27.8 C
Medan
Saturday, April 27, 2024

Rusia Mulai Tarik Pasukan

KIEV, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Ukraina bisa sedikit bernapas lega. Sebab, Pemerintah Rusia telah menarik pasukannya secara berkala dari perbatasan Rusia dan Ukraina di Crimea. Pernyataan itu disampaikan Kementerian Pertahanan Ukraina. Ada kemungkinan penarikan pasukan tersebut merupakan jawaban atas solusi diplomatik yang dibicarakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama via telepon Jumat (28/3).

“Dalam beberapa hari ini, tentara Rusia telah ditarik sedikit demi sedikit dari perbatasan,” ujar Juru Bicara Kementrian Pertahanan Ukraina Oleksiy Dmytrashkivskiy.

Meski begitu, Dmytrashkivskiy tidak menyebutkan jumlah prajurit Rusia yang telah ditarik mundur. Begitu juga dengan jumlah prajurit yang masih berada di perbatasan. Namun, analis di Pusat Studi Politik dan Militer Kiev Dmytro Tymchuk menyatakan, kemarin pagi hanya ada 10 ribu tentara Rusia di perbatasan. Jumlah tersebut didapat dari informannya di lapangan.

Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengestimasikan 30″40 ribu tentara Rusia di perbatasan timur Ukraina. Artinya, jumlah tentara Rusia kini jauh berkurang. Banyaknya tentara Rusia di wilayah perbatasan beberapa waktu lalu membuat Pemerintah Ukraina senam jantung. Sebab, mereka takut Rusia tidak hanya ingin mengambil Crimea, tetapi juga ingin menaklukkan Ukraina secara keseluruhan. Padahal, setelah Crimea menjadi milik Rusia, kekuatan militer Ukraina jauh berkurang. Sebab, mayoritas pangkalan militer di Crimea kini dikuasai Rusia.

Bahkan, Ukraina beberapa waktu lalu menyatakan telah menyiapkan diri untuk berperang dengan Rusia. Karena itu, penarikan tentara Rusia tersebut benar-benar tidak diduga Ukraina. Kementerian Pertahanan Ukraina sendiri mengaku tidak pernah diberi tahu soal penarikan pasukan itu. Mereka juga tidak tahu alasan Rusia melakukannya.

“Bisa saja itu adalah rotasi reguler tentara atau bisa juga berhubungan dengan negosiasi antara AS dan Rusia,” ujar Dmytrashkivskiy. Sebab, Minggu (30/3) Menteri luar negeri AS John Kerry bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Paris. Mereka membicarakan masalah Ukraina dan Rusia. Meski tidak ada hasil dalam pertemuan tersebut, dua pihak setuju untuk bernegosiasi lagi dalam waktu dekat.

Di sisi lain, Mayor Jenderal Oleksandr Rozmaznin mengungkapkan, pihaknya tetap memperkuat pertahanan. Sebab, penarikan tersebut belum tentu benar-benar karena negosiasi, bisa saja memang hanya rotasi prajurit. Sebab, tidak ada tanda-tanda seluruh pasukan Rusia bakal hengkang. “Jumlah pasukan memang turun dan suasana mulai tenang. Tetapi, kami tidak akan bersuka cita dan meneriakkan hore. Tidak masalah berapa prajurit Rusia yang berada di sana. Kami harus memastikan pertahanan kami kuat,” tegas Oleksandr.

Di tempat terpisah, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev kemarin mengunjungi Crimea. Kunjungan tersebut merupakan kali pertama sejak wilayah tersebut masuk ke Rusia. Medvedev mengabarkan kunjungannya itu dengan berkicau di akun Twitter-nya. “Saya berada di Simferopol. Hari ini pemerintah akan mendiskusikan pembangunan di Crimea,” tulisnya.

Kantor berita di Rusia menyatakan, Medvedev adalah delegasi utama yang dikirim ke Crimea. Tujuannya, menghadiri rapat yang membicarakan pembangunan ekonomi dan sosial di Crimea setelah wilayah di semenanjung laut hitam tersebut jatuh ke pelukan Rusia. Pemerintah Rusia menyatakan, Medvedev akan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tentang pembangunan sosial ekonomi di Kota Sevastopol serta Republik Crimea secara keseluruhan.

