam perahu bila ada pengunjung yang datang. Untunglah ketika itu pengunjung masih sepi sekali. “Kalau ada tamu ya kita pinjam perahu dari siapa saja yang bisa dipinjam. Pernah kita pinjam dua perahu terus satu perahu bocor waktu jalan. Terpaksa tamu kita tumpuk di satu perahu. Kondisi itu cukup lama lah,” kenang suami Marianti Sembiring ini.
Usaha yang tak kenal lelah selama lima tahun itu akhirnya menuai hasil. 2008 Rafting Camp miliknya mendapat respon meskipun awalnya hanya dari wisata mancanegara lewat biro perjalanan. Melihat hal itu dirinya kembali membuka Bingei Rafting Camp yang jaraknya hanya satu jam perjalanan dari Kota Medan. Cukup berhasil, hingga 2010 sudah tercatat lebih dari 5 ribu kunjungan.

Dengan tarif Rp225 ribu per orang Joni berhasil mengumpulkan keuntungan untuk melengkapi perlengkapan arung jeram. Saat ini dirinya memiliki 16 unit perahu lengkap dengan perlengkapannya. Perkembangan itu juga membuka jalan untuk membantu masyarakat di sekitar dengan mempekerjakan 16 pegawai dan puluhan karyawan freelance. Di kedua Rafting Camp yang dibuka, Joni menghadirkan senyum warga setempat sebagai penyuplai kebutuhan dan penyedia transportasi untuk para tamu.

“Kita buat itu perjalanan seharian. Jadi transportasi ke camp, supliyer kebutuhan di camp, juga yang mengawasi camp semua warga setempat. Selain berbagi rezeki juga mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai yang ternyata merupakan potensi untuk memberi pemasukan di bidang ekonomi,” beber ayah dari Anisah (6) dan Akbar (3) ini. (jul)

Ajak Anak Aktif di Alam

Istri yang juga aktivis di pelestarian alam menjadi tambahan dukungan bagi Joni Kurniawan dalam pelestarian arung jeram di Sumatera Utara. Begitu juga saat memperkenalkan arung jeram kepada putri sulungnya Anisah (6).
“Ya karena ibunya juga aktif di outdor jadi gak masalah. Kita malah lebih sering refreshing ke camp, main rafting. Anisah itu sudah kita ajak ikut. Mungkin karena sering kita ajak ke alam, anak-anak juga lebih tertarik dengan alam,” ucap Joni.

Begitu lah Joni menggelar regenerasi dari anggota keluarganya. Meskipun sebelumnya bersama beberapa rekan dirinya kerap menggelar kejuaraan. Baik bertingkat lokal, nasional, hingga internasional. Dimulai sebagai Race Manager on International Whitewater  Festival (Asahan Whitewater Festival) Asahan River, 2000 dan 2001.
Sebagai Race Director on International Whitewater Rafting Competition (Asahan Whitewater Festival), 2006 dan 2007. Terakhir sebagai Judge Coordinator on National Rafting Competition (Indonesia Rafting Federation) Sungai Batang Merangin, Agustus 2008 lalu.

Perkembangan sambutan masyarakat tadi pun menjadi motivasi baru bagi Joni untuk mewujudkan ambisi yang lain. Ambisi untuk ingin menghadirkan senyum bagi masyarakat yang didatanginya. “Karena sistem sudah berjalan dengan baik, semua saya percayakan sama kawan-kawan. Sekarang saya lagi lihat-lihat kira-kira apa yang bisa dikembangkan. Belum tahu apa, tapi pasti ada,” pungkasnya. (jul)

Joni Kurniawan

Gagal meraih gelar sarjana di bidang Kimia dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara (FMIPA USU) bukanlah akhir dari eksistensi Joni Kurniawan (41). Dari bidang yang berbeda anak Medan ini pun memberi kontribusi bagi pembangunan daerahnya.

Buktinya anak Medan ini langsung terjun ke alam. Ya, dengan ketekunan dan semangat pantang menyerah Joni terus menggali potensi pariwisata yang ada di Sumatera Utara khususnya Kota Medan. Lewat kegiatan pecinta alam di Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup Universitas Sumatera Utara (Kompas USU) dari 1990 silam Joni mengasah kemampuannya memahami alam Sumatera Utara. Hingga akhirnya dirinya jatuh hati dengan kegiatan arung jeram (rafting). “Ada tantangan untuk menaklukkan derasnya arus sungai dengan risiko keselamatan yang besar,” jelas Joni yang ditemui di Toko River Jalan Setiabudi No 132 Medan, Senin (14/3) lalu.

