27 C
Medan
Wednesday, July 3, 2024

Eksis di Usaha Konveksi

Drs H Fahmi Ahmad

Tanpa pemahaman di bidang jahit-menjahit, Drs H Fahmi Ahmad (44) dapat sukses di dunia konveksi. Kerja keras untuk satu pembuktian bahwa modal bukan hal yang utama untuk mulai satu usaha.

Ditemui di toko UD Alfahmi Konveksi di Komplek Pusat Industri Kecil (PIK) No A42-A43 Jalan Menteng VII Medan, Drs H Fahmi Ahmad yang mengenakan peci, kemeja batik berwarna coklat dan tengah memantau kinerja para pegawai. Komunikasi terjalin dengan baik untuk menjaga kualitas produksi yang dikerjakan. Dengan harapan kepuasan konsumen yang terus bertambah. Prinsip menjaga kepuasan pelanggan itu pula menjadi kunci kesuksesan usaha yang dirintis 10 tahun silam.

“Usaha konveksi adalah usaha yang paling rendah risiko, bisa dikerjakan gotong-royong, dan bisa dibilang tidak perlu modal. Sejauh kita memiliki kemampuan marketing yang baik khususnya membangun jaringan melalui relasi yang ada, usaha apapun bisa sukses,” ucap Fahmi mengenai awal ketertarikannya di bidang konveksi.

Dengan pertimbangan tadi, pada 2001 dirinya mengawali usaha dari rumah dengan borongan seragam haji dan seragam sekolah. Pengerjaan sendiri diserahkan kepada beberapa penjahit kenalannya. Demikian usaha itu dijalankan sebelum memiliki pegawai sendiri hingga 2004. Sedikit keuntungan ditabung untuk membeli satu unit rumah toko dua lantai di kompleks PIK. Menghuni lantai dua, lantai satu pun dijadikan tempat bekerja dengan peralatan yang sederhana.

Melalui relasi yang dibangun dari pertemanan masa lalu, ayah dari tujuh anak ini perlahan membenahi peralatan yang ada. Order yang terus bertambah terlebih setelah berkembang di konveksi khusus kaos, dua ruko kembali dibeli. Kini H Fahmi mencatat 22 pegawai dengan peralatan yang modern untuk menghasilkan produksi yang besar dan berkualitas.

Selain jumlah produksi yang besar tadi yaitu 2000 kaos per hari, UD Alfahmi Konveksi pun menawarkan harga yang bersaing. Untuk kemeja dipatok mulai Rp30.000 hingga Rp40.000 per potong. Untuk tas dipatok mulai Rp7.000 hingga Rp50.000. Adapun kaos dipatok dari Rp6.500 hingga Rp40.000. Di samping kualitas dan garansi dari setiap produknya.

Tak heran beberapa tokoh di Sumatera Utara turut memanfaatkan jasa yang ditawarkan pengusaha lokal ini. Seperti Khairuman, Maulana Pohan, dan Sahrial Anas dan banyak lagi di masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tiap tahunnya. Begitu juga 30.000-an seragam sekolah tiap tahun pelajaran baru digelar. Dua masa yang merupakan panen raya baginya.

Pria yang aktif berdakwah ini bahkan pernah mencatat penjualan sebesar Rp310 juta di masa Pilkada lalu, yang kemudian dibagi dengan beberapa pengusaha konveksi binaannya. Dengan demikian pesanan yang besar pun dapat dipenuhi sesuai dengan harapan para konsumen. Tak heran di masa paceklik Februari-Mei pekerjaan selalu ada seperti borongan dari Dinas Pariwisata Kota Medan berupa tas dengan bahan kain ulos.

“Sekarang ada delapan pengusaha konveksi yang kita ajak kerja sama. Jadi borongan itu bisa kita bagi sehingga mereka juga ada pekerjaan. Yang pasti, saya tidak pernah terima order dari agen, tapi langsung. Sekalipun kecil tapi berkelanjutan,” pungkas alumni Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU) ini. (jul)

Drs H Fahmi Ahmad

Tanpa pemahaman di bidang jahit-menjahit, Drs H Fahmi Ahmad (44) dapat sukses di dunia konveksi. Kerja keras untuk satu pembuktian bahwa modal bukan hal yang utama untuk mulai satu usaha.