Medvedev memang dijadwalkan mengunjungi Sevastopol. Yaitu, basis angkatan laut Rusia di Laut Hitam. Minggu lalu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga mengunjungi Crimea. Orang dekat Presiden Vladimir Putin tersebut mengunjungi fasilitas militer serta menginspeksi tentara Rusia yang bertugas di sana. (AFP/Reuters/sha/c15/dos)

KIEV, SUMUTPOS.CO – Pemerintah Ukraina bisa sedikit bernapas lega. Sebab, Pemerintah Rusia telah menarik pasukannya secara berkala dari perbatasan Rusia dan Ukraina di Crimea. Pernyataan itu disampaikan Kementerian Pertahanan Ukraina. Ada kemungkinan penarikan pasukan tersebut merupakan jawaban atas solusi diplomatik yang dibicarakan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama via telepon Jumat (28/3).

“Dalam beberapa hari ini, tentara Rusia telah ditarik sedikit demi sedikit dari perbatasan,” ujar Juru Bicara Kementrian Pertahanan Ukraina Oleksiy Dmytrashkivskiy.

Meski begitu, Dmytrashkivskiy tidak menyebutkan jumlah prajurit Rusia yang telah ditarik mundur. Begitu juga dengan jumlah prajurit yang masih berada di perbatasan. Namun, analis di Pusat Studi Politik dan Militer Kiev Dmytro Tymchuk menyatakan, kemarin pagi hanya ada 10 ribu tentara Rusia di perbatasan. Jumlah tersebut didapat dari informannya di lapangan.

Beberapa waktu lalu, Amerika Serikat dan Uni Eropa mengestimasikan 30″40 ribu tentara Rusia di perbatasan timur Ukraina. Artinya, jumlah tentara Rusia kini jauh berkurang. Banyaknya tentara Rusia di wilayah perbatasan beberapa waktu lalu membuat Pemerintah Ukraina senam jantung. Sebab, mereka takut Rusia tidak hanya ingin mengambil Crimea, tetapi juga ingin menaklukkan Ukraina secara keseluruhan. Padahal, setelah Crimea menjadi milik Rusia, kekuatan militer Ukraina jauh berkurang. Sebab, mayoritas pangkalan militer di Crimea kini dikuasai Rusia.

Bahkan, Ukraina beberapa waktu lalu menyatakan telah menyiapkan diri untuk berperang dengan Rusia. Karena itu, penarikan tentara Rusia tersebut benar-benar tidak diduga Ukraina. Kementerian Pertahanan Ukraina sendiri mengaku tidak pernah diberi tahu soal penarikan pasukan itu. Mereka juga tidak tahu alasan Rusia melakukannya.

“Bisa saja itu adalah rotasi reguler tentara atau bisa juga berhubungan dengan negosiasi antara AS dan Rusia,” ujar Dmytrashkivskiy. Sebab, Minggu (30/3) Menteri luar negeri AS John Kerry bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di Paris. Mereka membicarakan masalah Ukraina dan Rusia. Meski tidak ada hasil dalam pertemuan tersebut, dua pihak setuju untuk bernegosiasi lagi dalam waktu dekat.

Di sisi lain, Mayor Jenderal Oleksandr Rozmaznin mengungkapkan, pihaknya tetap memperkuat pertahanan. Sebab, penarikan tersebut belum tentu benar-benar karena negosiasi, bisa saja memang hanya rotasi prajurit. Sebab, tidak ada tanda-tanda seluruh pasukan Rusia bakal hengkang. “Jumlah pasukan memang turun dan suasana mulai tenang. Tetapi, kami tidak akan bersuka cita dan meneriakkan hore. Tidak masalah berapa prajurit Rusia yang berada di sana. Kami harus memastikan pertahanan kami kuat,” tegas Oleksandr.

Di tempat terpisah, Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev kemarin mengunjungi Crimea. Kunjungan tersebut merupakan kali pertama sejak wilayah tersebut masuk ke Rusia. Medvedev mengabarkan kunjungannya itu dengan berkicau di akun Twitter-nya. “Saya berada di Simferopol. Hari ini pemerintah akan mendiskusikan pembangunan di Crimea,” tulisnya.

Kantor berita di Rusia menyatakan, Medvedev adalah delegasi utama yang dikirim ke Crimea. Tujuannya, menghadiri rapat yang membicarakan pembangunan ekonomi dan sosial di Crimea setelah wilayah di semenanjung laut hitam tersebut jatuh ke pelukan Rusia. Pemerintah Rusia menyatakan, Medvedev akan mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan tentang pembangunan sosial ekonomi di Kota Sevastopol serta Republik Crimea secara keseluruhan.

Medvedev memang dijadwalkan mengunjungi Sevastopol. Yaitu, basis angkatan laut Rusia di Laut Hitam. Minggu lalu Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu juga mengunjungi Crimea. Orang dekat Presiden Vladimir Putin tersebut mengunjungi fasilitas militer serta menginspeksi tentara Rusia yang bertugas di sana. (AFP/Reuters/sha/c15/dos)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/