Berbagai kejuaraan pun pernah diikuti.  Bahkan dirinya dipercaya sebagai kapten pada International Rafting Competition (Four Square Challenge) di Sungai Gangga, Uthar Pradesh- India, April 2001 silam. Meskipun untuk menggelar persiapan dirinya harus menjadi musafir di negeri orang. Pasalnya Sumut masih asing dengan jenis kegiatan tadi sehingga belum memiliki lokasi untuk berlatih. Hal itu lalu diusungnya saat maju sebagai Ketua Pengurus Daerah (Pengda) Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI) Sumut periode 2001-2004.

“Karena masih baru, arung jeram ini pun coba kita masyarakatkan dengan menggelar berbagai kegiatan. Setelah lima tahun, program tadi pun ditingkatkan menjadikan arung jeram sebagai objek wisata,” tambah pria berkulit hitam manis ini.

Namun keinginan tadi ternyata bukan pekerjaan mudah. Apalagi kegiatan yang belum dikenal membuat pemerintah enggan memberi perhatian dan bantuan. Joni pun harus berjuang sendiri untuk membuka rafting camp di Sungai Wampu, Tangkahan Kabupaten Langkat 2002. Promosi bahkan dilakukan secara manual dengan menyebar brosur kepada berbagai lapisan masyarakat.

Apa sudah selesai? Belum. Pasalnya kala itu mereka belum memiliki satu perahu pun. Mereka harus meminjam perahu bila ada pengunjung yang datang. Untunglah ketika itu pengunjung masih sepi sekali. “Kalau ada tamu ya kita pinjam perahu dari siapa saja yang bisa dipinjam. Pernah kita pinjam dua perahu terus satu perahu bocor waktu jalan. Terpaksa tamu kita tumpuk di satu perahu. Kondisi itu cukup lama lah,” kenang suami Marianti Sembiring ini.
Usaha yang tak kenal lelah selama lima tahun itu akhirnya menuai hasil. 2008 Rafting Camp miliknya mendapat respon meskipun awalnya hanya dari wisata mancanegara lewat biro perjalanan. Melihat hal itu dirinya kembali membuka Bingei Rafting Camp yang jaraknya hanya satu jam perjalanan dari Kota Medan. Cukup berhasil, hingga 2010 sudah tercatat lebih dari 5 ribu kunjungan.

Dengan tarif Rp225 ribu per orang Joni berhasil mengumpulkan keuntungan untuk melengkapi perlengkapan arung jeram. Saat ini dirinya memiliki 16 unit perahu lengkap dengan perlengkapannya. Perkembangan itu juga membuka jalan untuk membantu masyarakat di sekitar dengan mempekerjakan 16 pegawai dan puluhan karyawan freelance. Di kedua Rafting Camp yang dibuka, Joni menghadirkan senyum warga setempat sebagai penyuplai kebutuhan dan penyedia transportasi untuk para tamu.

“Kita buat itu perjalanan seharian. Jadi transportasi ke camp, supliyer kebutuhan di camp, juga yang mengawasi camp semua warga setempat. Selain berbagi rezeki juga mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai yang ternyata merupakan potensi untuk memberi pemasukan di bidang ekonomi,” beber ayah dari Anisah (6) dan Akbar (3) ini. (jul)

Ajak Anak Aktif di Alam

Istri yang juga aktivis di pelestarian alam menjadi tambahan dukungan bagi Joni Kurniawan dalam pelestarian arung jeram di Sumatera Utara. Begitu juga saat memperkenalkan arung jeram kepada putri sulungnya Anisah (6).
“Ya karena ibunya juga aktif di outdor jadi gak masalah. Kita malah lebih sering refreshing ke camp, main rafting. Anisah itu sudah kita ajak ikut. Mungkin karena sering kita ajak ke alam, anak-anak juga lebih tertarik dengan alam,” ucap Joni.

Begitu lah Joni menggelar regenerasi dari anggota keluarganya. Meskipun sebelumnya bersama beberapa rekan dirinya kerap menggelar kejuaraan. Baik bertingkat lokal, nasional, hingga internasional. Dimulai sebagai Race Manager on International Whitewater  Festival (Asahan Whitewater Festival) Asahan River, 2000 dan 2001.
Sebagai Race Director on International Whitewater Rafting Competition (Asahan Whitewater Festival), 2006 dan 2007. Terakhir sebagai Judge Coordinator on National Rafting Competition (Indonesia Rafting Federation) Sungai Batang Merangin, Agustus 2008 lalu.

Perkembangan sambutan masyarakat tadi pun menjadi motivasi baru bagi Joni untuk mewujudkan ambisi yang lain. Ambisi untuk ingin menghadirkan senyum bagi masyarakat yang didatanginya. “Karena sistem sudah berjalan dengan baik, semua saya percayakan sama kawan-kawan. Sekarang saya lagi lihat-lihat kira-kira apa yang bisa dikembangkan. Belum tahu apa, tapi pasti ada,” pungkasnya. (jul)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/