Ditemui di toko UD Alfahmi Konveksi di Komplek Pusat Industri Kecil (PIK) No A42-A43 Jalan Menteng VII Medan, Drs H Fahmi Ahmad yang mengenakan peci, kemeja batik berwarna coklat dan tengah memantau kinerja para pegawai. Komunikasi terjalin dengan baik untuk menjaga kualitas produksi yang dikerjakan. Dengan harapan kepuasan konsumen yang terus bertambah. Prinsip menjaga kepuasan pelanggan itu pula menjadi kunci kesuksesan usaha yang dirintis 10 tahun silam.

“Usaha konveksi adalah usaha yang paling rendah risiko, bisa dikerjakan gotong-royong, dan bisa dibilang tidak perlu modal. Sejauh kita memiliki kemampuan marketing yang baik khususnya membangun jaringan melalui relasi yang ada, usaha apapun bisa sukses,” ucap Fahmi mengenai awal ketertarikannya di bidang konveksi.

Dengan pertimbangan tadi, pada 2001 dirinya mengawali usaha dari rumah dengan borongan seragam haji dan seragam sekolah. Pengerjaan sendiri diserahkan kepada beberapa penjahit kenalannya. Demikian usaha itu dijalankan sebelum memiliki pegawai sendiri hingga 2004. Sedikit keuntungan ditabung untuk membeli satu unit rumah toko dua lantai di kompleks PIK. Menghuni lantai dua, lantai satu pun dijadikan tempat bekerja dengan peralatan yang sederhana.

Melalui relasi yang dibangun dari pertemanan masa lalu, ayah dari tujuh anak ini perlahan membenahi peralatan yang ada. Order yang terus bertambah terlebih setelah berkembang di konveksi khusus kaos, dua ruko kembali dibeli. Kini H Fahmi mencatat 22 pegawai dengan peralatan yang modern untuk menghasilkan produksi yang besar dan berkualitas.

Selain jumlah produksi yang besar tadi yaitu 2000 kaos per hari, UD Alfahmi Konveksi pun menawarkan harga yang bersaing. Untuk kemeja dipatok mulai Rp30.000 hingga Rp40.000 per potong. Untuk tas dipatok mulai Rp7.000 hingga Rp50.000. Adapun kaos dipatok dari Rp6.500 hingga Rp40.000. Di samping kualitas dan garansi dari setiap produknya.

Tak heran beberapa tokoh di Sumatera Utara turut memanfaatkan jasa yang ditawarkan pengusaha lokal ini. Seperti Khairuman, Maulana Pohan, dan Sahrial Anas dan banyak lagi di masa Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) tiap tahunnya. Begitu juga 30.000-an seragam sekolah tiap tahun pelajaran baru digelar. Dua masa yang merupakan panen raya baginya.

Pria yang aktif berdakwah ini bahkan pernah mencatat penjualan sebesar Rp310 juta di masa Pilkada lalu, yang kemudian dibagi dengan beberapa pengusaha konveksi binaannya. Dengan demikian pesanan yang besar pun dapat dipenuhi sesuai dengan harapan para konsumen. Tak heran di masa paceklik Februari-Mei pekerjaan selalu ada seperti borongan dari Dinas Pariwisata Kota Medan berupa tas dengan bahan kain ulos.

“Sekarang ada delapan pengusaha konveksi yang kita ajak kerja sama. Jadi borongan itu bisa kita bagi sehingga mereka juga ada pekerjaan. Yang pasti, saya tidak pernah terima order dari agen, tapi langsung. Sekalipun kecil tapi berkelanjutan,” pungkas alumni Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri Sumatera Utara (IAIN SU) ini. (jul)

Previous article
Next article

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/